"Akhirnya kami yakini kalau Mbah Sim meninggal dunia. Tetangga, kerabat, juga datang ke rumah untuk berdoa, menyampaikan belasungkawa," kisah Nur.
Setelah kembali, Mbah Sim tinggal bersama sang adik, Musafak. Kakek itu sedikit demi sedikit sudah bisa berkomunikasi.
Nur sempat bertanya tentang apa yang dilakukan oleh kakek itu selama menghilang.
"Beliau jawab singkat beberapa kata saja. Hanya bilang di jalan, hujan, lalu ngeyup (berteduh). Raut wajahnya tampak sedih kayak mau nangis itu. Saya lalu menenangkan kalau beliau sudah di rumah, tidak akan kehujanan dan kedinginan lagi," ungkap Nur.
Baca juga: Surabaya Dukung Larangan Mudik 2021, Armuji: Ini untuk Keselamatan
Nur berujar, Kisah Mbah Sim menjadi pelajaran yang amat berharga, tentang kepedulian terhadap sesama.
Ia dan keluarga berkomitmen untuk menjaga dan merawat Mbah Sim.
Rencananya keluarga akan mengurus dokumen kependudukan Mbah Sim dan akan memeriksakan ke rumah sakit jiwa terdekat.
"Sebagai TKSK, saya biasa menangani orang terlantar, juga ODGJ. Apalagi, Mbah Sim adalah keluarga, jadi kami akan jaga dan rawat beliau," ungkap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.