Sementara itu Antropolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, berani menyatakan bahwa berdasarkan bukti arkeologis, masyarakat Tengger sudah ada jauh sebelum Majapahit.
Seperti Prasasti Muncang dengan angka tahun 944 Masehi atau zaman Raja Empu Sindok.
Prasasti ini menyebutkan ditetapkannya sebidang tanah di selatan pasar Desa Muncang sebagai tanah perdikan.
Hasil bumi tanah perdikan digunakan untuk membangun Prasada Kabhaktyan Siddhayoga, yaitu bangunan suci untuk peribadatan harian bagi Bhathara Sang Hyang Swayambhwa yang bersemayam di Walandit.
Baca juga: Car Free Month di Bromo untuk Hormati Bulan Suci Masyarakat Tengger
Sebelumnya, tahun 929, juga dibuat prasasti Lingga Sutan.
Isinya menetapkan Desa Lingga Sutan sebagai wilayah Rakriyan Hujung dan hasil pertanian di sana dipersembahkan untuk Bhathara I-Walandit. Pemujaannya dilakukan setahun sekali.
Sedangkan Prasasti Pananjakan, tahun 1405, menyebutkan larangan untuk menarik pajak pada bulan titi leman atau akhir bulan pada bulan Asada.
Larangan itu berlaku untuk lima desa, yaitu Desa Walandit, Mamanggis, Lili, Jebing, dan Kacaba.
Baca juga: Jejak Pendaki Semeru Mulai Berdatangan di TN Bromo Tengger Semeru
Gunung Brama ini diduga kini berkembang namanya menjadi Gunung Bromo. Dan orang-orang yang memuja gunung ini disebut orang-orang ka-kahyangan.
”Orang-orang ka-kahyangan ini adalah cikal bakal orang Tengger,” tutur Dwi Cahyono.
”Dari prasasti-prasasti di atas, jelas terlihat ada keterkaitannya, yaitu adanya upacara pemujaan pada Bhathara I-Walandit atau Bhathara Sang Hyang Swayambhwa."
Baca juga: Eksotika Bromo, Menguak Asal Usul Orang Tengger di Kaki Bromo
"Dan pada Prasasti Penanjakan akhirnya semakin jelas bahwa dewa-dewa yang dipuja adalah dewa gunung api Brama. Artinya, terlihat bahwa sejarah Tengger-Bromo muncul jauh sebelum masa akhir Majapahit dan sudah tercatat sejak era Empu Sindok,” ujar Dwi.
Namun masyarakat Tengger meyakini bahwa upacara Kasada adalah merunut jejak pengorbanan Dewata Kusuma, anak ke-15 Rara Anteng-Jaka Seger yang mengorbankan diri masuk ke kawah Brama sesuai janji orangtuanya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Nur Rohmi Aida, Lusiana Indriasari | Editor : Wahyu Adityo Prodjo, Shierine Wangsa Wibawa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.