Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Brigadir Polisi Heri, Bantu Keluarga Tak Mampu Tebus Jasad Korban Laka Lantas

Kompas.com - 09/05/2020, 17:23 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Contoh baik dan inspiratif ditunjukkan oleh seorang polisi di Polres Samosir. 

Ia menebus jasad korban kecelakaan lalu lintas di Jalan Tele - Dairi yang dirawat empat hari di Rumah Sakit Sidikalang.

Dia adalah Kanit Laka Polres Samosir, Brigadir Heri Ompusunggu.

Sementara korban bernama Walfaret Sihombing (56), buruh tani yang hidupnya nomaden dan ekonomi keluarganya terimbas Covid-19.

Baca juga: Kronologi Mobil Patroli Polisi Tabrak Pagar Rumah Warga Hindari Emak-emak Bawa Motor

Kepada Kompas.com ketika dihubungi via telepon, Sabtu (9/5/2020), Heri mengatakan, saat itu ada kecelakaan lalu lintas antara sepeda motor dengan pejalan kaki pada Minggu (3/5/2020) malam.

Pihaknya menerima informasi dari warga dan langsung ke lokasi. Pihaknya kemudian melalukan olah tempat kejadian perkara (TKP)

"Hasil olah TKP, sepanjang jalan tidak ada lampu jalan. Di situ daerah penduduk tapi tidak banyak. Penerangan pun kurang. Jalan lurus, bagus, status jalan nasional," katanya.

Kedua korban lalu dibawanya ke Rumah Sakit Sidikalang. Pihaknya berkoordinasi dengan pihak rumah sakit untuk segera ditangani.

Baca juga: Ibu Melahirkan di Mobil Polisi Ucapkan Terima Kasih, Bayinya Belum Diberi Nama

"Namun karena keadaan korban sudah kritis, dokter sempat membisikkan kepada saya bahwa sudah tidak ada harapan dan meminta keluarga korban dihadirkan," katanya.

Tempat tinggal korban berpindah-pindah, sesuai tempatnya bekerja. Saat itu dia sedang bekerja di Desa Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir.

"Korban sudah 3 bulan di sana. Pekerjaannya bertani, membantu orang yang sedang bertani. Artinya, kerja harian ada ladang orang, ikut kerja lalu dibayar," katanya.

 

Cari keluarga korban via Facebook

Dijelaskannya, saat itu keluarga korban tidak bisa ditemukan. Bahkan warga di tempat korban tinggal pun tidak ada yang tahu.

Korban tidak memiliki kartu identitas dan hanya berbekal surat keterangan dari Kepala Desa.

"Dengan itu kita coba share ke Facebook, mohon bantuan ada korban kecelakaan lalu lintas, keluarga tak ditemukan, keadaan kritis kita kasih foto kita, foto di TKP, foto korban, kita kasih kontak person nomor kita dan dan Kades tempat tinggal saat itu," katanya.

Dalam beberapa hari, banyak yang berkomentar namun tidak ada yang mengarah kepada keluarganya.

Akhirnya pihaknya menemukan nomor Sekretaris Desa asal korban dan menelfonnya. Dikatakannya bahwa ini keadaan darurat.

Baca juga: Buntut Video Bullying YouTuber Ferdian Paleka Cs, Penjaga Diperiksa, Ponsel Disita

 

Sekdes tersebut membenarkan bahwa korban adalah warganya namun sudah lama tidak tinggal di desanya.

Dari Sekdes, pihaknya mendapatkan nomor telepon anaknya. Setelah dihubungi, anaknya mengatakan akan datang. Namun hingga 3 hari, anaknya tidak kunjung datang.

Ada juga keluarganya dari Sidikalang yang datang hanya sebentar melihat lalu pergi lagi.

Dia dihubungi pihak rumah sakit agar segera datang. Dia meminta agar rumah sakit melakukan upaya medis semampunya.

Sempat marah ke keluarga korban

 

Rumah sakit beralasan kondisi korban sudah kritis dan jika pun diambil tindakan kemungkinan korban akan meninggal dunia sehingga kehadiran keluarganya sangat penting untuk melihat langsung kondisi korban.

Terakhir hari Kamis (7/5/2020) dia dihubungi pihak rumah sakit dan diberitahu bahwa korban sudah meninggal dunia. Kemudian pihaknya memaksa keluarga korban agar datang ke rumah sakit.

