KOMPAS.com - Kapal Selam Nanggala-402 yang hilang kontak sejak Rabu (21/4/20121) masih belum ditemukan.
Disebutkan kapal selam tersebut hilang di perairan sekitar 60 mil atau sekitar 95 kilometer dari utara Pulau Bali
Padahal cadangan oksigen di kapal selam buatan Jerman itu hanya bertahan 72 jam hingga Sabtu (24/4/2021) jam 03.00 WIB.
Pada Jumat (23/4/2021), Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Achmad Riad mengatakan akan mengonsentrasikan pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 pada sembilan titik di perairan Celukan Bawang, Bali.
Lalu datanglah pelaut yang berasal dari Bugis dan berlabuh di desa tersebut. Mereka kemudian menetap dan menjadi nelayan. Mereka juga membuka hutan hingga menjadi kawasan pemukiman yang dikenal dengan nama Celukan Bawang.
Desa tersebut diberi nama Celukan Bawang karena terdapat teluk (celuk) yang menyerupai bentuk bawang.
Baca juga: #PrayForNanggala402 Trending di Twitter, Warganet Doakan KRI Nanggala-402 Segera Ditemukan
Di kawasan tersebut terdapat Pelabuhan Celukan Bawang.
Pada tahun 2017, pelabuhan tersebut diperbaharui agar bisa disandari kapal pesiar berukuran besar.
Terdapat kolam dermaga mencapai 11 meter dan dilengkapi terminal yang bisa menampung 2.500 penumpang.
Pelabuhan Celukan Bawang memiliki kedalaman alami sehingga tidak perlu dilakukan pengerukan saat pembangunan kolam dermaga.
Baca juga: Setelah 72 Jam Hilang, KRI Nanggala Belum Ditemukan, Cadangan Oksigen Hanya Bertahan 3 Hari
Ia mengatakan lokasi tersebut memang sudah ditetapkan menjadi tempat latihan perang khususnya kapal selam.
“Memang perairan utara Bali diperuntukkan untuk latihan perang khususnya kapal selam karena laut Bali sampai ke Flores lautnya dalam atau disebut cekungan Bali Flores jadi sangat baik untuk tempat latihan perang termasuk kapal selam, bagian Palung Bali Flores itu menyambung."
"Perairannya sangat curam dan dalam berbeda dengan laut Jawa, kedalamannya bisa mencapai 700-3.000 meter perairannya semakin ke timur semakin dalam. Jika posisi 95 km utara pulau Bali atau utara Gerokgak kedalaman berkisar 400 hingga 700 meter,” kata Sudiarta saat dihubungi melalui sambungan telepon oleh Tribun Bali, Kamis (22/4/2021).
Baca juga: Mantan Komandan Jelaskan Sistem Keamanan dan Prosedur Menyelam KRI Nanggala-402
Massa air dari pasifik masuk ke selat Makassar kemudian nanti mengalir ke Samudera Pasifik melalui selat Lombok, sebagian dari arus digerakkan ke barat dan ke timur.
“Jadi memang daerah utara Bali Lombok itu terkenal dengan arus kuat sampai ke Celukan Bawang karena pengaruh arus global,” ujarnya.
Sudiarta menambahkan, berkaitan dengan kedalaman dan arus, lokasi tersebut dinilai sudah memenuhi unsur dari segi keamanan laut untuk latihan perang.
Baca juga: Asal-usul Nanggala, Pusaka Milik Tokoh Wayang Baladewa yang Dijadikan Nama Kapal Selam Indonesia
Dari Pulau Menjangan sampai utara Kubutambahan sudah layak ditetapkan sebagai latihan uji coba kapal selam.
Ia mensinyalir bahwa hilang kontak KRI Nanggala-402 bisa berkaitan dengan teknologi atau kendali kapal.
Hal senada juga disampaikan oleh Ahli Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana Bali, Prof. Dr. I Wayan Arthana.
Baca juga: 5 Personel Militer Singapura Sudah Merapat ke KRI dr Suharso Bantu Cari Kapal Selam Nanggala
Hal tersebut menyebabkan arus di lokasi itu sangat deras.
“Arus di selat Lombok kita banyak dipelajari dunia baik Amerika maupun Eropa terkait dengan fenomena iklim, dari dulu juga ada isu kondisinya cocok untuk kapal asing sembunyi di kedalaman sangat dalam mencapai 2-3 km karena teknologi dulu belum bisa mendeteksi kapal sedalam itu,” ujarnya.
Baca juga: TNI Fokus Cari KRI Nanggala di Lokasi Tumpahan Minyak dan Titik Magnetik
Ia menjelaskan, kondisi laut Jawa dengan perairan Bali berbeda karena di laut Jawa banyak suplay lumpur selama bertahun-tahun dari sungai yang bermuara ke laut Jawa, sehingga lautnya lebih landai.
Berbeda dengan perairan utara Bali yang relatif tidak ada sungai yang bermuara ke utara.
Prof Arthana menduga hilang kontaknya Nanggala-402 karena terkait masalah teknologi atau hilang kendali.
“Dugaan teknologi atau masalah kendali, kapal selamnya ada masalah dalam hal kendali sampai ke kedalaman tertentu. Kemungkinan lain kalau masih pakai teknologi lama kemungkinan teknologi belum match dengan posisi kedalaman kapal,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.