Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Tahun Pasca Tsunami Aceh, Tak Pernah Terhapus dari Ingatan, Bangun Siaga

Kompas.com - 26/12/2019, 14:35 WIB
Daspriani Y Zamzami,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Maisara (48) tengah berkemas memasukkan sejumlah barang ke mobil, Kamis (26/12/2019).

Termasuk sepasang mukena putih yang baru saja dikenakannya saat berdoa dan berziarah di makam massal di kawasan Blang Kureng, Aceh Besar.

Seperti tahun sebelumnya, ia tak pernah absen berziarah setiap tanggal 26 Desember.

15 tahun lalu, ia terjebak dalam air laut berwarna hitam menggulung, terjepit di plafon rumahnya.

Air menyisakan kepalanya yang mendesak plafon. Selamat dari amukan gelombang tsunami tak terjadi pada suaminya, Muharam dan tiga anak perempuannya.

Kenangan pilu itu pastinya tak terhapus dalam memori hidup Maisara.

“Mana mungkin bisa lupa, sebagai orang Aceh, kejadian itu tak mungkin terhapus dari ingatan,” ujar Maisara sambil terus berkemas, di rumahnya di Kajhu, Aceh Besar.

Baca juga: 15 Tahun Lalu: Jusuf Kalla, Tsunami Aceh, dan Perdamaian di Serambi Mekkah

Usai berziarah, rencananya Maisara dan suaminya kini, Samsuir akan melakukan perjalanan mengisi liburan akhir tahun.

 

“Rencana mau liburan ke rumah abang di Aceh Singkil, lalu ke Berastagi dan kembali ke Aceh,: ujarnya sambil tersenyum.

Warga berdoa di Kuburan massal korban gempa dan tsunami Aceh. Lima belas tahun lalu, tepatnya tanggal 26 Desember 2004, bencana gempa dan tsunami Aceh melanda Aceh yang menewaskan lebih dari 200 ribu warga Aceh. Tahun ini peringatan mengenang gempa dan tsunami Aceh dipusatkan di Kabupaten Pidie dengan kegiatan doa dan zikir. *****KOMPAS.COM/DASPRIANI Y. ZAMZAMI Warga berdoa di Kuburan massal korban gempa dan tsunami Aceh. Lima belas tahun lalu, tepatnya tanggal 26 Desember 2004, bencana gempa dan tsunami Aceh melanda Aceh yang menewaskan lebih dari 200 ribu warga Aceh. Tahun ini peringatan mengenang gempa dan tsunami Aceh dipusatkan di Kabupaten Pidie dengan kegiatan doa dan zikir. *****
Maisara pamit kepada Kompas.com. Bersama suaminya, kini ia menjalani hidup baru sebagai ibu rumah tangga.

Sudah 15 tahun berlalu, ia mengaku tidak pernah bisa melupakan tragedi pilu itu.

"Mungkin sampai saya menghembuskan napas terakhir nanti tidak akan lupa," ujar Maisara.

"Kini saya menjalani hidup seiring takdir Tuhan saja. Ajaran agama mengajarkan kalau kita harus semangat dan ikhlas, kini saya menjalani aktivitas dengan keluarga yang baru bersama suami. Saya ikhlas, tapi saya tidak pernah lupa,” ucap Maisara.

Peristiwa gempa dan tsunami memang sudah berlalu 15 tahun. Namun, peristiwa ini selalu diperingati setiap tahunnya oleh masyarakat Aceh.

Puncak peringatan 15 tahun gempa dan tsunami aceh dengan mengusung tema “melawan lupa, bangun siaga”  tahun 2019 ini dipusatkan di halaman Pidie Convention Center (PCC), Kabupaten Pidie, Kamis (26/12/2019).

Dipilihnya Kabupaten Pidie sebagai lokasi utama penyelenggaraan peringatan 15 tahun gempa dan tsunami Aceh ini didasarkan pada kejadian masa lalu.

Baca juga: 5 Fakta Gempa dan Tsunami Aceh, Tragedi yang Terjadi 15 Tahun Lalu...

Di mana Kabupaten Pidie juga terdampak serius gempa dan gelombang tsunami yang mengakibatkan kehancuran harta benda dan korban nyawa masyarakat setempat.

Aktivitas dzikir dan berdoa mendominasi peringatan tersebut. Selain itu juga digelar kegiatan kenduri dan pameran foto serta konser religi.

Pada kesempatan ini, Pemerintah Aceh juga memberi penghargaan kepada sejumlah negara yang ikut membantu kebangkitan Aceh.

Sebelumnya, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat aceh untuk menggelar doa bersama di masjid dan meunasah, di wilayah masing-masing untuk memperingati 15 tahun tsunami Aceh.

Warga berdoa untuk keluarganya saat ziarah di Kuburan Masal Tsunami Ulee Lheue, Banda Aceh, Aceh, Kamis (26/12/2019). Kegiatan zikir dan berdoa di Kuburan Masal Tsunami itu dalam rangka memperingati 15 tahun peristiwa bencana gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 di Aceh.ANTARA FOTO/AMPELSA Warga berdoa untuk keluarganya saat ziarah di Kuburan Masal Tsunami Ulee Lheue, Banda Aceh, Aceh, Kamis (26/12/2019). Kegiatan zikir dan berdoa di Kuburan Masal Tsunami itu dalam rangka memperingati 15 tahun peristiwa bencana gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 di Aceh.
Rumah-rumah dan perkantoran juga diimbau untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama dua hari, 26-27 Desember 2019.

Pemerintah Aceh juga telah menetapkan setiap tanggal 26 desember sebagai hari libur daerah.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Donni Munardo mengatakan, bencana alam adalah kejadian alam yang berulang.

Yang paling penting bagaimana masyarakat diberitahu akan keberadaan bencana di sekitarnya, dan adanya kesungguhan pemerintah mensosialisasikan hal tersebut.

BNPB kini terus memasyarakatkan Keluarga Tangguh Bencana (Katana) sampai ke desa.

“Katana yang diluncurkan di Aceh juga salah satu strategi kita melakukan kesiap-siagaan bencana," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com