Sudah belasan tahun Ima (27) menjadi perajin caruluk, terutama selama bulan Ramadhan.
Ima bekerja secara berkelompok dan tugasnya kebagian mengupas cangkang buah aren.
“Saya dapat upah Rp10.000 untuk satu ember caruluk,” ucap Ima.
Sehari, dari pagi hingga jelang petang ia mengaku bisa mengumpulkan 8 hingga 10 ember penuh caruluk.
“Uangnya buat tambah-tambah belanja untuk kebutuhan lebaran nanti,” ujar dia.
Ima menuturkan, kendati proses pengolahannya terbilang mudah. Namun, membutuhkan waktu hingga berhari-hari untuk menghasilkan caruluk siap jual.
“Untuk merebusnya butuh waktu tiga hari. Setelah itu dikupas dan ditumbuk agar pipih dan teksturnya menjadi kenyal,” kata Ima.
Selanjutnya, caruluk direndam selama tiga hari dua malam.
Caruluk yang sudah siap jual biasanya akan dijemput oleh pengepul untuk dipasok ke pasar-pasar tradisional di Cianjur, termasuk ke luar daerah, seperti Bogor, Tangerang dan Jakarta.
"Sekarang, toko-toko manisan juga ambil caruluknya dari sini. Katanya kualitasnya super,” ucap Ima.
Para perajin caruluk kampung ini pun menaruh asa, kegiatan produksi bisa terus berjalan, tak hanya di bulan Ramadhan saja.
Kendati begitu, mereka mengaku mulai kesulitan untuk mendapatkan pasokan buah aren karena minimnya ketersediaan, sehingga harus mendatangkan dari tempat lain, termasuk dari luar daerah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.