Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Ambulans Punya Banyak Pengalaman Dramatis Selama Covid-19, dari Deg-degan hingga Terpapar Virus

Kompas.com - 08/01/2021, 12:16 WIB
Reni Susanti,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com – Ada berbagai kisah menarik selama pandemi Covid-19.

Salah satunya kisah para sopir ambulans yang harus berdekatan dengan pasien ataupun jenazah pasien Covid-19.

“Ada kisah dramatis. Pernah di awal pandemi mengantar jenazah ke Cigadung (Bandung). Pas sampai ke pemakaman heran, karena banyak polisi dan TNI. Ternyata yang diantar pasien Covid-19,” ujar Direktur Cita Sehat Foundation Arif Taat Ujiyanto kepada Kompas.com, Jumat (8/1/2021).

Baca juga: Kisah Sarjana MIPA yang Jadi Pemulung, Mengecewakan Ibu hingga Raih Kalpataru

Cerita itu didapat Arif dari sopir ambulans yang dikelolanya.

Saat ini, yayasan yang dipimpinnya mengelola 45 ambulans di Indonesia.

Menurut Arif, sopir tersebut kemudian panik dan deg-degan.

Sebab, dia tidak diberi tahu bahwa yang diantarnya adalah jenazah pasien Covid-19.

Baca juga: Mendadak Melahirkan Tanpa Merasa Hamil, Dedeh: Anak Ini Nyata atau Enggak?

Sedangkan di awal-awal pandemi, pihaknya belum banyak turun, karena keterbatasan alat pelindung diri (APD).

Hal ini justru menjadi tekanan psikologis.

Sebab, di satu sisi belum bisa bergerak karena tak memiliki APD lengkap.

Di sisi lain, terdapat keinginan yang kuat untuk membantu.

“Setelah jenazah dimakamkan, sopir pulang ke kantor, langsung membersihkan (diri dan kendaraan), sterilisasi. Setelah itu driver tidak masuk dahulu,” tutur dia.

Baca juga: Resmi Bebas dari Lapas, Begini Kesan Pertama Abu Bakar Baasyir


Beberapa hari kemudian, sopir itu dites dan dinyatakan negatif Covid-19.

Namun, ada pula sopir yang akhirnya positif Covid-19.

Dari 45 sopir, ada dua yang terpapar Covid-19.

Bahkan satu sopir di antaranya terpapar virus bersama anak dan istrinya.

Mereka akhirnya mengikuti isolasi hingga dinyatakan negatif.

Arif menceritakan, ada banyak kisah dramatis yang dialami para sopir.

Termasuk saat awal pandemi, di mana penguburan jenazah mengalami penolakan dari warga.

Saat ini, menjelang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jawa dan Bali, pihaknya sudah siap menghadapi Covid-19.

Sebab, pihaknya sudah dilengkapi APD. Kendaraan pun sudah disekat antara sopir dan pasien atau jenazah.

Yayasan berbasis pemberdayaan kesehatan ini juga mengelola 6 klinik gratis yang tersebar di Jakarta Timur, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan dan Pekanbaru.

Selama 2020, penerima manfaat program layanan klinik sebanyak 38.553.

Jumlah itu terdiri dari layanan persalinan 268; layanan KIA sebanyak 7.874; imunisasi 2.250; dan layanan KB sebanyak 2.712.

Kemudian, pemeriksaan umum 24.885; pemeriksaan gigi 355; dan khitan 209.

Untuk program layanan ambulans sepanjang 2020 sebanyak 16.201, dengan pengantaran dalam kota sebanyak 14.258 dan luar kota sebanyak 1.943.

Kemudian, melayani pengantaran pasien sebanyak 9.486; jenazah sebanyak 5.829; dan siaga sehat sebanyak 886.

Sedangkan untuk program preventif dan promotif, jumlah penerima manfaat Cita Sehat sebanyak 20.679, dengan program stunting sebanyak 12.489; Ramah Lansia sebanyak 6.997; Kebun Gizi sebanyak 184; dan program sedekah sampah sebanyak 1.009.

Tahun ini pihaknya membuka program penanganan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Sebab ada beberapa orang terdampak Covid-19 yang terindikasi mengalami gangguan jiwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com