Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernikahan Unik, Pengantin Baru Sedekahkan Sandal Jepit ke Masjid Usai Akad

Kompas.com - 17/12/2019, 17:49 WIB
Dani Julius Zebua,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Mempelai berpakaian lengkap menyita perhatian saat melintas berboncengan sepeda onthel di sepanjang jalanan ramai di Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kulin Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Paridi (41), asal Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, tampak rapi dalam balutan jas serba hitam dengan kopiah hitam.

Rohfangatun Maria Fiani (40), asal Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur, juga terlihat anggun karena mengenakan gaun pengantin serba putih, dengan dalaman kebaya merah dan jarit batik. 

Mereka menjadi tontonan warga saat itu. Paridi memegang kendali sepeda mini sambil ngonthel dengan hati-hati.

Atun, sapaan Rohfangatun, duduk di boncengan. Keduanya mampir ke Toko Sepatu Restu di samping pasar untuk membeli 5 pasang sandal jepit polos dan bercorak polkadot ukuran kaki 39-41.  

Baca juga: Karena Cinta, Pasangan Ini Rela Menikah meski di Tahanan

Hari ini hari bahagia bagi keduanya. Mereka menikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Galur yang berada di Desa Brosot. Keduanya menikah di hadapan penghulu Zamroni, Kepala KUA Galur.

"Sangat senang sudah memiliki pendamping dan sudah ada yang menjaga," kata Atun, Selasa (17/12/2019).

Seusai ijab kabul, keduanya sengaja membeli 5 pasang sandal jepit. Atun menceritakan, mereka membeli sandal untuk sedekah seusai pernikahan.

Sedekah menjadi amal jariyah yang tidak lekang oleh waktu lantaran menjadi berkah amal bagi si pemberi sepanjang terus memberi manfaat. Dipilihlah sandal sebagai sedekah. 

"Ada saran amal jariyah. Dipilihlah sandal jepit. Sebagai ungkapan syukur, kami bershodaqoh dengan harapan ini bisa berguna," kata Atun, Selasa (17/12/2019).

Paridi dan Atun membawa sandal jepit itu ke Masjid Muqorrobin yang tidak jauh dari KUA. Mereka menyedekahkan kelima sandal itu kepada imam masjid di sana.

Tradisi unik KUA Galur

Pernikahan di KUA Galur selalu mengusung tradisi unik. Biasanya, mempelai mengakhiri akad nikah dengan menebar benih ikan maupun menanam pohon buah. Ini tradisi amal jariyah yang terus mereka kembangkan.

Tradisi unik selalu ada di setiap perkawinan di KUA Galur. Salah satunya adalah melepas benih ikan. 

Menebar benih ikan jadi simbol ketahanan keluarga. Namun, lebih dari itu, menebar bibit ikan menjadi bagian manusia dalam berbuat amal seperti dalam ajaran Islam. 

Paridi  membonceng Rohfangatun Maria Fiani,  mampir ke warung, beli sandal jepit, lantas menyedekahkan sandal itu ke Masjid Muqorrobin di Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Paridi membonceng Rohfangatun Maria Fiani, mampir ke warung, beli sandal jepit, lantas menyedekahkan sandal itu ke Masjid Muqorrobin di Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Amal bisa memberi manfaat bagi warga dan masyarakat luas. Amal tidak akan putus sepanjang apa yang disebar terus memberi manfaat. 

Selain menebar benih ikan, pasangan pengantin baru juga wajib menanam pohon buah.

Menanam bibit pohon menjadi tetenger (tanda, dalam Bahasa Jawa) usia sebuah pernikahan pasangan yang melakukan penanaman pohon. 

Kali ini, ada pasangan menikah beramal dengan cara berbeda, yakni sedekah sandal jepit. 

Zamroni mengatakan agar tidak mengecilkan peran sandal jepit sebagai sedekah. Sandal memberi banyak manfaat bagi yang memakainya, terutama di masjid yang dipakai oleh banyak orang yang hendak beribadah.

"Sandal memang hal sepele, tapi sangat bermakna," kata Zamroni. 

Sandal sendiri menggambarkan bagaimana perjalanan rumah tangga pasti menghadapi banyak tantangan dan cobaan.

Baca juga: Nenek Tidur di Pangkuan Kakek Saat Naik Prameks, 57 Tahun Menikah dan Tak Pernah Terpisahkan

Seperti duri dan kerikil tajam di tanah yang dipijak. Kaki terlindungi oleh alas kaki. Begitu pula perjalanan perkawinan nan penuh cobaan, mesti diselesaikan dengan kepala dingin dan musyawarah tanpa menekan dan menonjol sendiri. 

"Dengan begitu, bisa saling mendukung mewujudkan keluarga sakinah mawadah warohmah," kata Zamroni.

Rata-rata, dalam 1 tahun, terjadi pernikahan sebanyak 160 pasangan di Galur. Sedangkan total orang menikah di Kulon Progo bisa lebih 3.500 pasangan per tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com