Salin Artikel

Sempat Dinyatakan Meninggal, Kakek yang Hilang 30 Tahun Lalu Itu Pulang

MAGELANG, KOMPAS.com - Muhammad Masim Masruri (65) sempat dinyatakan meninggal dunia oleh keluarga sekitar 30 tahun lalu.

Kakek yang biasa dipanggil Mbah Sim itu akhirnya pulang ke daerah asalnya di Dusun Kalisalak, Desa Donomulyo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kepulangan Mbah Masim disambut sukacita oleh keluarga Rabu (24/3/2021) malam.

Berawal dari sebuah video dan foto di media sosial yang diunggah seorang relawan, Mbah Sim diketahui masih sehat secara fisik, namun mengalami gangguan mental. 

Di unggahan itu, sang relawan memberitahu bahwa ia menemukan seorang kakek bernama Mbah Sim asal Kabupaten Magelang terlunta-lunta di daerah Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. 

Relawan dengan akun Instagram novitha_mery itu menyertakan beberapa foto kakek itu.

Tidak berselang lama, keluarga Mbah Sim, Muhammad Ridwan dan Nurkhayati, mengetahui unggahan itu dan langsung berupaya untuk memastikan bahwa kakek itu adalah Mbah Sim yang hilang 30 tahun lalu, pada Senin (22/3/2021).

"Awalnya saya diberitahu kakak (Muhammad Ridwan) kalau ada informasi keberadaan Mbah Sim di WhatsApp grup. Setelah saya cek, saya mengenali wajah di unggahan itu adalah Mbah Sim. Saya langsung menghubungi Mbak Mey (novitha-mery), dan mencari informasi ke keluarga, untuk memastikan lagi apakah dia Mbah Sim," papar Nurkhayati, saudara Mbah Sim, saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Jumat (26/3/2021) malam.

Saat itu, Nur-panggilan Nurkhayati-sedang dalam perjalanan dari Bandung ke Magelang. Sepanjang perjalanan ia terus mencari kepastian tentang Mbah Sim.

Hingga akhirnya ia yakin bahwa kakek itu adalah Mbah Sim dari sejumlah video dan ciri-cirinya.

"Saya terus berkomunikasi dengan Mbah Mey, saya minta video-video Mbah Sim, termasuk saya minta difotokan jari-jarinya karena ada tanda tertentu yang dimiliki Mbah Sim. Kata Mbak Mey, Mbah Sim bisa menjawab saat ditanya nama dan rumahnya walaupun butuh waktu lama, 1-3 hari. Beliau lebih banyak diam, berucap sepatah-patah saja," ungkap Nur. 

Selain ciri fisik, Mbah Sim juga masih hafal nama 3 adik-adiknya saat ditanya oleh relawan itu. Salah satu yang paling diingat Mbah Sim adalah adiknya bernama Musafak.

Dari situ Nur semakin yakin dan segera menjemput Mbah Sim ke Probolinggo.

Nur mengurus dokumen penjemputan Mbah Sim.

Dibantu sanak saudaranya, perangkat Desa Donomulyo, dan Dinas Sosial Kabupaten Magelang, Nur berangkat ke Probolinggo.

Nur yang juga Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Secang itu terharu, sebab di rumah relawan itu Mbah Sim dijaga betul. 

Bahkan, kepulangan Mbah Sim diantar oleh TKSK setempat, dan relawan yang peduli dengan orang-orang terlantar.

Menurut relawan yang menemukannya, kata Nur, Mbah Sim ini Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang berbeda dengan ODGJ lain yang pernah diurusnya. Setiap bergumam, ia melafalkan ayat-ayat Al Qur'an. 

Rajin mengaji

Nurkhayati ingat betul, Mbah Sim dahulu memang sosok yang rajin mengaji di sebuah majelis penghafal Al Qur'an di desanya.

Mbah muda pun memiliki cita-cita untuk belajar ke Pondok Pesantren Gontor di Jawa Timur. Tapi cita-citanya kandas karena alasan ekonomi orangtuanya.

Keluarga menduga Mbah Sim depresi karena alasan tersebut.

"Mbah Sim sangat ingin belajar ke Ponpes Gontor, tapi karena orangtua tidak punya uang, jadi tidak bisa. Mbah Sim jadi seperti depresi, sukanya jalan kaki pergi tanpa tujuan, tapi pasti pulang lagi. Kalau lagi diam dia pasti bergumam ngaji ayat-ayat Al Qur'an," ungkap Nur.

Dinyatakan meninggal

Hingga pada suatu hari, lanjut Nur, Mbah Sim yang belum mempunyai istri itu pergi dan tidak pulang. Keluarga panik.

Mereka mencari-cari keberadaan Mbah Sim. Mereka juga sudah lapor polisi. 

"Kami cari Mbah Sim ke mana-mana. Setiap ada informasi ada korban kecelakaan yang meninggal dunia tanpa identitas (Mr.X) kami cek, selalu bukan Mbah Sim yang kami cari," tuturnya.

Tidak menyerah, keluarga juga menggelar doa bersama 7 hari, berharap kakek itu pulang. Tapi upaya mereka tidak membuahkan hasil.

Sampai akhirnya keluarga dengan ikhlas menyatakan kalau Mbah Sim sudah meninggal dunia. 


"Akhirnya kami yakini kalau Mbah Sim meninggal dunia. Tetangga, kerabat, juga datang ke rumah untuk berdoa, menyampaikan belasungkawa," kisah Nur.

Setelah kembali, Mbah Sim tinggal bersama sang adik, Musafak. Kakek itu sedikit demi sedikit sudah bisa berkomunikasi.

Nur sempat bertanya tentang apa yang dilakukan oleh kakek itu selama menghilang.

"Beliau jawab singkat beberapa kata saja. Hanya bilang di jalan, hujan, lalu ngeyup (berteduh). Raut wajahnya tampak sedih kayak mau nangis itu. Saya lalu menenangkan kalau beliau sudah di rumah, tidak akan kehujanan dan kedinginan lagi," ungkap Nur. 

Nur berujar, Kisah Mbah Sim menjadi pelajaran yang amat berharga, tentang kepedulian terhadap sesama.

Ia dan keluarga berkomitmen untuk menjaga dan merawat Mbah Sim.

Rencananya keluarga akan mengurus dokumen kependudukan Mbah Sim dan akan memeriksakan ke rumah sakit jiwa terdekat.

"Sebagai TKSK, saya biasa menangani orang terlantar, juga ODGJ. Apalagi, Mbah Sim adalah keluarga, jadi kami akan jaga dan rawat beliau," ungkap dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/27/114149378/sempat-dinyatakan-meninggal-kakek-yang-hilang-30-tahun-lalu-itu-pulang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke