Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sukirno Alami Luka Bakar hingga Tak Punya Pori-pori dan Kehilangan Keluarga Saat Erupsi Merapi

Kompas.com - 02/02/2021, 08:03 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

"Saya baru sampai di halaman (rumah yang punya acara pernikahan), itu sekitar jam 11 , jadi dari kawah itu langsung terlempar ke sini. Itu bentuknya abu tapi masih gumpalan itu semakin dekat semakin besar dan cepat, pokoknya langsung gelap saja," tuturnya.

Terjangan awan panas tersebut membuat orang-orang panik. Sukirno sempat melihat orang-orang yang berada di acara  berlarian menyelamatkan diri. Namun juga ada yang tidak sempat melarikan diri.

Bahkan, dirinya bersama keluarga yang saat itu masih berada di halaman juga tak luput menjadi korban. Sekujur tubuh Sukirno terbakar cukup parah.

"Saya sudah kena abu sama awan panas itu, kulit semua sudah luka, sudah tinggal daging-dagingnya itu," tuturnya.

Baca juga: Duka Lia, Bocah 6 Tahun Selamat dari Banjir Kalsel, Hidup Sebatang Kara, Seluruh Keluarganya Tiada

Di tengah situasi abu yang tebal,suhu udara yang panas dan tubuh terluka bakar, Sukirno melihat satu anaknya.

Bapak yang saat ini berusia 55 tahun ini pun spontan langsung  mengendong anaknya. Sekuat tenaga Sukirno membawa lari anaknya ke bawah.

Di tengah hujan abu yang tebal, Sukirno tidak menghiraukan luka bakar di tubuhnya.

Ia terus berlari menjauh sambil mengendong anaknya yang juga mengalami luka bakar. Namun naas, anaknya yang paling kecil tersebut meninggal dunia.

"Saya gendong lari ke bawah, saya gendong itu anak saya yang paling kecil. Lari terus pokoknya ke bawah, anak saya titipkan di rumah saudara yang tidak kena, kan tidak semua waktu itu kena awan panas," tuturnya.

Dari rumah saudaranya tersebut, Sukirno melihat sepeda motor yang ditinggalkan. Ia pun langsung menaiki sepeda motor itu ke rumah sakit.

"Saya langsung ke Sardjito (RSUP Dr Sardjito), di jalan itu saya dikawal karena disuruh berhenti saya tetap jalan terus, lampu merah tidak saya hiraukan. Sampai di Sardjito masih bisa jalan sendiri, saya juga tidak tahu bisa seperti itu," urainya.

Sukirno harus mendapat perawatan intensif di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Ia dirawat lebih kurang empat bulan. Selama di rumah sakit, Sukirno sempat menjalani beberapa operasi.

"Di rumah sakit ada kalau empat bulan, awalnya saya dirawat oleh dokter dari Jepang," ungkapnya.

Ia pun harus menerima kenyataan pahit.  Keluarganya meninggal dunia dalam peristiwa tanggal 22 November 1994 tersebut.

"Ayah, ibu, istri dan anak dua meninggal semua, kalau itu sudah takdirnya saya terima. Kejadian 94 itu kejadian yang pahit dalam hidup saya," bebernya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com