Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Geofisika UB: Suara Dentuman di Malang Berasal dari Aktivitas di Permukaan Bumi

Kompas.com - 03/02/2021, 16:49 WIB
Andi Hartik,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Pakar geofisika Universitas Brawijaya (UB) Prof Adi Susilo menduga, suara dentuman yang berkali-kali terdengar di Malang berasal dari aktivitas di permukaan bumi.

Sebab, alat deteksi milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tidak mendeteksi adanya gempa saat dentuman itu terdengar.

"Berdasarkan data dari BMKG, ternyata semalam itu tidak ada indikasi gempa. Jadi tidak ada rekaman aktivitas yang berasal dari bawah permukaan," kata Adi melalui sambungan telpon, Rabu (3/2/2021).

Alat milik BMKG di Malang juga tak mendeteksi petir yang berlebihan. 

"Semalam itu petir juga tidak ada. Sehingga itu bukan aktivitas petir," katanya.

Baca juga: Sejumlah Fakta Dentuman Misterius di Malang, Seperti Letusan Meriam dan Masih Terdengar hingga Pagi

Adi yang merupakan profesor di bidang ilmu geofisika kebencanaan dan sumber daya alam itu menduga, dentuman itu berasal dari permukaan bumi.

Menurutnya, gempa yang merupakan aktivitas di dalam bumi tak memunculkan suara.

"Berarti itu aktivitas yang terjadi di atas permukaan bumi. Suara kan. Kalau gempa itu mesti bukan suara, tetapi goyangan di buminya itu," jelasnya.

Adi Susilo memperkirakan, suara itu berasal dari aktivitas manusia.

"Sepertinya aktivitas manusia. Apalagi waktu terjadinya lama," katanya.

 

Sebelumnya, suara dentuman terdengar berkali-kali dengan tempo yang hampir sama di Malang. Suara itu terdengar sejak Selasa (2/2/2021) malam hingga Rabu (3/2/2021).

Suara itu menjadi misterius karena sumber suara masih belum ditemukan.

Kompas.com di Malang mendengar suara itu seperti letusan meriam. Suara itu terus terdengar pada dini hari, mulai pukul 00.00 hingga 01.30 WIB.

Suara itu terdengar dengan tempo yang lambat. Sekali berbunyi, berhenti, lalu berbunyi lagi dengan tempo yang hampir sama. Terkadang terdengar dua kali suara dentuman yang hampir bersamaan.

Baca juga: Bupati Terpilih Sabu Raijua Orient Riwu Kore Ternyata WN AS, Bawaslu dan KPU Beda Pendapat

Seorang staf di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB), Muhammad Anang Mustofa juga mendengar suara yang sama dari tempatnya tinggal di Tajinan, Kabupaten Malang.

Ia mendengar dentuman itu sejak Selasa pukul 23.00 WIB hingga keesokan harinya.

"Kaca-kaca rumahku sampai getar. Rasanya dekat banget dari rumah saya. Sekutar jam 7 tadi masih terdengar. Tapi kaca sudah tidak getar lagi," katanya.

Mahasiswa di Universitas Negeri Malang, Dufan Dwi Wahyudi yang tinggal di Dau, Kabupaten Malang juga mendengar suara tersebut.

"Suaranya agak keras, suara dem sambil ada getaran. Kalau saya dengarnya jam setengah satu," katanya.

 

BMKG Stasiun Geofisika Karangkates Kabupaten Malang memastikan suara dentuman itu bukan berasal dari aktivitas gempa bumi dan petir.

"Sejauh ini rekaman tentang gempa bumi, rekaman seismek kami memang tidak ada anomali dari kemarin. Kalau dibilang dari getaran tanah, nggak juga. Karena rekaman sensor kami tidak mencatat," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Karangkates, Kabupaten Malang, Ma’muri melalui sambungan telpon, Rabu (3/2/2021).

Baca juga: TNI-Polri Tak Takut dengan Tantangan Perang Terbuka KKB, Begini Penjelasan Wakapolda Papua

Gunung Raung yang ada di perbatasan Jember, Bondowoso dan Banyuwangi mengeluarkan suara yang sama akibat aktivitas vulkanik di gunung tersebut.

Namun, kemungkinan itu kecil karena jarak antara Gunung Raung dan Malang cukup jauh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com