Walaupun demikian, ternyata ada dua kawah yang memiliki catatan kelam yakni Kawah Sileri dan Kawah Sinila.
Kawah Sileri pernah erupsi tahun 1944 yang mengakibatkan 59 orang tewas dan 55 orang lainnya hilang.
Kala itu, Kawah Sileri mengeluarkan suara dentuman keras disertai semburan lumpur yang menewaskan puluhan orang
Sedangkan Kawah Sinila pernah mengeluarkan gas beracun pada tahun 1979 yang mengakibatkan 143 warga sekitar meninggal dunia.
Walaupun demikian, penduduk yang tinggal di kawasan tersebut sudah terlatih membaca tanda-tanda alam dan mengevakusi diri saat bahaya datang.
Baca juga: Seharian Wisata di Dieng Banjarnegara, Bisa ke Mana Saja?
Di masa lalu, para Brahmana pun membangun candi-candi di kawasan tersebut untuk melakukan pemujaan.
Salah satunya komplek Candi Sywa yang ada di kawasan Dieng Timur. Diperkirakan kompleks tersebut ada sejak abad ke-7 atau awal abad 8 Masehi.
Para raja, bangsawan, brahmana dari Kerajaan Kalinga melakukan pemujaan. Sejak saat itulah Dieng mulai dihuni.
Baca juga: Tangga Kuno dan Misteri Kompleks Candi di Dataran Tinggi Dieng, Pusat Ritual dan Pendidikan Agama?
Letak Dieng tak jauh dari Kerajaan Kalinga didirikan yakni di daerah Pekalongan atau Batang. Dari Kerajaan Kalinga, perjalanan ke Dieng memakan waktu sekitar 3 hari dengan naik kereta yang ditarik kerbau.
Diperkirakan ada sekitar puluhan hingga 100 candi di kawasan tersebut. Namun karena curah hujan tinggi, erupsi gunung, longsor, dan banjir, hanya ada delapan candi yang tersisa.
Delapan candi tersebut ditemukan pada awal 1800 dan rekontruksi oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 1856.
Baca juga: Fenomena Embun Es di Dataran Tinggi Dieng, Ini Penjelasan BMKG
Di Dataran Tinggi Dieng, satu-satunya prasasti yang ditemukan berada di dekat Candi Arjuna.
Prasasti tersebut menyebut jika bangunan Candi Arjuna dibuat tahun 808-809 Masehi. Namun tak diketahui siapa yang membangun kompleks percandian tersebut.
Pada musim musim kemarau, biasanya Juli-Agustus, Dataran Tinggi Dieng sering diwarnai oleh butiran-butiran es yang menempel di atas rerumputan dan sayuran yang banyak ditanam oleh petani di Dieng.
Baca juga: Dataran Tinggi Dieng Diselimuti Embun Es, Suhu Udara di Bawah Nol Derajat Celsius
Butiran es itu terbentuk menjelang fajar dan hilang pada pukul 9 pagi hari, ketika matahari mulai hangat.
Fenomena di sekitar Candi Dieng ini belakangan mengundang banyak pengunjung untuk berswafoto.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Fadlan Mukhtar Zain | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief), Indonesia.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.