Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teten Masduki: Kebutuhan Susu Nasional Didominasi Impor

Kompas.com - 26/12/2019, 06:51 WIB
Reni Susanti,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, konsumsi susu rakyat Indonesia saat ini mencapai 8 juta liter, sementara produksi baru 1,5 juta liter.

“Artinya, kebutuhan susu nasional didominasi susu dari impor,” ujar Teten seusai meninjau Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) di Lembang, Bandung, Selasa (24/12/2019) malam.

Baca juga: Teten Masduki: Tahun 2020 Diusahakan Tidak Ada Impor Cangkul

Melihat hal tersebut, sambung Teten, sektor persusuan nasional harus menjadi satu kebijakan nasional.

Sesuai arahan Presiden RI, pemerintah harus fokus di sektor produksi terutama yang berorientasi ekspor dan substitusi impor.

Dari hasil diskusinya bersama KPSBU, dipetakan tiga masalah untuk membangkitkan kembali koperasi susu di Indonesia.

Masalah pertama, kebutuhan peremajaan indukan sapi yang berkualitas, agar produktivitas petani meningkat. Kedua, kebutuhan lahan untuk pakan ternak. Ketiga, terkait pembiayaan.

Teten mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan beberapa kementerian untuk mengakses lahan milik PTPN sebagai lahan pakan ternak, serta menyangkut impor indukan, dan sebagainya.

Pihaknya juga siap bekerjasama dengan Kementan untuk memproduksi susu dan dengan Kemenkes untuk penyediaan susu bagi anak sekolah secara berkala.

Kementerian BUMN pun akan dilibatkan agar bisa memanfaatkan lahan-lahan yang menganggur.

Untuk masalah pembiayaan, Kemenkop memiliki LPDB KUMKM. Selain itu, kini sudah ada KUR (kredit usaha rakyat) untuk peternak dengan jangka waktu kredit lebih panjang.

"Kita sudah ada itu, dan saya pikir sudah tidak menjadi masalah lagi,” ungkap Teten.

Pengurus Gaubungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Unang Sudarma mengatakan, minum susu merupakan cara paling mudah untuk meningkatkan gizi dan makanan paling mudah dicerna.

Untuk itu ia berharap agar kendala-kendala terkait produksi susu segera diatasi.

Kendala itu antara lain pengadaan populasi bibit sapi perah dan kurangan modal. Utamanya, bagaimana agar generasi milenial tertarik menjadi peternak sapi.

“Kini, usaha sapi perah menjadi usaha yang cukup menarik dengan menggunakan tekhnologi, tidak lagi terkesan kotor, kumuh dan kampungan,” tutur Unang.

Direktur Utama PT Industri Susu Alam Murni Yusuf Munawar mengungkapkan hal serupa, sulit mendapatkan bibit bagus.

Peternak susu yang dikelola koperasi akan menurunkan biaya produksi 25 persen.

"Kapasitas produksi 200 ton, dan saat ini baru dimanfaatkan 75 persen. Karenanya kami masih bisa memproduksi susu lebih banyak lagi jika bahan baku susunya tersedia," jelas Yusuf.

Baca juga: Teten Masduki Sedih Urus Masalah Impor Cangkul

Peneliti dari Fakultas Peternakan Unpad Andre R Daud mengungkapkan, industri susu mengalami beberapa persoalan. Yakni produksi susu menurun, harga produk rendah, dan biaya produksi tinggi.

Untuk itu Andre meminta adanya upaya menurunkan biaya produksi peternak sapi perah. Apalagi alih fungsi lahan untuk ketersediaan hijauan makin berkurang.

Andre menyarankan, untuk perluasan pemasaran, jangan hanya menjual bahan baku susu, tapi bagaimana bisa penyedia bahan jadi atau susu olahan.

"Saya berharap Kemenkop sebagai bapaknya yang mencari dananya, Kementan sebagai ibunya yang mengelola industrinya,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com