UNGARAN, KOMPAS.com - Muhammad Khamim (66) dengan teliti menghilangkan bulu kulit kambing.
Di usia sepuhnya, warga Kelurahan Lodoyong, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, ini masih setia membuat rebana meski pesanan tak lagi stabil.
Sesekali dia menyeka keringat yang meluncur di dahinya.
Setelahnya, kulit itu direndam dalam air yang sudah diberi pemutih selama kurang lebih lima hari.
"Ini pembersihan kulit, setelah direndam nanti dijemur hingga kering lalu dibentuk sesuai kayu untuk rebana," jelasnya, Kamis (15/4/2021).
Untuk kayunya, Khamim menggunakan mahoni atau nangka.
"Kayu yang masih balok dibentuk sesuai ukuran, kemudian disesuaikan dengan kulit. Lalu di-press dan finishing," kata Khamim.
Dikatakan, untuk membuat rebana satu set membutuhkan waktu setidaknya dua pekan.
"Itu sudah komplit termasuk yg biasa dan jenis bas, ada empat item. Kalau yang versi modern lebih lengkap, sampai enam item," jelasnya.
Baca juga: Jimpitan Covid-19, Cara Warga Bertahan secara Ekonomi di Era Pandemi
Untuk harga, satu set dihargai Rp 3,2 juta hingga Rp 6,5 juta, tergantung kekomplitan pesanan rebana.
"Selain rebana baru, juga melayani perbaikan rebana dan bedug, biayanya mulai Rp 100.000," kata Khamim.