Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/04/2020, 12:16 WIB
Firmansyah,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nugroho Dwi Hananto, menyebutkan, gelembung udara berukuran cukup besar menyembur sampai permukaan air di Selat Sunda tak jauh dari sisi timur di bibir Pantai Gunung Anak Krakatau, Provinsi Lampung, sudah terjadi sejak lama.

Ia mengatakan, gelembung udara itu merupakan akibat aktifitas hidrotermal bawah laut di lokasi tersebut.

Proses hidrotermal di laut ini sendiri adalah interaksi antara air laut dan magma di bawah dasar laut.

"Magma tersebut memang ada di bawah Gunung Anak Krakatau. Dapur magma ini yang menyebabkan aktivitas gunung berapi anak Krakatau. Nah, boleh jadi aktivitas hidrotermal ini terjadi akibat adanya interaksi air laut dengan dapur-dapur magma di sekeliling sumber utamanya. Jadi aktivitas magma ini sudah ada sejak dulu bukan berarti baru terjadi kemarin," ujar Nugroho saat dihubungi via pesan singkat, Sabtu (4/4/2020).

Baca juga: Gelembung Berukuran Besar Ditemukan di Dekat Gunung Anak Krakatau

Lebih lanjut ia menjelaskan, aktivitas hidrotermal ini bisa menjadi sumber kehidupan dan ekosistem bawah laut yang sangat spesifik dan penting karena bisa terjadi dalam kedalaman yang sangat dalam (>200 m), sehingga keanekaragaman hayatinya sangat spesifik (bayangkan ada hewan yg dapat hidup pada kedalaman beberapa meter di bawah laut dengan lingkungan yang ekstrim).

"Selain itu, secara geologi, aktivitas hidrotermal dasar laut dapat mengendapkan mineral-mineral berharga seperti emas dan lain-lain," sebutnya.

Kepala Bidang Mitigasi PVMBG Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana saat dihubungi Kompas.com menjelaskan, fenomena gelembung di Gunung Anak Krakatau ini menunjukkan adanya aktivitas active degassing atau dalam bahasa Indonesia itu embusan gas vulkanik yang keluar lewat celah-celah yang ada di bagian tubuh Gunung Anak Krakatau yang ada di bawah permukaan laut.

Fenomena active degassing ini biasa teramati di gunung api aktif, biasanya keluar di kawah atau di bagian tubuh gunung api dan keluar kadang dengan suara kadang tidak bersuara, kadang berwarna putih kadang tidak berwarna. Untuk kondisi di Gunung Anak Krakatau, karena hembusan gas ini terjadi di bawah permukaan laut, manifestasi yang teramati dipermukaan adalah gelembung gas.

"Dulu, tahun 2008 saya pernah melakukan penelitian ke Gunung Anak Krakatau dan melakukan pemetaan gelembung gas vulkanik (bubble) dengan peralatan echosounder di sekeliling Gunung Anak Krakatau. Saat itu sudah teramati adanya gelembung gas (bubble) seperti yang terjadi sekarang. Jadi, kalau sekarang hal ini teramati lagi, maka sebetulnya fenomena ini bukanlah hal yang baru. Fenomena ini wajar terjadi karena sebuah gunung api yang aktif biasa mengeluarkan gas vulkanik," jelasnya.

Ia menegaskan, fenomena munculnya gelembung besar tersebut tidak langsung menyimpulkan adanya peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau.

"Saat ini energi seismik yang terekam oleh stasiun pemantauan yang ada di Pulau Gunung Anak Krakatau belum menunjukkan adanya peningkatan aktifitas," demikian Devy.

Sebelumnya diberitakan, Gelembung udara berukuran cukup besar menyembur sampai permukaan air di Selat Sunda tak jauh dari sisi timur di bibir Pantai Gunung Anak Krakatau, Provinsi Lampung.

Gelembung tersebut ditemukan tim Seksi Konservasi Wilayah III Lampung, Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA).

Baca juga: Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi, Status Masih Waspada

Akun resmi instagram milik Seksi Konservasi Wilayah III Lampung, Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA), @skw3lampung_bksda, mengunggah video gelembung air tersebut sekitar pukul 23.00 WIB, Kamis (2/4/2020) dengan disertai tulisan,

"Gelembung udara yang cukup besar hingga terlihat menyembur sampai ke permukaan air dijumpai pleh tim pengaman kawasan di bagian sisi timur tak jau dari pantaiGunung Anak Krakatau. Tidak diketahui penyebabnya namun hal ini kemungkinan diperkirakan adanya aktifitas vulkanik di dasar laut berupa gas yang keluar dari tubuh gunugn tersebut. Gelembung ini dijumpai saat tim pengamanan tengah berpatroli laut mengelilingi kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau. Dilarang masuk kawasan tanpa surat ijin masuk (SIMAKSI) dari BKSDA Bengkulu-Lampung".

