Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Ditutup Saat “Jateng di Rumah Saja”, Pedagang: Dampaknya Sangat Buruk

Kompas.com - 03/02/2021, 16:25 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Untuk menekan laju persebaran Covid-19, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bakal memberlakukan “Jateng di Rumah Saja” selama dua hari, Sabtu-Minggu (6-7/2/2021).

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjelaskan selama program tersebut berlangsung, tempat-tempat keramaian ditutup, salah satunya pasar tradisional.

“Tempat-tempat keramaian pariwisata, toko pasar, kita istirahat dulu. Nah nanti pasar-pasar kesempatan kita semprot semuanya biar sekalian bersih, tempat pariwisata juga ditutup dulu,” jelasnya, Selasa (2/2/2021).

Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Jawa Tengah memberi tanggapan terkait rencana itu.

Ketua APPSI Jawa Tengah Suwanto menganggap penutupan pasar tradisional akan memberikan dampak kepada nasib pedagang.

Baca juga: Gerakan Jateng di Rumah Saja, Pedagang Menjerit: Satu Hari Tak Jualan, Satu Hari Tak Makan

Apalagi selama pandemi Covid-19 ini mereka mengalami penurunan penghasilan.

"Daripada aktivitas masyarakat dihentikan total termasuk kegiatan berdagang di pasar tradisional, akan lebih baik dan lebih harmonis jika tetap menjaga kegiatan ekonomi yang sudah begini kondisinya," ungkapnya kepada Kompas.com, Selasa.

Suwanto menilai masih ada cara lain yang bisa dipakai untuk menekan kasus Covid-19, tanpa harus menghentikan total kegiatan di pasar.

"Bukannya tidak setuju tapi diupayakan tidak ada penutupan pasar tradisional di Jateng. Lebih baik protokol kesehatan dioptimalkan dengan disiplin 3 M, sehingga ekonomi tumbuh kembali dengan baik," ujarnya.

Ketua Paguyuban Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Johar Surahman juga berpandangan serupa.

Menurutnya, perekonomian pedagang akan terkena dampak sangat buruk bila pasar ditutup.

Baca juga: Usulkan Jateng di Rumah Saja, Ganjar: Saya Ingin Melihat Jawa Tengah Sepi

"Sebab pasar merupakan multiplayer akan kebutuhan masyarakat, sedangkan hanya diterapkan PPKM saja telah berdampak buruk pada kehidupan pedagang pasar apalagi sampai pasar ditutup," kata Surahman.

Pihaknya berharap agar penerapan “Jateng di Rumah Saja” dapat mempertimbangkan keberlangsungan kehidupan para pedagang pasar di tengah kondisi ekonomi yang berat.

"Sebagai pedagang pasar saya berharap tidak perlu ada penutupan pasar, karena dalam kenyataanya sebagian besar pedagang pasar berpenghasilan kecil kalau satu hari tidak berjualan ya satu hari tidak bisa makan," katanya.

Saat ini, terdapat 17.500 pedagang tradisional di Kota Semarang. Sementara itu di seluruh Jawa Tengah ada sekitar 350 ribu pedangang.

Baca juga: “Jateng di Rumah Saja” Dilaksanakan 6-7 Februari, Ganjar Imbau Masyarakat Tunda Kegiatan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com