Semua masyarakat Tengger meyakini, mereka adalah keturunan Rara Anteng dan Jaka Seger. Tetapi, siapa mereka, di kalangan mereka sendiri terdapat beberapa versi.
Ada yang bilang Rara Anteng adalah putri Kerajaan Majapahit yang menikah dengan anak brahmana bernama Jaka Seger.
Ada yang berpendapat keduanya adalah bangsawan Majapahit yang melarikan diri ke Tengger menghindari kejaran tentara Islam.
Baca juga: Yadna Kasada 2021, Wisata Gunung Bromo Tutup 24-26 Juni 2021
Prof Nancy (1985) ataupun Simanhadi, guru besar Universitas Negeri Jember, mengaitkan keberadaan mereka dengan Majapahit.
”Rara Anteng itu aslinya Dewi Sekar Wulan yang menikah dengan pangeran Majapahit bernama Jaka Seger,” ujar Trisno Sudigdo, keturunan Tengger yang bergelar master, gelar yang sangat langka di kalangan mereka dikutip dari pemberitaan Kompas.com Juli 2010.
Joko Seger dan Roro Anteng dipercaya masyarakat sebagai leluhur yang melahirkan anak-anak Tengger.
Baca juga: Ritual Yadnya Kasada di Gunung Bromo Tetap Digelar, Tertutup untuk Wisatawan
Menurut legenda, pasangan ini setelah menikah berharap bisa segera memiliki keturunan.
Namun karena tidak juga mendapatkan anak, Joko Seger pun mengumbar sumpah: Jika dia diberi 25 anak oleh dewa, maka dia akan mengorbankan salah satu anaknya ke kawah gunung Bromo sebagai persembahan.
Sumpah Joko Seger didengar langit. Tidak lama kemudian, Roro Anteng pun dikaruniai 25 anak.
Baca juga: 5 Fakta Upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo yang Mungkin Belum Kamu Tahu
Terlena hidup bahagia bersama anak-anak dan istrinya, Joko Seger lupa akan sumpahnya. Alam pun marah. Desa tempat mereka tinggal di kaki kawah Bromo dilanda banyak bencana.
Pada akhirnya, anak bungsu Joko Tengger merelakan diri untuk dikorbankan ke kawah Bromo.
Akan tetapi sebelum masuk ke kawah Bromo, dia berpesan agar saudara-saudaranya dan segenap warga desa rutin mengadakan ritual sedekah bumi ke dalam kawah tempat ia dikorbankan.
Baca juga: 5 Fakta Upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo yang Mungkin Belum Kamu Tahu