Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesal dengan Janji Pemerintah, Warga 14 Desa di Lebak Banten Patungan Bangun Jembatan

Kompas.com - 16/04/2021, 14:50 WIB
Acep Nazmudin,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

LEBAK, KOMPAS.com - Warga desa di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten membangun jembatan sendiri dari dana patungan.

Jembatan tersebut berada di ruas jalan milik provinsi namun pembangunannya diambil alih oleh warga setelah jembatan darurat yang disediakan oleh pemerintah kerap hanyut.

Terletak di Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten,

Jembatan tersebut merupakan jalur utama di Banten untuk menghubungkan utara Lebak dan selatan di bagian timur bahkan hingga ke Sukabumi.

Baca juga: Setahun Banjir Bandang Lebak, Kondisi Jembatan Utama Masih Saja Darurat

Jembatan putus sejak 2020, tak kunjung dibangun...

Jembatan putus sejak banjir bandang awal 2020 lalu. Namun hingga saat ini jembatan permanen belum kunjung dibangun.

Sebagai akses pengganti, Pemprov Banten membangun jembatan darurat, tapi jembatan kerap hanyut dan tidak bisa dilalui saat sungai Ciberang meluap. Itu berulang kali terjadi saat hujan turun.

Kesal karena akses terputus saat sungai meluap, warga berinisiatif membangun jembatan sendiri. Warga kemudian patungan hingga terkumpul ratusan juta rupiah untuk bangun jembatan.

"Ini sudah hari kesepuluh dibangun, gotong royong warga turun semua, dananya juga swadaya," kata Khatib, warga setempat kepada Kompas.com di Ciladeun, Jumat (16/4/2021).

Baca juga: Teror Tanah Bergerak di Lebak Banten, Mencari Penyebab dan Solusinya

"Jengkel, pusing lihatnya, kalau meluap kami tidak bisa melintas..."

Khatib mengatakan warga turun tangan membangun jembatan lantaran sudah jengkel dengan kondisi jembatan darurat saat ini.

Kata dia, warga juga sudah bosan menunggu kepastian dari pemerintah kapan jembatan permanen dibangun.

"Sudah jengkel lah, pusing lihatnya, kalau meluap kami tidak bisa melintas, bahkan banyak warga yang hendak melintas bawa kendaraan roda empat harus menginap nunggu sungai surut," kata Khatib.

Uang yang dikumpulkan oleh warga dari hasil swadaya. Kata Khatib sudah dikumpulkan berbulan-lalu. Warga seikhlasnya menyumbang sesuai kemampuan dari Rp 50.000 hingga jutaan rupiah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com