Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cairan Dianeal Pasien Gagal Ginjal Terlambat Datang, RSUD Pirngadi Medan: Sopir Sakit, Ambil Sendiri ke Perusahannya

Kompas.com - 29/06/2021, 15:06 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Pasien gagal ginjal kronis yang menggunakan terapi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Pirngadi Medan mengeluhkan terlambatnya pengiriman cairan dianeal.

Padahal, cairan tersebut krusial untuk menopang hidup penderita gagal ginjal kronis. Cairan itu juga harus diganti empat kali dalam 24 jam, sehingga keterlambatannya dapat mengancam nyawa pasien. 

Humas RSU dr. Pirngadi Medan Edison Peranginangin ketika dijumpai di ruangannya mengatakan, sebenarnya masalah tersebut sudah diklarifikasi. 

Menurut Edison, pihak rumah sakit sudah melakukan pemberitahuan ke Wali Kota Medan dan BPJS.

Baca juga: Video Pasien Kritis Diduga Diberi Tabung Oksigen Kosong, Ini Klarifikasi RS Pirngadi Medan

Alasan sopir sakit, keluarga pasien disuruh ambil sendiri ke perusahaan

 

Edison menjelaskan, cairan dianeal yang dimaksud pemakaiannya di rumah masing-masing pasien, bukan di rumah sakit. 

Artinya, cairan itu secara rutin dikirimkan oleh perusahaan ke rumah masing-masing pasien, bukan pasien yang datang ke rumah sakit.

Baca juga: Tak Terima Keterlambatan Cairan Dianeal Dianggap Enteng, KPCDI: Besok Dicabut Aja Ginjal Mereka Biar Rasain

Edison selaku pihak rumah sakit sendiri dia tidak tahu persis bagaimana teknis pengiriman cairan dianeal itu ke rumah masing-masing pasien. Apakah setiap hari atau sebulan sekali.

"Saat itu, setelah dikonfirmasi rupanya sopir dari perusahaan itu yang kerjasama sama kita, sedang sakit. Jadi pihak RS sudah sampaikan ke keluarga pasien untuk ambil di perusahaan itu. Tolong diambil ke perusahaan karena supirnya sakit. Karena tak mau ambil ya gimana," kata Edison.

Baca juga: Kasus Dugaan Tabung Oksigen Kosong, Ombudsman Datangi RS Pirngadi Medan

 

KPCDI: keterlambatan pengiriman cairan dianeal sudah 6 bulan terjadi

 

Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Iindonesia (KPCDI) Tony Richard Samosir ketika dikonfirmasi melalui telepon menyatakan, ada sekitar 20 orang pasien gagal ginjal di rumah sakit tersebut.

Di antara pasien itu, ada satu orang pasien yang berani bersuara, namanya Leston Sinaga. Leston, juga merupakan pengurus di KPCDI. 

Sebagaimana tertulis di dalam keterangan tertulis KPCDI, keterlambatan cairan itu sudah terjadi ejak enam bulan yang lalu. 

Baca juga: Suami Tenaga Medis Ini Alami Gagal Ginjal Kronis, Begini Perjuangannya Bertahan Hidup

 

Pasien gagal ginjal butuh cairan dianeal untuk bisa kencing

KPCDI sudah mendapat laporan bahwa sebagian pasien kurang berani bersuara. Sedangkan KPCDI mengajak agar pasien berani untuk bersuara, mengkritisi kebijakan tersebut karena itu mengancam keselamatan.

"Itu hidup mereka, kalau cairan itu terlambat sementara itu yang menopang hidup mereka. Potensi kematian itu besar. Namanya udah gagal ginjal, tak ada lagi, mereka butuh makan minum. Mereka sudah tak bisa pipis. Jadi kalau tak ada cairan itu, ya cairan itu lah yang membuat mereka bisa kencing. Dikeluarkan lewat perut," katanya, Selasa (29/6/2021)

Akibat keterlambatan cairan itu, pasien terpaksa mengurangi jadwal cuci darahnya. Tony berharap agar secepatnya masalah tersebut diselesaikan.

"Kita sudah menyurati Wali Kota bahwa apapun persoalannya terkait masalah keruangan atau lainnya itu diselesaikan dengan secara bijaksana, jangan mengorbankan pasien. Obat harus berjalan, itu kan komitemen perlayanan kesehatan," kata Tony. 

Baca juga: Laporan Ombudsman soal Tabung Oksigen Kosong RS Pirngadi: Tak Dikalibrasi 3 Tahun hingga Tak Ada Catatan Penggunaan

 

Kondisi pasien memburuk, jawaban pihak RS dinilai "nyeleneh"

Leston Sinaga, kata dia, adalah salah satu pasien yang berani bersuara. Kondisi kesehatannya buruk dan menunggu cairan yang tidak tahu sampai kapan datangnya, tidak ada kepastian.

Pihaknya sudah mempertanyakannya ke pihak rumah sakit, namun jawabannya kurang memuaskan. 

"Kalau ditanya, ini gimana, ya ada alasannya supirnya sakit lah, belum masuk pre-ordernya, jawaban-jawaban nyeleneh lainnya. Ini kita bayar BPJS, kalau telat ada denda. Saya harap ada punishment juga untuk rumah sakit yang sering mengabaikan hak pasien apalagi pasien yang life saving," kata Tony. 

Menurutnya, pasien life saving adalah pasien yang obatnya bersifat emergency. Jika tidak diberikan obatnya dengan tepat waktu, maka berpotensi mengancam keselamatan jiwa pasien.

"Saya kira ini bisa diselesaikan denga baik oleh pihak terkait, distributor, BPJS, Dinkes Sumut dan Dirut RS Pirngadi turun tangan. Apapun bentuk alasan yang disampaikan yang pasti cairan ini telat. Kita punya buktinya, obatnya ini telat," kata Tony. 

Dalam 24 jam, cairan dianeal harus diganti 4 kali, bagaimana jika terlambat? 

Seharusnya, lanjut dia, obat itu awal bulan sudah dikirim. Namun faktanya, obat itu dikirim molor hingga tanggal 20-an.

Padahal, pemakaian obat selama 30 hari dan dalam 24 jam, pasien harus mengganti cairan sebanyak 4 kali.

"Ini gimana perasaan mereka, kalau anggap enteng. Ini besok dicabut aja lah ginjal mereka ini biar dirasain dulu gimana gimana jadi pasien gagal ginjal. Karena saya pasien gagal ginjal, jadi tahu saya tahu betul, dari 2009," ujar Tony.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Regional
Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com