Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lewat Sepatu, Extinction Rebellion Tuntut Indonesia Merdeka dari Krisis Iklim

Kompas.com - 01/09/2020, 22:08 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Sore itu, matahari belum juga lingsir dari langit Yogyakarta. Meski udara masih terik, sekelompok anak muda yang mengatasnamakan Extinction Rebellion (XR) Indonesia menggelar aksi sepatu atau shoe strike.

Salah satu peserta aksi Ario Bimo menjelaskan, aksi sepatu merupakan aksi menyuarakan tuntutan protes dan ajakan ke masyarakat tentang kondisi darurat iklim yang terjadi saat ini.

Terkait media sepatu, dia menyebut, XR Indonesia tetap ingin menyuarakan dan turut mengajak partisipasi orang banyak agar terus dapat bersuara di kala pandemi Covid-19 ini.

“Karena itu sepatu digunakan untuk merepresentasikan kehadiran-kehadirannya,” ujarnya kepada Kompas.com usai aksi di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret, Yogyakarta, (29/8/2020).

Pasalnya, Ario sendiri menilai, dia tidak memiliki kanal untuk menyuarakan keberpihakan kepada kebijakan lingkungan, termasuk, membuat sebuah people's assembly.

Baca juga: Wabah Virus Corona, Tamparan Pahit Kesehatan Manusia dari Krisis Iklim

“Lihat kondisi sekarang sudah seharusnya sih pemerintah bilang kita di tengah kondisi darurat iklim. Toh karena bencana iklim kita udah merugi banget, baik itu masyarakat, atau pemerintahan,” tukasnya.

Sesuai namanya, tak kurang dari 100 pasang sepatu tampak berjajar rapi persis di depan tembok beton dan di bawah lima patung ikonik kota gudeg ini.

Tidak cuma itu, beragam spanduk atau pesan aspirasi juga tersebar di antara sepatu-sepatu. Salah satu di antara pesan ini tertulis menuntut pemerintah untuk mendeklarasikan krisis iklim.

Meski aksi ini hanya sepatu, suasana cukup hangat mengingat tak sedikit orang yang menyaksikannya karena monumen ini berada di titik nol kilometer, yang menjadi persimpangan istimewa di Yogyakarta.

“Walau cuma ada sepatu tapi aku merasa ada yang hadir dari keberadaan sepatu-sepatu itu,” terang Ario terkait suasana aksi ini.

Baca juga: Apa Itu Krisis Iklim, Penyebab Banjir di Indonesia sampai Kebakaran di Australia?

Terlebih, XR Indonesia juga menyiarkan aksi ini secara langsung lewat Instagram sehingga kegiatan ini pun semakin semarak.

Dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan, peserta aksi tampak mengenakan masker dan pesertanya pun dibatasi hingga hanya delapan peserta saja.

Selain di Monumen Serangan Umum 1 Maret, aksi serupa juga digelar di Monumen Jogja Kembali.

Pada saat yang sama, aksi sepatu juga digelar di Ibu Kota Jakarta, tepatnya di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Tak tanggung-tanggung, jumlah sepatu yang ikut “berdemo” di ibu kota berjumlah 505 pasang.

Baca juga: Catatan Krisis Iklim dalam Satu Dekade Terakhir

Aksi sepatu ini mewakili harapan akan bumi yang layak huni dan menuntut merdeka dari krisis iklim,” ujar Koordinator Nasional Extinction Rebellion Indonesia Defrio Nandi seperti keterangan tertulisnya.

Defrio menerangkan, sepatu-sepatu ini dikumpulkan secara sukarela selama 10 hari untuk mewakili suara masyarakat dan selanjutnya akan didonasikan ke beberapa yayasan yang membutuhkan.

“Kami tidak mau tinggal diam. Kami tidak akan berhenti untuk menyerukan kebenaran bahwa ini sudah darurat. Krisis Iklim ini nyata dan di depan mata,” ungkapnya.

Sama dengan di Yogyakarta, aksi di Jakarta juga dilangsungkan dengan protokol kesehatan ketat yang hanya melibatkan 15 relawan.

Tuntutan XR Indonesia

Lebih lanjut, Defrio menjelaskan, XR Indonesia menuntut pemerintah untuk segera mengambil langkah nyata dengan kebijakan pemulihan yang lebih ramah lingkungan dan rendah karbon.

Baca juga: Perlunya Sinergi Swasta dan Pemerintah untuk Hadapi Ancaman Lingkungan dan Perubahan Iklim

“Tiga tuntutan kami sangat jelas yaitu Deklarasikan darurat iklim sekarang, susun kebijakan untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2025 dan bentuk balai masyarakat untuk mengawal dan memberikan rekomendasi bagi kebijakan iklim Indonesia,” jelasnya.

Menurutnya, perubahan iklim mengakibatkan suhu bumi terus memanas hingga membuat umat manusia berada di titik krisis.

“Masa depan jutaan rakyat Indonesia, terutama anak muda ditentukan oleh langkah mana yang dipilih pemimpin bangsa hari ini,” tegasnya.

Berkaitan dengan itu, dia menilai masa-masa pemulihan krisis kesehatan pasca pandemi Covid-19 ini menjadi momentum Indonesia untuk bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan, hijau dan responsif terhadap iklim.

Baca juga: Pemerintah Dinilai Belum Prioritaskan Pengembangan Energi Terbarukan

Hal itu bisa diwujudkan dengan lebih serius berinvestasi pada langkah transisi energi, menghentikan ketergantungan pada energi kotor, membuka potensi besar energi bersih, serta merencanakan kebijakan-kebijakan lain yang berfokus pada konservasi lingkungan.

Terlebih, Indonesia sudah menyatakan komitmennya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dengan meratifikasi Perjanjian Paris, salah satunya melalui menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 derajat celcius.

“Kami sangat khawatir warisan 100 tahun kemerdekaan Indonesia di 2045 nanti yang akan kami terima adalah kerusakan yang bertambah parah dan kepunahan,” tukasnya.

Perlu diketahui, XR Indonesia adalah gerakan non-partisan internasional yang menggunakan aksi damai tanpa kekerasan untuk mendorong pemerintah dalam menanggulangi keadaan darurat iklim dan ekologi yang mengancam kesejahteraan dan seluruh kehidupan di bumi.

Baca juga: Aktivis Lingkungan Remaja Ini Konsisten Kampanyekan Perubahan Iklim Setelah Pandemi

Sebelumnya, XR Indonesia juga aktif menggelar digital strike atau aksi lewat platform digital. Salah satunya aksinya terlihat pada peringatan kemerdekaan Indonesia ke-75 dengan menggaungkan tagar #MerdekadariKrisisIklim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com