"Kami bersatu agar saling dukung, saling memberdayakan. Tak hanya untuk penyandang disabilitas, tapi juga keluarganya. Awalnya memang susah, tapi saya melakukan pendekatan door to door, kasih pemahaman bahwa ini organisasi positif akhirnya banyak yang bergabung," paparnya.
Satu bulan sekali, anggota PDA berkumpul untuk diskusi.
"Kami juga melakukan pendampingan secara ekonomi, termasuk juga mengusahakan terapi untuk teman-teman. Untuk sekali terapi biayanya Rp 2 juta untuk melatih gerak motorik," imbuh Prihatin.
Menurut Prihatin, keluarga sangat mendukung dirinya berkecimpung dalam organisasi.
"Saya hanya ingin menunjukkan bahwa penyandang disabilitas itu bukan beban. Buktinya saya bisa, sosialisasi dengan masyarakat juga diterima, jangan malu. Kita penyandang disabilitas harus ikut partisipasi, jangan pasif," kata ibu empat anak ini.
Sementara Sujiyem, ibu dari Hikmah Agustina (12) mengaku senang bisa berkumpul di PDA.
"Anak saya itu pemikirannya lemah, tapi saya mendapat semangat lagi setelah gabung di PDA. Kalau untuk yang nyambi goreng pegagan ini lumayan ada tambahan pemasukan," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.