BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Sido Muncul

Operasi Gratis Bebaskan Petani Tua dari Penyakit Katarak

Kompas.com - 23/09/2019, 08:30 WIB
Anissa DW,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com – Sudah lima tahun, Naryo Sampun (70), petani asal Desa Ngrendeng, Kabupaten Blitar, Jawa Timur (Jatim) menderita katarak di matanya.

Selama itu pula, profesinya sebagai buruh tani terganggu. Naryo tidak bisa lagi mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan hanya bergantung pada anaknya.

Padahal, sang anak juga hidup dalam keterbatasan. Naryo memiliki dua orang anak, satu orang berprofesi sebagai buruh tani, sementara satu lagi berjualan kue dan gorengan di pasar.

Tak hanya pekerjaan, katarak juga telah menganggu aktivitas kesehariannya.

Sejak divonis menderita katarak Naryo acapkali hanya berdiam diri saja di rumah karena sudah tidak bisa melihat dengan baik lagi. Dia pun lebih banyak mengandalkan bantuan dari keluarga untuk beraktivitas.

Bahkan untuk sekadar beribadah, Naryo merasa sangat kesulitan. Contohnya, dia sudah tidak bisa berlama-lama saat mengaji Al Quran. Kalaupun bisa, dia harus membacanya dari jarak yang sangat dekat.

Naryo bercerita, gangguan penglihatan matanya dimulai pada 2014. Saat itu, hanya mata kiri yang divonis dokter menderita katarak. Suramnya, dua tahun terakhir penyakit katarak turut menjalar ke mata kanan.

“Pandangan saya sudah buram. Kalau liat lampu juga berbayang gitu, seperti ada dua,” terang Naryo.

Ketika itu, dokter yang memeriksa Naryo mengatakan, operasi menjadi satu-satunya jalan agar bisa sembuh dari katarak.

Namun sayang, niatan Naryo untuk sembuh terkendala biaya yang tak mampu ia penuhi. Dia paham, untuk menyembuhkan kedua matanya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Dirinya yang sudah tidak lagi bekerja serta kondisi kedua anaknya yang juga hidup pas-pasan seakan memutus asa Naryo untuk bisa melihat kembali.

Harapan kesembuhan itu kembali muncul saat sang anak, Masyhuri (40), membawa kabar bahwa Naryo bisa mengikuti operasi katarak gratis.

Operasi itu diselenggarakan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido muncul, Tbk., di Rumah Sakit Universitas Brawijaya, Kota Malang, Sabtu (21/9/2019).

Masyhuri bercerita, dia mendapat informasi operasi gratis itu dari petugas salah satu rumah sakit di Kota Malang saat menjenguk kawannya.

Saat itu, dia diminta untuk memberikan nomor telepon agar bisa dihubungi jika operasi jadi dilaksanakan.

“Alhamdulillah selang dua hari ada informasi kalau operasinya jadi,” cerita Masyhuri kepada Kompas.com, di Malang, Sabtu (21/9/2019).

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dibonceng sang anak dengan sepeda motor, Naryo menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer demi menjemput kesembuhan.

Rasa capai dan dinginnya udara selama perjalanan tidak dia hiraukan.

“Ya capek, tapi terpaksa saya lakukan agar bisa sembuh,” ujar Naryo.

Penyebab kebutaan terbesar

Sementara itu, Ketua Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Malang Raya, Safarudin Refa, mengatakan, hingga saat ini katarak hanya bisa disembuhkan melalui operasi

“Itu berlaku di seluruh dunia bukan hanya di Malang,” ucap Refa.

Mengutip Kompas.com, Jumat (16/11/2018), katarak merupakan salah satu penyakit yang bisa menyebabkan kebutaan total pada penderitanya. Bahkan, kasus kebutaan di dunia paling banyak disebabkan oleh penyakit degeneratif ini.

Baca juga: Operasi Gratis Berikan Secercah Harapan Penderita Katarak di Indonesia

Adapun Refa menjelaskan, Indonesia memiliki tingkat kebutaan karena katarak paling tinggi di Asia Tenggara dan nomor 2 di Dunia, setelah Ethiopia.

Sementara itu, imbuhnya, Jawa Timur menjadi wilayah dengan prevalensi katarak tertinggi di Indonesia, yakni 4,5 persen.

Salah satu penyebabnya, yakni banyak masyarakat Jatim yang tinggal di tepi pantai, sehingga lebih mudah terpapar sinar ultraviolet.

Hingga kini, kata Refa, belum ada obat yang bisa memperlambat kemunculan penyakit katarak.

Sebaliknya, ada beberapa faktor yang membuat katarak lebih cepat muncul, seperti kencing manis, paparan sinar ultraviolet, serta makanan yang kurang bergizi.

Menurut Refa, tingginya penderita katarak di Indonesia disebabkan kondisi iklim tropis dengan intensitas paparan sinar matahari yang tinggi.

“Kemudian kondisi warga yang banyak tinggal di desa dengan status sosial ekonomi tergolong rendah,” papar Refa.

Alhasil, banyak pasien katarak yang tidak bisa melakukan operasi karena terkendala biaya, sehingga jumlahnya terus bertambah.

Operasi gratis

Maka tak heran Refa mengapresiasi upaya Sido Muncul yang menyelenggarakan operasi katarak gratis bagi warga kurang mampu.

Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat menjelaskan, kegiatan operasi katarak merupakan bagian dari program corporate social responsibility (csr) yang sudah dilakukan sejak 2011.

Irwan beralasan, operasi katarak dipilih karena dia menyadari tindakan medis merupakan satu-satunya cara para penderita katarak agar dapat melihat secara normal kembali.

“Kegiatan ini sebagai bentuk dukungan terhadap pemerintah dalam rangka mengurangi jumlah penderita katarak di Indonesia,” ucap Irwan.

Tercatat, Sido Muncul telah melaksanakan operasi katarak gratis di 241 Rumah Sakit atau klinik mata di 27 provinsi seluruh Indonesia.

Total pasien yang telah dioperasi hingga Juni 2019 adalah 52.491 mata.

“Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat mengurangi angka penderita katarak, khususnya di Jatim,” katanya.

Dalam operasi katarak gratis itu, Sido Muncul bekerjasama dengan Perdami cabang Malang Raya memberikan harapan kesembuhan bagi 200 penderita katarak, yang akan dilaksanakan dibeberapa Rumah Sakit di Malang.

Tahap pertama operasi dilakukan di RS Universitas Brawijaya, Kota Malang, Sabtu (21/9/2019). Sebanyak 20 pasien katarak dari berbagai daerah di sekitar Malang menjalani operasi gratis hari itu, termasuk Naryo.

Setelah dapat melihat dengan jelas kembali, Naryo mengaku ingin kembali bertani seperti dahulu.

“Saya berterima kasih sudah bisa operasi gratis. Semoga (operasi katarak) ini bisa terus langgeng,” tutup Naryo.


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com