Permintaan akan lada di pasar yang tergolong besar menyebabkan petani lada meluaskan lahan pertaniannya.
Baca juga: Harga Lada Merangkak Naik, Petani: Ini Kabar Baik
Harganya pun naik turun. Tidak optimalnya pemeliharaan kebun lada dan monopoli perdagangan menyebabkan kondisi perekonomian petani tidak stabil.
Mereka kemudian beralih dengan menanam padi, karet dan sebagainya. Hal tersebut ternyata berdampak pada perekonomian kesultanan di Jambi.
Karena selama ini sultan mengandalkan pemasukan yang diperoleh melalui monopoli perdagangan atau bea ekspor.
Baca juga: Babel Jadi Penghasil Lada Putih Terbesar di Dunia, Gubernur Erzaldi Paparkan Strategi Pemasarannya
Pada periode kerjasama dengan VOC, Sultan Jambi menangguk untung 30-35 persen dari lada yang terjual. Hal tersebut membuat para Sultan Jambi menjadi sangat kaya.
Perdagangan lada di Jambi tergolong sangat singkat dan tidak membawa kemakmuran panjang bagi masyarakat.
Namun sampai saat ini, lada di Jambi masih dijumpai, walaupun tidak tergolong besar.
Pemanfaatannya pun masih digunakan masyarakat sebagai bumbu masakan yang tak bisa dilewatkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.