Di balik keberadaan masjid yang unik tersebut ternyata ada seorang tokoh agama yang bernama KH Noer Nasroh Hadiningrat, sebagai arsitek dan pendiri Masjid An Nur Nurul Miftahussofyan.
KH Noer Nasroh Hadiningrat, pengasuh Pondok Pesantren Nurussalam Walisongo mengatakan, pemberian nama masjid yang panjang adalah untuk mengenang orang yang berperan dan memiliki sumbangsih dalam mewujudkan berdirinya masjid saat itu.
Nama An Nur merupakan nama dari dirinya Noer Nasroh, dan Nurul Miftah adalah nama kepala KPH Jatirogo dan Sofyan merupakan biro ADM KPH Jatirogo saat itu.
Pada saat mendirikan masjid saat itu panitia tidak memiliki banyak biaya, sehingga materialnya memanfaatkan bahan- bahan kayu di hutan yang ada di sekitar kampung.
Sedangkan pekerjaan pembangunan masjid lebih banyak mengandalkan tenaga manusia dari para santri dan sejumlah warga sekitar dengan sukarela.
KH Noer Nasroh Hadiningrat menceritakan, proses pembangunannya para santri bersama warga sekitar sempat kesulitan mendirikan tiang utama yang terbuat dari sebatang kayu jati utuh sepanjang 27 meter.
Padahal, pendirian masjid yang direncanakan pada hari Ahad Wage bulan Safar itu akan dihadiri oleh Bupati Tuban saat itu. Tetapi, tiang setinggi 27 meter yang menjadi tiang utama belum berdiri tegak.
"Kemudian pada hari Kamis Legi saat santri sedang ke sekolah dan warga sedang beraktifitas semua, tali itu saya coba saja terus gerak-gerakkan, Alhamdulillah ternyata bisa berdiri, lalu ada sejumlah warga yang melihat ikut membantu menarik tali itu sampai tiang bisa berdiri tegak," kata KH Noer Nasroh Hadiningrat, kepada Kompas.com.
Menurutnya, setiap bentuk dan sudut serta ornamen bangunan Masjid An Nur Nurul Miftahussofyan ini banyak terinpirasi dari simbol-simbol dan petunjuk yang ada dalam ajaran Islam dan memiliki makna tersendiri.
Seperti halnya bentuk tiang utama masjid setinggi 27 meter terinspirasi dari perjalanan Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab yang mendapatkan perintah mengerjakan shalat lima waktu.
"Satu tiang utama yang besar dan tinggi ini sebagai petunjuk bagi setiap orang yang masuk masjid agar hatinya selalu mengingat Allah, Dzat Yang Maha Besar, Maha Tinggi dan Maha Agung," tutur kyai yang bergelar Kanjeng Pangeran Panji keturunan dari Keraton Solo.