SURABAYA, KOMPAS.com - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya menerjunkan tim untuk memeriksa kesehatan hewan kurban pada Senin (13/7/2020).
Pemeriksaan dilakukan di lokasi penjualan hewan kurban dan tempat pemotongan. Hal itu dilakukan untuk memastikan daging hewan kurban layak dikonsumsi masyarakat.
Baca juga: Ini Fatwa MUI soal Shalat Idul Adha dan Penyembelihan Kurban di Masa Pandemi Covid-19
Kepala DKPP Surabaya Yuniarto Herlambang mengatakan, pemeriksaan dilakukan terhadap hewan kurban dan pedagangnya.
Pemeriksaan di tempat penjualan hewan kurban akan dilakukan tim DKPP Surabaya mulai tanggal 13-30 Juli 2020.
"Jadi kita ada tim pemeriksaan hewan ternak sebelum disembelih maupun sesudah disembelih, tim ini yang akan menyebar, memeriksa hewan-hewan ke seluruh Surabaya," kata Herlambang saat dihubungi, Minggu (12/7/2020).
Dalam pemeriksaan kesehatan hewan, pihaknya akan membagi personel menjadi lima tim.
Masing-masing tim terdiri dari 60 personel yang disebar ke beberapa wilayah Surabaya, yakni Surabaya Barat, Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya Timur, dan Surabaya Pusat.
"Pengawasan dari tim kita tentunya dengan protokol (kesehatan), kita sampaikan ke teman-teman juga agar hati-hati," kata dia.
Selain itu, kata Herlambang, pemeriksaan kesehatan hewan kurban juga dilakukan di tempat pemotongan seperti rumah ibadah, mulai tanggal 31 Juli-2 Agustus 2020.
Baca juga: Polisi Kesulitan Lacak Pelaku yang Diduga Hina Agama Saat Bermain PUBG Mobile
Bagi hewan kurban yang telah diperiksa akan diberi tanda atau stiker.
Karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat agar membeli hewan kurban yang kondisinya sehat.
"Kita ingin masyarakat mau membeli hewan itu tahu bahwa hewan ini sehat maupun tidak sehat. Nah, yang sehat-sehat itu nanti yang akan kita beri tanda stiker-stiker," ungkap dia.
Sementara itu, Kasi Kesehatan Hewan dan Kesmavet (Kesehatan Masyarakat dan Veteriner) DKPP Surabaya Novia Andriani menyampaikan, pemeriksaan kesehatan di tempat pemotongan hewan dilakukan dengan melihat kondisi organ dalam, seperti hati dan paru-paru.
Sebab, ia menilai, pada musim-musim seperti ini hewan sangat rentan terhadap penyakit.
"Kenapa kok kita lebih memilih melihat organnya, karena kita khawatirkan pada saat Idul Qurban orang-orang memasak tidak penuh, misal seperti sate hati, dimasak setengah matang. Kalau termakan oleh kita bisa menyebabkan diare akut, demikian juga dengan paru-paru. Itu yang lebih kita tekankan," kata Novia.
Novia mengatakan, pemeriksaan daging hewan kurban tak diperlukan. Sebab, hewan ternak yang berasal dari Jawa Timur dipastikan terbebas dari Antraks.
Selain itu, hewan kurban yang sehat bisa dilihat dari kondisi fisiknya, seperti tidak cacat, tidak luka, tidak diare, dan tidak pincang.
Baca juga: Pandemi Covid-19, Begini Prosedur Hewan Kurban Diangkut ke Kepulauan Seribu
Kemudian, mata hewan itu juga terlihat bersinar bukan berair, serta kondisi cuping hidung lembab.
"Kalau (cuping hidung) kering itu bisa juga bukan karena sakit, mungkin baru didatangkan jadi dehidrasi. Tapi kalau hewan yang sakit itu sudah kelihatan, bulunya kusam tidak klimis. Kalau hewan sehat itu klimis, bulunya mengkilat," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.