BANDUNG, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan pemerintah menargetkan 30 juta UMKM di Indonesia go digital.
Digitalisasi UMKM tidak sebatas on boarding UMKM ke platform e-commerce. Namun, bagaimana UMKM mampu berkompetisi dan bertahan di ekosistem digital.
"UMKM yang go digital pada awal 2020 (sebelum pandemi) sebanyak 8 juta. Per hari ini, sudah 12 juta. Target kami di 2023 ada tambahan 30 juta UMKM yang terintegrasi dalam ekosistem digital (on-boarding)," ujar Teten di Bandung, Minggu (21/3/2021).
Baca juga: Kementan Berikan Fasilitas Gerai Pangan Lokal Bagi Pelaku UMKM
Teten mengungkapkan, digitalisasi ini sangat penting dan baginya sebuah keniscayaan. Apalagi ekonomi digital Asia Tenggara diperkirakan jadi yang terbesar dengan nilai Rp 18 triliun pada 2025.
"Untuk itu, (produk-produknya) jangan sampai dikuasai asing," ucap dia.
Di era new normal, digitalisasi menjadi kunci kebangkitan UMKM. Karena itu, pemerintah terus mendorong UMKM go digital melalui program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).
Baca juga: Perjuangan Rumah Makan Nasi Padang Pak Datuk Bertahan di Tengah Pandemi, Sempat Tutup 3 Bulan
Di Jabar, Gernas BBI akan digelar April 2021 dengan tagline UKM Jabar Paten. Pihaknya melibatkan lebih banyak platform digital dalam acara tersebut.
Pada periode ini, gerakan akan fokus pada produk-produk artisan. Yakni produk-produk yang sudah dikurasi menjadi produk unggul, tetapi bukan mass production.
Misalnya, produk costum, hand made, serta produk berkualitas premium yang bisa bersaing dengan produk asing.
Menurut Teten, costum product memiliki market demand yang tinggi dan sedang menjadi tren. Apalagi, Jabar adalah gudangnya anak muda kreatif dengan produk kreatif seperti fesyen, sepatu, kuliner, hingga produk berbasis teknologi.
"Penting untuk menghadirkan produk lokal agar bisa bersaing dengan brand asing. Karena sebenarnya, selama ini brand kita yang bagus tidak diberi tempat ruang usaha. Misalnya di mal kelas atas yang tempat premium place-nya dikasih ke brand luar," ungkap Teten.
Padahal, Teten mencontohkan, kopi dengan brand lokal jauh lebih diminati daripada brand luar. Bahkan, sepatu olahraga buatan anak muda Bandung masuk ke mal kelas atas di Tokyo.
"Ini harus ada keberanian dari pengelola mal kita untuk menghadirkan brand-brand lokal agar tidak kalah dengan brand besar," jelas MenkopUKM.
Bagi Teten, ini juga merupakan bagian dari kampanye produk lokal. Karena, di dalam negeri banyak produk lokal yang kualitasnya lebih bagus dan harganya lebih murah, tapi brand image-nya kurang dibangun dengan baik.
Selain itu, ada mental masyarakat yang masih kurang percaya diri dengan produk dalam negeri. Akhirnya, mereka memilih produk asing meski merogoh kocek cukup dalam.
"Ini harus menjadi terobosan di kalangan anak-anak muda. Mereka memang ingin membeli sesuatu yang unik, tapi tidak mau mengeluarkan uang lebih banyak. Misalnya, sepatu buatan Bandung, tas buatan Yogya, dan sebagainya," ucap Teten.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat, Herawanto mengungkapkan, Gernas BBI merupakan penguatan sisi suplai dan digitalisasi. Sebab UMKM melibatkan banyak orang meski skalanya kecil.
"Ini upaya menciptakan New UMKM Jabar secara end to end sebagai kekuatan ekonomi nasional yang tumbuh berdaya saing," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.