Kompas.com - 11/03/2020, 19:22 WIB
Penulis Farhanah
|

KOMPAS.com - Salah satu ruang di Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung penuh pasien siang itu, Selasa (10/3/2020). Mata para pasien berbalut perban pasca operasi katarak.

Usia pasien operasi katarak itu rata-rata 50 hingga 70-an tahun. Namun, di antara mereka ada sosok yang berbeda, tampak usianya lebih muda dibandingkan yang lain.

Fisiknya lebih muda dibanding yang lain. Perawakannya kurus dan urat-uratnya lengannya tampak menyembul dari balik kulit gelapnya. Gambaran sosok pria pekerja keras.

Namanya Suherman (38). Pria asal Garut Jawa Barat itu tampak sedang memejamkan mata. Tangannya masih bergetar. Sementara mata kanannya masih tertutup perban.

Baca juga: Cerita 2 Lansia Asal Kaltim yang Terbebas dari Katarak

Ya, pria berkaos biru itu juga baru selesai menjalani operasi katarak.

“Ngilu sama perih, puyeng ini. Pengennya sih istirahat berbaring,” katanya sambil memijat kepala.

Sesekali ia berbincang dengan pasien lain untuk mengalihkan rasa sakit.

Suherman datang sendiri karena istrinya sedang menjaga anak-anak di rumah. Namun, ini tak menyurutkan tekadnya.

“Mau sama orang lain enggak ada yang mau. Harus saya yang melakukan sendiri. Berangkat sendiri,” katanya penuh semangat.

Baca juga: Hidup Sebatang Kara, Murtinah Penderita Katarak Kini Bisa Melihat Dunia

Sebagai tulang punggung keluarga, sehari-hari ia bekerja sebagai tukang ojek. Sesekali ia juga mencari pemasukan sampingan dengan berkebun.

Sejak 2014, Suherman mengeluh buram dan tidak enak pada mata kanannya. Namun, ia coba abaikan rasa itu dan tetap bekerja seperti biasa.

“Pas ngojek kalau tengah hari gitu, jalannya agak gimana gitu. Rabun,” kata Suherman.

Hingga pada 2016, ia terdorong memeriksakan diri ke rumah sakit karena rabun di matanya mulai mengganggu kegiatan.

Seperti petir di siang hari, ia terkejut saat dokter mendiagnosa dirinya terkena katarak pada usia 34 tahun.

Baca juga: Operasi Gratis Bebaskan Petani Tua dari Penyakit Katarak

“Pas kontrol, harus segera ditindak katanya. Cuma waktu kontrol kemarin enggak ada waktu. Enggak ada ada duit,” katanya.

Ya, penghasilan dari ngojek dan berkebun selalu habis untuk kebutuhan sehari-hari. Apalagi, dua anaknya masih berusia 4 tahun dan 13 tahun yang butuh banyak biaya.

“Kalau saya enggak kerja gitu ya, anak istri saya mau makan apa. Istri saya ibu rumah tangga,” katanya.

Empat tahun berjalan, ia tetap pasrah dan bekerja demi mengisi periuk nasi. Hingga pada Februari 2020, datanglah informasi operasi katarak gratis.

“Ada Pak RT sama Pak RW ke rumah ngasih tahu. Katanya, bapak sakit mata? Saya jawab, iya. Sekarang aja pak mumpung ada operasi gratis. Ya buat apa kata saya gitu,” katanya.

Baca juga: Orangtua Harus Tahu, Katarak Juga Bisa Terjadi Pada Bayi dan Anak-anak

Ketika mendengar kata operasi Suherman memang sempat ragu, tapi dorongan keluarga membuat langkahnya mantap demi kembali sehat. Sekarang ia mengaku lega operasi telah berhasil.

“Kalau besok lusa udah enggak apa-apa, ya saya ngojek lagi. Paling juga seminggu lah (kembali ngojek),” katanya bersemangat.

Dengan lensa mata baru, ia ingin bekerja lebih keras demi keluarga dan tak sabar ingin pulang ke rumah.

“Pengen cepat pulang sama Kapolres ditungguin. Mungkin lagi di luar sekarang,” katanya mengakhiri pembicaraan.

Baca juga: Selain Usia, Diabetes Juga Bisa Memicu Munculnya Katarak pada Mata

Darsih (71) memejamkan mata untuk mengalihkan perih pasca operasi katarak gratis di RS. Bhayangkara Sartika Asih Bandung yang diselenggarakan SDM Polri dan Sido Muncul.Farhanah Darsih (71) memejamkan mata untuk mengalihkan perih pasca operasi katarak gratis di RS. Bhayangkara Sartika Asih Bandung yang diselenggarakan SDM Polri dan Sido Muncul.

