Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Duga Pencuri Ribuan Pakaian Perempuan Punya Gangguan Kejiwaan

Kompas.com - 27/07/2020, 15:31 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Dewantara,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Kasus pencurian ribuan pakaian perempuan di Desa Natai Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, masih bergulir.

Kepala Kepolisian Resor Kotawaringin Barat AKBP Dharma Ginting mengaku tak ingin gegabah menangani kasus ini.

Sebab, berdasarkan keterangan yang dikumpulkan anak buahnya, Dharma menilai ada keanehan perilaku pada terduga pelaku, Setu.

Baca juga: Diduga Curi Ribuan Potong Pakaian Perempuan, Seorang Pria Diburu Polisi

Sehingga, Dharma mengaku perlu berkoordinasi dengan sejumlah instansi dalam menyelesaikan kasus ini.

"Apakah diproses layaknya kriminal murni atau ada kemungkinan lain. Misalnya, pelaku mengalami masalah kejiwaan. Penanganannya akan berbeda. Tapi, tentu yang boleh berbicara tentang kejiwaan adalah pihak yang memiliki kompetensi di bidang ini," papar Dharma Ginting saat dihubungi, Senin (27/7/2020).

Terkait kemungkinan masalah kejiwaan pada terduga pelaku, ahli jiwa di Rumah Sakit Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun, dr Novera, SpKJ, angkat suara.

Novera sepakat penanganan kasus pada pelaku dengan gangguan kejiwaan semestinya tidak disamakan. Terlebih jika pelaku sampai menjalani pidana badan.

"Kalau harus dikurung, secara psikologis tidak akan membantu. Tapi, untuk dapat memastikan apakah ada masalah kejiwaan pada pelaku, harus ada serangkaian pemeriksaan," terang Novera.

Baca juga: Heboh Pria Diduga Curi Ribuan Pakaian Perempuan, Kabur ke Hutan dan Ancam Warga Pakai Sajam

Novera mengaku belum bisa  berkomentar banyak sebelum mengobservasi langsung yang bersangkutan. Karena itu dia berharap terduga pelaku bisa segera ditangkap. 

 

Enggan Bawa ke Jalur Hukum

Kepala Desa Natai Baru Asmiarti yang ditemui di rumahnya Sabtu (25/7/2020) menyayangkan kasus ini akhirnya ditangani penegak hukum.

Menurut dia, ulah Setu mencuri pakaian perempuan sudah dianggap biasa oleh sebagian warganya.

Bahkan, tidak jarang hanya menjadi buah bibir di antara warga yang merasa pernah menjadi korban pencurian oleh Setu.

"Jadi, ya, seperti dianggap biasa saja oleh warga. Yang merasa kehilangan hari ini, besoknya cerita ke tetangganya yang sebelumnya pernah kehilangan. Sebatas itu saja," kata Asmiarti yang baru sekitar 8 bulan menjabat kepala desa.

Baca juga: Pencurian 9 Kerbau Bikin Pemilik Histeris, Polisi Identifikasi Kendaraan Pencuri dari Rekaman CCTV

Dia mengutarakan, pada masa kepemimpinan kepala desa sebelumnya, kasus pencurian oleh Setu sempat ditangani oleh aparat desa dan diselesaikan secara kekeluargaan.

Asmiarti blak-blakan mengaku juga pernah kehilangan pakaian. Jumlah bahkan dia perkirakan mencapai 10-an potong.

Namun, seperti sebagian besar korban sebelumnya, Asmiarti enggan meributkan atau sampai melapor ke polisi.

Dia mengaku tak sampai hati salah seorang warganya menjadi pesakitan hanya karena kasus yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan.

Namun, tambah Asmiarti, untuk kasus terakhir yang memicu tindakan warga, Setu memang tidak bisa mengelak.

"Ada rekaman CCTV waktu dia mencuri pakaian salah satu warga yang kemudian melaporkan ke aparat saya," ucapnya.

Baca juga: Berawal dari Permintaan Gubernur NTT, 3 Pencuri Ternak Dikirim ke Nusakambangan

Menyikapi laporan itu, Asmiarti lalu memerintahkan Sekretaris Desa Achmad Rodli untuk memanggil Setu.

Hanya saja, rencana hendak mengonfirmasi secara baik-baik berakhir dengan kaburnya Setu dan pembongkaran pondoknya oleh warga. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com