Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Meliana Dilaporkan oleh Anak yang Disayanginya: Disekolahkan ke Australia hingga Dibelikan Mobil

Kompas.com - 05/03/2021, 06:00 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com - Kasus ibu dilaporkan anak kandung kepada kepolisian kembali terjadi di Semarang, Jawa Tengah.

Kini ibu bernama Meliana Widjaja (64), warga Gajahmungkur, Kota Semarang, dilaporkan ke polisi karena masalah harta warisan.

Meliana pun merasa tersayat hatinya, mengingat selama ini ia telah mengasihi dan merawat sang anak.

Baca juga: Tangis Seorang Ibu di Semarang Usai Dilaporkan Anak ke Polisi karena Warisan

Anak yang sangat disayangi

Ilustrasi ibu milenial mengasuh anak.SHUTTERSTOCK.com/ Ilustrasi ibu milenial mengasuh anak.
Sang ibu tidak menyangka karena pelapor, J (39), termasuk anak kesayangannya.

J yang merupakan anak ketiga bahkan disekolahkan ke luar negeri, hingga dibelikan mobil.

"Dulu sangat sayang sama dia. Dulu dia kuliah di luar negeri yang mengirim uang saya. Dia saya belikan mobil yang harganya mahal sekali. Itu ya saya yang belikan," kata Meliana seperti dilansir dari Tribun Jateng, Rabu (3/3/2021).

Bahkan dia sampai berpesan kepada para ibu agar tidak terlalu memanjakan anaknya.

Baca juga: Anak yang Polisikan Ibu Kandung Buka Suara: Enggak Sesuai Fakta

Ternyata tidak sekolah

Meliana bercerita ternyata anaknya tidak bersekolah di Australia, padahal keluarga selalu mengirimi uang.

"Dia dimarahin papanya, katanya sekolah-sekolah, ternyata tidak. Suatu saat dideportasi," ujarnya seperti dikuti dari Tribun Jateng.

Suaminya kemudian mengusir J dan bahkan hendak memutuskan hubungan. Namun J ditolong oleh anak sulungnya karena kasihan.

Ternyata, kata Meliana, J juga melaporkan kakak sulungnya itu ke polisi.

Baca juga: Abaikan Saran Ganjar, Wali Kota Tegal Tetap Tak Mau Cabut Laporan, Polisi Segera Panggil Saksi

 

Ilustrasi hukumShutterstock Ilustrasi hukum
Masalah harta warisan hingga meneror

Adapun duduk persoalan J melaporkan ibunya ialah mengenai harta warisan berupa tanah yang ingin dimiliki J.

"Dia (J) memaksa minta warisan kepada saya, padahal saya masih hidup kok. Itu anak durhaka," ungkap Meliana.

Sejak suami Meliana meninggal pada 2008, J disebut semakin kasar.

Terlebih setelah menikah, J selalu meminta jatah warisan hingga menerornya.

"Anak ini sering meneror saya bertahun-tahun. Sejak papanya enggak ada suka bentak-bentak. Pakaian dilempar ke lantai. Bahkan menyebar beling di kamar saya. Saya ketakutan. Saya mengandung dia selama sembilan bulan tidak pernah minta balasan," lirihnya.

Sementara itu, kuasa hukum Meliana, Deddy Gunawan, mengatakan tanah yang dipermasalahkan yakni seluas 220 meter persegi dan 221 meter persegi.

Baca juga: Duka Keluarga Briptu Herlis, Brimob yang Gugur dalam Kontak Senjata dengan MIT: Kami Masih Tidak Percaya

Laporan pemalsuan dokumen

IlustrasiKOMPAS/DIDIE SW Ilustrasi
Dalam kasus ini, Meliana dilaporkan atas dugaan pemalsuan dokumen.

Meliana pernah mengurus balik nama tanah tersebut melalui wanita berinisial R melalui konsultasi.

Namun Meliana janggal karena nama ahli waris hanya berubah satu nama, yakni anak pertama, padahal Meliana memiliki tiga anak.

Dia lalu mengembalikan kepemilikan tanah menjadi nama suaminya.

"Ketika kami mencoba memediasikan, Ibu Meliana menolak karena masih hidup. Kalau memang mau ya ini kami berikan sertifikat, hak dia senilai Rp 1 miliar. Itu yang akan diberikan kepada J. Namun, J tidak ada tanggapan dan cenderung menantang bagaimana proses ini dilanjutkan sampai ke peradilan," tegasnya.

Deddy berharap agar permasalahan itu diselesaikan secara kekeluargaan karena tidak ada yang dirugikan.

"Toh bisa dibicarakan baik-baik tidak harus melaporkan ke polisi. Kami berharap Ibu Meliana mendapatkan keadilan agar tidak menimbulkan kerugian," ucapnya.

Baca juga: Kondisi Terkini 2 TKW Karawang yang Terkena Virus Corona B.1.1.7, Tak Ada Keluhan dan Masih Diisolasi

 

Ilustrasi Polisi KOMPAS.com/NURWAHIDAH Ilustrasi Polisi
Pelapor mengaku geli

Anak sulung Meliana, Tommy, berharap agar adiknya menyelesaikan perkara secara kekeluargaan.

"Semoga ini bisa dihentikan, kasihan Mama," ujar Tommy.

Sementara pelapor, J tidak mau banyak berkomentar terkait persoalan tersebut.

"Sementara saya enggak gubris, saya malah geli. Saya lebih baik diam karena enggak sesuai fakta," ucapnya.

Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBP Indra Mardiana membenarkan soal adanya aduan tersebut.

"Kita masih tindak lanjuti pengaduan. Laporannya bentuk pengaduan," kata Indra lewat pesan singkat.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor : Dony Aprian, Teuku Muhammad Valdy Arief), Tribun Jateng

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Regional
Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Regional
Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Regional
Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Regional
Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Regional
Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Kilas Daerah
Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Regional
LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

Regional
3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

Regional
Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Regional
PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

Regional
Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Regional
Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Regional
Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com