Kisah yang lain

Cerita Suherman sedikit berbeda dengan Darsih (71). Sejak jam 4 pagi Darsih sudah berangkat dari Subang menuju Bandung untuk ikut operasi katarak gratis tersebut.

Saat berbincang dengan terbata, senyum tak henti terpancar dari rautnya. Meski sesekali, ia menahan perih sembari memejamkan mata.

Rupanya, ia satu-satunya penderita katarak dari Subang yang lolos pemeriksaan kesehatan sebagai syarat operasi.

“Karena semuanya sehat. Jantung (dan tubuh secara keseluruhan) semua sehat,” katanya.

Meski fisik sudah tak muda, keseharian Darsih masih aktif bekerja. Ia juga memasak untuk suaminya setiap hari.

Baca juga: Tak Hanya Lansia, Katarak Juga Hantui Penduduk Usia Produktif

“Kegiatannya di sawah weh sendiri dari pagi sampai dzuhur. Di rumah masak pakai kayu, urus suami udah sepuh,” katanya.

Berawal dari lima tahun lalu, banyak kotoran mata muncul setiap pagi. Kemudian, matanya terasa perih saat keringat mengucur.

“Asal-asalnya dari keringat perihnya. Terus kalau panen itu debu padinya suka masuk. Kan ngebul,” katanya.

Ia merasakan kelilipan yang tak berkesudahan dan muncul selaput putih di mata, sehingga ia memeriksakan mata ke dokter enam bulan lalu. Hasilnya, mata Darsih di diagnosa katarak.

Baca juga: Kisah Wagiyem, Nenek Penderita Katarak yang Hidup dengan Keterbatasan

Asa aya nu ngahalangan kitu. Iyeu enteu pati awas. Asa nu ngahalangan jadi enteu lihat, oge rada surem.

(Rasa ada yang menghalangi (di mata). Ini (matanya) tidak terlalu melihat. Rasa ada yang menghalangi (di mata) jadi enggak melihat, juga agak buram),” katanya dengan campuran bahasa Sunda.

Setelah sekian lama menahan penderitaan, kini Darsih bersyukur matanya bisa di operasi. Kebahagiaan pun memancar dari guratan wajahnya.

“Bahagia. Terima kasih ka Polri, Polda Jabar, oge (juga) Sido Muncul sudah adakan kegiatan ini,” ucap Darsih menutup kisahnya.

Baca juga: Kasus Katarak, Indonesia Tempati Peringkat Pertama di Asia Tenggara

Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat dan As SDM Polri Irjen. Pol. Prof. Dr. Eko Indra Heri., M.M. berfoto bersama setelah menyerahkan bantuan kepada pasien operasi katarak gratis.Farhanah Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat dan As SDM Polri Irjen. Pol. Prof. Dr. Eko Indra Heri., M.M. berfoto bersama setelah menyerahkan bantuan kepada pasien operasi katarak gratis.

Penderita katarak terus bertambah

Dilansir dari p2ptm.kemkes.go.id, Senin (7/10/2019), survei kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014 – 2016 oleh Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebutkan dari 3 persen penduduk yang mengalami kebutaan, 81 persen disebabkan katarak.

Angka tersebut terus meningkat 1 persen setiap tahun. Bahkan Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. Irwan Hidayat mengatakan, usia pasien katarak semakin muda karena faktor gizi.

“Yang saya temui ya selama hampir 10 tahun, itu rata-rata penderitanya usia 40 ke atas. Sampai 50 itu sudah buta. Padahal kalau orang yang hidup gizinya baik, kemudian standar hidupnya baik, ya biasanya umur 65 itu baru mulai,” jelas Irwan.

Keprihatinan ini menjadi motivasinya dalam melayani kesehatan masyarakat pra sejahtera melalui penyelenggaraan operasi katarak gratis.

Baca juga: Indonesia Darurat Katarak, Sido Muncul Bergerak

Setelah Balikpapan, kini pelaksanaan acara di RS. Bhayangkara Sartika Asih Bandung dengan menggandeng Sumber Daya Manusia (SDM) Polri. Tercatat, 70 pasien katarak berhasil di operasi.