"Saya sempat marah. Masa' manusia kalian buat kayak gini. Gimana rasa kemanusiaan kalian. Kau anaknya masak kau tidak ada respons sama sekali, begitu saya bilang ke anaknya, Fernando Sihombing," katanya.

Baca juga: Kasus Mayat Dalam Kardus di Medan, Korban Dibunuh Pacar, Dibantu Mantan dan Ibu Pacar

Alasan keluarganya tidak bisa datang ke rumah sakit karena tidak ada biaya atau ongkos untuk datang. Anaknya hanya berjualan buah keliling dan selama Covid-19, tidak bisa berjualan maksimal.

Dia pun menjelaskan, yang berlalu biar berlalu. "Ini korban sudah meninggal, kami serahkan ke keluarga agar dikebumikan di rumah atau di mana terserah keluarga," katanya.

Setelah disampaikan, lanjut Heri, keluarga korban justru pergi meninggalkannya satu persatu sambil bisik-bisik. Dia pun memanggilnya lagi.

 

Pak, kami tak ada uang....

 

"Saya panggil lho kok seperti ini.  Ini biar cepat biar tahu kita mau dibawa ke mana. Salah satu wanita menangis, dan mengatakan pak kami sebenarnya tahu dari awal keadaan bapak ini sejak kejadian. Alasan kami tak datang kami tak ada uang," katanya.

Dia pun mengatakan, tanggungan di rumah sakit sudah selesai. Proses hukum tetap ditindaklanjuti, untuk pengendara motor masih dalam keadaan sakit namun dipantau dan sepeda motornya diamankan di Polres Samosir.

"Jadi korban meninggal dunia harus dibawa pulang. Ternyata mereka semua malah menangis lagi, bilang tak punya uang. Saya pun jadinya iba," katanya.

Menurutnya, saat informasi kecelakaan itu dishare-nya di Facebook, ada rekan satu letingnya bermarga Sitorus di Siborong-borong mengetahui rumah keluarga korban. Dia pun menyuruhnya menemui mereka.

"Sudah ketemu dengan anak dan istrinya, alasan mereka tak datang karena tak ada uang, rumah pun sepetak. Jadi dari situ tergerak hati saya," katanya.

Sehingga selanjutnya, dia pun memutuskan untuk menebusnya di rumah sakit agar bisa segera dikebumikan. Namun, ternyata masih ada kendala lagi yakni ambulans dan petinya. Dia pun akhirnya membayarnya sekaligus.

Dijelaskannya, dia sempat menelepon pimpinannya yang memerintahkan agar mengambil keputusan yang terbaik dan tidak akan dikomplain. Dia memutuskan untuk membayarkan ke rumah sakit karena merasa iba.

"Melihat keluarga korban in pun broken home. Karena si korban ini sudah lama meninggalkan keluarganya. Sudah kurang perhatian. Makanya saya bilang ke anaknya, apapun ceritanya, apapun dosanya ini tetap bapakmu," katanya.

Dikatakannya, korban akhirnya dibawa pulang oleh keluarganya menggunakan ambulans dan dikebumikan di Desa Pagaran, Kecamatan Pagaran, Tapanuli Utara.

"Lukanya kalau dilihat, medis mengatakan, ada benturan hebat di dada, kepala benturan kaki dan tangan patah. Dokter bilang ini mukjizat bisa bertaha  hidup sampai 4 hari," katanya 

Menurutnya, pihaknya juga sudah menyampaikan kepada keluarga korban, akan membantu proses administrasi agar dari Jasa Raharja bisa keluar kepada istri atau anaknya.

Nasib penabrak 

 

Sementara itu, pengendara sepeda motor sudah pulang ke rumahnya dan menjalani pengobatan tradisional di Desa Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir.

"Hasil analisa kita, saat itu sepeda motor yang dikendarainya melaju dengan kecepatan di atas 100 km per jam dan menabrak korban," katanya.

Dari kejadian ini, kata dia, jika terjadi kecelakaan pihaknya selalu mengarahkan untuk bertemu keluarganya.

Dan setiap mengalami kecelakaan agar tidak takut melaporkan kepada polisi. Proses hukum akan dijalankan sesuai aturan.

"Saya selalu mengingatkan untuk selalu berhati-hati, tidak berkendara dengan kecepatan tinggi dan selalu menggunakan helm," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com