KOMPAS.com- Seorang warga Surabaya, Christina menceritakan bagaimana dirinya berperang melawan Covid-19 hingga dinyatakan sembuh.
Selama dua pekan lebih, Christina menjalani hari-hari berat menghadapi serangan virus corona.
Masyarakat, kata Christina, tak seharusnya meremehkan Covid-19.
"Ini bukan penyakit atau virus biasa. Saya sudah mengalami ini," kata dia.
Baca juga: Cerita Cinta Orangtua, Rawat Anak Balitanya yang Positif Corona hingga Sembuh
Christina sempat dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya.
Saat itu, pernapasannya sudah tak seperti biasa.
"Beberapa hari saya dirawat di RS Mitra Keluarga. Waktu itu napas saya sudah lemas. Dada kanan warnanya abu-abu sudah bisa sembuh karena terapi. Lalu yang kiri memburuk berbentuk embun dan menutup" kata Christina.
Christina kemudian menjalani tes swab tenggorokan dan hidung di RS Unair pada 11 Maret 2020.
Ia kemudian dirujuk ke RSUD dr Soetomo dan masuk ke ruangan isolasi.
Sejak saat itu, ia menjalani hari-hari berat seorang diri, hanya berteman perlengkapan medis di ruangan isolasi.
"Saya tahu saat dimasukkan ke ruang isolasi khusus. Dengan kondisi lemas bernapas pun sudah tidak sampai, oksigen tidak maksimal," kata ibu dua anak tersebut.
"Ibu harus sembuh, Ibu sehat, karena hanya Ibu yang bisa membantu diri Ibu sendiri, imun Ibu yang membentengi Ibu sendiri. Itu kata dokter pada saya. Tidak pernah sama sekali dokter dan perawat bilang pada saya tentang virus," kata dia.
Betapa gembiranya Christina lantaran di hari ke-8 ia akhirnya diperbolehkan bertemu dengan suaminya.
Saat itu pula dokter menyatakan Christina sudah dinyatakan negatif Covid-19.
"Dokter bilang itu pada suami saya kalau saya sudah kembali sehat. Saya dinyatakan negatif Covid-19," papar Christina.
Menjalani hari-hari yang tak mudah, Christina pun berpesan pada masyarakat untuk tidak meremehkan virus ini.
Ia meminta warga menuruti aturan pemerintah untuk menjaga jarak dan tidak keluar rumah.
"Peraturan pemerintah itu harus didengar. Untuk anak muda sudah tidak usah lagi keluar kalau sekedar nongkrong itu tidak perlu. Kita batasi interaksi," tuturnya.
Ia pun menyampaikan, mengendalikan penyebaran virus corona adalah tanggung jawab bersama.
"Memang ada dokter, tapi dia juga manusia, punya keterbatasan," ujar dia.
Sumber: Kompas.com (Kontributor Surabaya, Ghinan Salman | Editor: Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.