“Untuk kota-kota lain ada lah. Tahun ini pokoknya kami targetnya itu (mengoperasi) 12.000 sampai 13.000 (mata) supaya bisa membantu masyarakat. Tapi yang kami pilih nanti sesuai arahan Prof. Nila itu adalah kota-kota yang padat penduduk karena itu banyak sekali penderitanya,” kata Irwan.

Bersama Asisten Kapolri bidang SDM (As SDM Polri) Irjen. Pol. Prof. Dr. Eko Indra Heri., M.M., Irwan juga meyerahkan secara simbolis bantuan kepada para pasien operasi katarak.


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Achmad Fauzi Tinjau RTRW Guna Percepat Reaktivasi Kereta Api di Madura

Achmad Fauzi Tinjau RTRW Guna Percepat Reaktivasi Kereta Api di Madura

Regional
HUT Komunitas Motor Harley Davidson Digelar di Pangandaran, Keterisian Hotel Meningkat 71 Persen

HUT Komunitas Motor Harley Davidson Digelar di Pangandaran, Keterisian Hotel Meningkat 71 Persen

Regional
Pemprov Jabar Sayangkan Agen Bawa Kabur Uang Study Tour Rp 400 Juta SMA 21 Bandung

Pemprov Jabar Sayangkan Agen Bawa Kabur Uang Study Tour Rp 400 Juta SMA 21 Bandung

Regional
Gubernur Jabar Apresiasi Penyelenggaraan Golden Memorial Wing Day 2023

Gubernur Jabar Apresiasi Penyelenggaraan Golden Memorial Wing Day 2023

Regional
Pertemuan Gubernur Jabar dan Dubes China Bahas Sejumlah Kerja Sama

Pertemuan Gubernur Jabar dan Dubes China Bahas Sejumlah Kerja Sama

Regional
Cucu Megawati Pinka Hapsari Ajak Pemuda Bantu Turunkan Kasus Stunting

Cucu Megawati Pinka Hapsari Ajak Pemuda Bantu Turunkan Kasus Stunting

Regional
Lepas Keberangkatan 360 Jemaah Calon Haji Kloter 1 Asal Sumsel, Herman Deru Minta agar Prokes Tetap Dijaga

Lepas Keberangkatan 360 Jemaah Calon Haji Kloter 1 Asal Sumsel, Herman Deru Minta agar Prokes Tetap Dijaga

Regional
Gubernur Sumsel Sambut Baik dan Bakal Dukung Penuh Hospital Expo 2023

Gubernur Sumsel Sambut Baik dan Bakal Dukung Penuh Hospital Expo 2023

Regional
Buka Festival Anggrek Parisj Van Borneo 2, Bupati HST: Anggrek Punya Potensi Ekonomi Menjanjikan

Buka Festival Anggrek Parisj Van Borneo 2, Bupati HST: Anggrek Punya Potensi Ekonomi Menjanjikan

Regional
Disparbud Jabar dan PHRI Lakukan Direct Promotion untuk Bangkitkan Perekonomian lewat Pariwisata

Disparbud Jabar dan PHRI Lakukan Direct Promotion untuk Bangkitkan Perekonomian lewat Pariwisata

Regional
Bertemu 1.600 Apoteker Se-Indonesia, Herman Deru Tekankan Pentingnya Edukasi Pola Hidup Sehat

Bertemu 1.600 Apoteker Se-Indonesia, Herman Deru Tekankan Pentingnya Edukasi Pola Hidup Sehat

Regional
Dapat Penghargaan UKPBJ, Pemprov Jabar Ingin Terus Perbaiki Tata Kelola Pengadaan Barang/Jasa di Daerah

Dapat Penghargaan UKPBJ, Pemprov Jabar Ingin Terus Perbaiki Tata Kelola Pengadaan Barang/Jasa di Daerah

Regional
Peringati Hardiknas 2023, Jajaran Pemkab HST Kompak Kenakan Pakaian Adat Nusantara

Peringati Hardiknas 2023, Jajaran Pemkab HST Kompak Kenakan Pakaian Adat Nusantara

Regional
Perpanjangan SK Pj Bupati Muba untuk Apriyadi, Gubernur Herman Deru Berikan Pesan Khusus

Perpanjangan SK Pj Bupati Muba untuk Apriyadi, Gubernur Herman Deru Berikan Pesan Khusus

Regional
Jadikan Medan Kota Layak Anak, Bobby Bangun Sistem Pembangunan Berbasis Anak

Jadikan Medan Kota Layak Anak, Bobby Bangun Sistem Pembangunan Berbasis Anak

Regional
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com