Makam itu teletak di bukit yang berada di trek lurus, warga menyebutnya Makam Montong, di Dusun Ujung Daye.
Satir yang berprofesi sebagai pedagang di Pantai Seger itu mengaku tak gentar bertahan di tanah seluas 1,6 hektare. Ia tak akan angkat kaki seperti warga lainnya.
"Saya akan bertahan di sini sampai saya dibayar oleh ITDC, kami tidak pernah menjual tanah ini, bapak saya masih hidup, dan dia tidak pernah menjual tanahnya, bapak saya menghadapi sendiri pihak ITDC, yang meminta kami tinggalkan lahan, karena tanah itu atas nama bapak saya dan tak pernah menjualnya pada siapa pun" kata Satir yakin.
Hingga kini, Satir dan keluarganya masih bertahan. Meski, aparat kerap kali datang memintanya pergi.
"Saya tidak akan pergi, saya lahir di tanah ini, asli orang sini, biar polisi tangkap saya, saya tetap bertahan, sering polisi minta kami pergi diancam akan digusur," kata Satir.
Kekecawaannya tak terhindar karena tiga makam saudaranya dibongkar dan dipindahkan ke lokasi lain.
Ia mengatakan, jika harus membeli lahan itu agar makam adiknya tak dibongkar, Satir akan membayarnya.
"Saya tidak mau mejual kuburan adik saya, misalnya saya akan dibayar Rp 500 juta agar mau memindah makam adik saya, saya tidak mau, tapi kami terpaksa bongkar, karena warga lain membongkar makam sanak keluarga mereka," kata Satir kecewa.
Baca juga: Brimob dan Raider Pukul Mundur KKB, Tim Satgas Nemangkawi Akhirnya Mendarat di Beoga
Warga dijanjikan ganti rugi Rp 50 juta untuk satu liang, sebagian besar warga hanya menerima Rp 4,5 juta per makam.
Sejak dijadikan proyek sirkuit MotoGP, akses jalan warga menjadi sangat sulit dan menganggu aktivitas sehari-hari. Mereka terganggu bekerja, beribadah, hingga mengantar anak sekolah.
Akses jalan keluar masuk kampung sangat terbatas, terlebih di musim hujan, jalan sangat becek dan berlumpur.
Belum lagi ketika curah hujan tinggi, permukiman mereka yang tersisa tergenang banjir, karena berubahnya bentang alam akibat pembangunan sirkuit.
Kawasan sirkuit dan desa sekitarnya tergenang banjir mencapai 1,5 meter. Banjir di kawasan itu baru kali ini dialami warga.
Saat dikonfirmasi terkait sejumlah keluhan warga yang terdampak pembangunan Sirkuit Mandalika, Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah mengatakan, proses pembangunan telah sesuai rencana dan mengedepankan kepentingan masyarakat lokal.
Beragam pelatihan sudah diberikan kepada warga lokal untuk meningkatkan keterampilan mereka menghadapi even olahraga dunia MotoGP.