Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film Oglangan, Kisah Semangat Kaum Muda Mempertahankan Musik Tradisional Tongling

Kompas.com - 09/01/2021, 11:30 WIB
Sukoco,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com  -  Eksotisme keindahan Kampung Wonomulyo, kampung di atas awan yang terletak di kaki Gunung Lawu, tergambar dari adegan fim pendek berjudul "Oglangan" garapan dari pemuda karang taruna kampung setempat.

Adegan pertama dibuka dengan keindahan langit Wonomulyo di pagi hari, dimana masyarakat di sana yang kebanyakan berprofesi sebagai petani. Mereka terlihat beraktivitas di tengah kebun sayur.

Kampung Wonomulyo terlihat jauh di bawah bukit yang menjadi setting adegan petani menggarap kebun sayur tersebut.

Sutradara film "Oglangan", Winarto mengatakan, film berdurasi 15 menit tersebut selain menggambarkan keindahan kampung Wonomulyo juga mengangkat kesenian tongling.

Musik tongling merupakan musik  yang dihasilkan dari peralatan musik yang dibuat  dari bambu. Tongling merupakan kesenian khas kampung Wonomulyo.

“Oglangan itu bahasa sini, yang artinya mati lampu,” ujarnya ditemui di Kampung Wonomulyo Sabtu (09/01/2021).

Baca juga: Begini Pola Baru Aktivitas Gunung Merapi, Usai Letusan Hebat 2010

Alur cerita

Film "Oglangan" menurut Winarto merupakan gambaran  sebuah tantangan bagi generasi muda untuk tetap menggeluti kesenian tradisional seperti musik tongling.

Film pendek ini menceritakan saat penting dimana grup musik tongling harus tampil secara virtual di sebuah televisi desa.

Namun di saat penting untuk memperkenalkan seni musik tradisional tersebut, listrik justru padam. Segala upaya  mereka kerahkan agar mereka bisa tetap tampil di TV Desa meski secara tunda.

“Di sini susah sinyal, jadi tanpa wifi ya tidak bisa siaran live,” imbuhnya.

Dengan semangat tak pernah menyerah, mereka akhirnya meminjam diesel agar bisa tetap memainkan musik tongling dan menyiarkan aksi mereka secara tunda.

Melalui penampilan tersebut, mereka berharap kesenian khas kampung  mereka bisa dikenal oleh banyak orang. 

Beruntung ketika jam telah mendekati waktu siaran live tiba tiba listrik menyala kembali sehingga mereka bisa melakukan siaran langsung.

“Oglangan atau mati lampu itu sebagai gambaran bahwa kami harus tetap semangat memelihara musik tongling untuk tetap eksis,” imbuhnya.

Baca juga: Kisah Sukses Panut, Dapat Rp 50 Juta Per Bulan dari Jualan Ikan Cupang

 

Gambaran toleransi

Film yang diikut sertakan dalam lomba smartphone short film festival 2020  yang diadakan oleh TV Desa dibawah Kementerian Desa tersebut menurut Winarto merupakan penggambaran toleransi di kampungnya yang selalu mementingkan kerja sama meski ada perbedaan agama.

Di kampung tersebut, sebagian warga merupakan pemeluk agama Budha dan sebagian lainnya beragama Islam. Namun perbedaan tersebut disatukan dalam pagelaran musik tongling sebagai bentuk napas toleransi.

“Di musik tongling kami melepaskan perbedaan tersebut, kami bekerja sama merangkai nada untuk menghadirkan sajian musik tongling,” ucap Winarto.

Syuting sempat terhenti karena tokoh musik tongling meninggal dunia.

Penggarapan film "Oglangan" menurut Winarto sudah dilakukan sejak awal Desember 2020. Namun penggarapan sempat terhenti karena tokoh pegiatnya, pak Sujono, meninggal dunia pada 12 Desember silam. 

Dengan semangat yang tersisa, Winarto meyakinkan seluruh pemain untuk menyelesaikan film "Oglangan" sebagai bentuk penghormatan kepada sang maestro, Pak Sujono.

“Kami benar-benar drop waktu itu. Namun akhirnya kami bisa menyelesaikan film ini sebagai bentuk penghormatan kepada Mbah Jono,” katanya.

Baca juga: Viral, Foto Wajah Wagub Lampung Disebut Mirip Bu Tejo di Film Tilik

Tayang di YouTube

Pada 3 Januari 2021 film tersebut sudah tayang di kanal YouTube TV Desa.

Winarto berharap film tersebut berhasil meraih penghargaan yang akan dipersembahkan untuk sang maestro musik tongling pak Sujono.

Melalui film tersebut dia berharap pemuda di Kampung Wonomulyo memiliki semangat untuk tetap melestarikan musik tongling sehingag dikenal  luas oleh seluruh dunia.

“Film ini kami harapkan jadi penyemangat genrasi muda di kampung kami,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com