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Hadiri Milad Ke-111 Muhammadiyah, Gubernur Riau: Bersama Kita Hadapi Tantangan

Hadiri Milad Ke-111 Muhammadiyah, Gubernur Riau: Bersama Kita Hadapi Tantangan

Regional
Pemkot Tangsel Buka Lelang Barang Milik Daerah, Catat Tanggal dan Cara Daftarnya!

Pemkot Tangsel Buka Lelang Barang Milik Daerah, Catat Tanggal dan Cara Daftarnya!

Regional
Pelopor Smart City, Aplikasi Milik Pemkot Tangerang Telah Direplikasi 47 Daerah di Indonesia

Pelopor Smart City, Aplikasi Milik Pemkot Tangerang Telah Direplikasi 47 Daerah di Indonesia

Regional
Turunkan Stunting di Jembrana, Bupati Tamba Fokus Bantu 147 Keluarga Kurang Mampu

Turunkan Stunting di Jembrana, Bupati Tamba Fokus Bantu 147 Keluarga Kurang Mampu

Regional
Implementasi Program BAAS, Bupati Tamba Bagikan Bahan Makanan Sehat untuk Anak Stunting

Implementasi Program BAAS, Bupati Tamba Bagikan Bahan Makanan Sehat untuk Anak Stunting

Regional
Fokus Pembangunan Kalteng pada 2024, dari Infrastruktur, Pendidikan, hingga Perekonomian

Fokus Pembangunan Kalteng pada 2024, dari Infrastruktur, Pendidikan, hingga Perekonomian

Regional
Sekdaprov Kalteng Paparkan Berbagai Inovasi dan Strategi KIP Kalteng, dari Portal PPID hingga Satu Data

Sekdaprov Kalteng Paparkan Berbagai Inovasi dan Strategi KIP Kalteng, dari Portal PPID hingga Satu Data

Regional
Pabrik Biomassa Segera Berdiri di Blora, Target Produksi hingga 180.000 Ton Per Tahun

Pabrik Biomassa Segera Berdiri di Blora, Target Produksi hingga 180.000 Ton Per Tahun

Regional
Atasi Banjir di Kaligawe dan Muktiharjo Kidul, Mbak Ita Optimalkan Koordinasi Lintas Sektor

Atasi Banjir di Kaligawe dan Muktiharjo Kidul, Mbak Ita Optimalkan Koordinasi Lintas Sektor

Regional
Komitmen Jaga Kelestarian Satwa Burung, Mas Dhito: Kami Terbuka dengan Masukan dari Masyarakat

Komitmen Jaga Kelestarian Satwa Burung, Mas Dhito: Kami Terbuka dengan Masukan dari Masyarakat

Regional
Soal Pembebasan Lahan Tol Kediri-Kertosono, Pemkab Kediri: Tinggal 2 Persen

Soal Pembebasan Lahan Tol Kediri-Kertosono, Pemkab Kediri: Tinggal 2 Persen

Regional
Turunkan Angka Stunting di Sumut, Pj Gubernur Hassanudin Lakukan 2 Langkah Ini

Turunkan Angka Stunting di Sumut, Pj Gubernur Hassanudin Lakukan 2 Langkah Ini

Regional
Hadiri Pelantikan Ketua KONI Kalteng, Gubernur Sugianto Harap Prestasi PON Meningkat

Hadiri Pelantikan Ketua KONI Kalteng, Gubernur Sugianto Harap Prestasi PON Meningkat

Regional
Matangkan Pengadaan Lahan Tol Serpong-Balaraja, DPRKP Banten Gelar Konsultasi Publik

Matangkan Pengadaan Lahan Tol Serpong-Balaraja, DPRKP Banten Gelar Konsultasi Publik

Regional
Atasi Ketimpangan Sosial, Bupati Bandung Sarankan Pemerintah Berlakukan Mandatory Spending

Atasi Ketimpangan Sosial, Bupati Bandung Sarankan Pemerintah Berlakukan Mandatory Spending

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com