Salin Artikel

15 Tahun Pasca Tsunami Aceh, Tak Pernah Terhapus dari Ingatan, Bangun Siaga

Termasuk sepasang mukena putih yang baru saja dikenakannya saat berdoa dan berziarah di makam massal di kawasan Blang Kureng, Aceh Besar.

Seperti tahun sebelumnya, ia tak pernah absen berziarah setiap tanggal 26 Desember.

15 tahun lalu, ia terjebak dalam air laut berwarna hitam menggulung, terjepit di plafon rumahnya.

Air menyisakan kepalanya yang mendesak plafon. Selamat dari amukan gelombang tsunami tak terjadi pada suaminya, Muharam dan tiga anak perempuannya.

Kenangan pilu itu pastinya tak terhapus dalam memori hidup Maisara.

“Mana mungkin bisa lupa, sebagai orang Aceh, kejadian itu tak mungkin terhapus dari ingatan,” ujar Maisara sambil terus berkemas, di rumahnya di Kajhu, Aceh Besar.

Usai berziarah, rencananya Maisara dan suaminya kini, Samsuir akan melakukan perjalanan mengisi liburan akhir tahun.

“Rencana mau liburan ke rumah abang di Aceh Singkil, lalu ke Berastagi dan kembali ke Aceh,: ujarnya sambil tersenyum.

Sudah 15 tahun berlalu, ia mengaku tidak pernah bisa melupakan tragedi pilu itu.

"Mungkin sampai saya menghembuskan napas terakhir nanti tidak akan lupa," ujar Maisara.

"Kini saya menjalani hidup seiring takdir Tuhan saja. Ajaran agama mengajarkan kalau kita harus semangat dan ikhlas, kini saya menjalani aktivitas dengan keluarga yang baru bersama suami. Saya ikhlas, tapi saya tidak pernah lupa,” ucap Maisara.

Peristiwa gempa dan tsunami memang sudah berlalu 15 tahun. Namun, peristiwa ini selalu diperingati setiap tahunnya oleh masyarakat Aceh.

Puncak peringatan 15 tahun gempa dan tsunami aceh dengan mengusung tema “melawan lupa, bangun siaga”  tahun 2019 ini dipusatkan di halaman Pidie Convention Center (PCC), Kabupaten Pidie, Kamis (26/12/2019).

Dipilihnya Kabupaten Pidie sebagai lokasi utama penyelenggaraan peringatan 15 tahun gempa dan tsunami Aceh ini didasarkan pada kejadian masa lalu.

Di mana Kabupaten Pidie juga terdampak serius gempa dan gelombang tsunami yang mengakibatkan kehancuran harta benda dan korban nyawa masyarakat setempat.

Aktivitas dzikir dan berdoa mendominasi peringatan tersebut. Selain itu juga digelar kegiatan kenduri dan pameran foto serta konser religi.

Pada kesempatan ini, Pemerintah Aceh juga memberi penghargaan kepada sejumlah negara yang ikut membantu kebangkitan Aceh.

Sebelumnya, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat aceh untuk menggelar doa bersama di masjid dan meunasah, di wilayah masing-masing untuk memperingati 15 tahun tsunami Aceh.

Pemerintah Aceh juga telah menetapkan setiap tanggal 26 desember sebagai hari libur daerah.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Donni Munardo mengatakan, bencana alam adalah kejadian alam yang berulang.

Yang paling penting bagaimana masyarakat diberitahu akan keberadaan bencana di sekitarnya, dan adanya kesungguhan pemerintah mensosialisasikan hal tersebut.

BNPB kini terus memasyarakatkan Keluarga Tangguh Bencana (Katana) sampai ke desa.

“Katana yang diluncurkan di Aceh juga salah satu strategi kita melakukan kesiap-siagaan bencana," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2019/12/26/14355831/15-tahun-pasca-tsunami-aceh-tak-pernah-terhapus-dari-ingatan-bangun-siaga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke