Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Polisi Jika Yusuf Jatuh ke Parit hingga Kepalanya Dimakan Reptil Dinilai Janggal

Kompas.com - 15/12/2019, 18:06 WIB
Zakarias Demon Daton,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com – Hasil penyelidikan Polsek Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur menyimpulkan sementara Yusuf Achmad Ghazali (4) murid PAUD Jannatul Afhtaal yang hilang diduga jatuh ke parit lalu terseret banjir melalui sistem drainase, Jumat 22 November 2019 lalu.

Dua pekan setelah kehilangan warga menemukan jasad tanpa dengan kepala di parit besar Jalan Antasari II diduga jasad Yusuf. Polisi sedang menguji DNA.

Titik Yusuf hilang dengan lokasi penemuan jasad berjarak sekitar 4 kilometer. Kedua lokasi ini terhubung melalui sistem drainase Karang Asam Kecil.

Namun, jika ditelusuri lebih jauh saluran parit yang menguhubungkan dua lokasi ini memiliki banyak hambatan seperti jaring besi penyaring sampah, bekas coran jembatan yang menyisahkan potongan besi hingga sedimentasi menutup ruang drainase. 

Baca juga: Kaus Bertuliskan Monas Memperkuat Dugaan Jenazah Balita Tanpa Kepala Merupakan Yusuf yang Hilang

Disusuri tim Gemmpar Samarinda

Kompas.com menelusuri saluran sistem drainase dilokasi Yusuf hilang menuju lokasi penemuan, Minggu (15/12/2019).

Jaringan sistem saluran sangat jauh dan tak memungkinkan jika jasad sebesar balita lolos melewati semua hambatan itu.

Temuan itu sama dengan penelusuran tim relawan Gerakan Merawat dan Menjaga Parit (Gemmpar) Samarinda.

Gemmpar bahkan menurunkan timnya investigasi saluran sistem drainase yang diduga Yusuf terseret arus banjir tersebut.

Baca juga: Jasad Balita Tanpa Kepala Diduga Yusuf, Orangtua Jalani Tes DNA

Teralis besi penyaring sampah

Hasilnya, jika benar Yusuf terseret banjir dalam parit maka kemungkinan tersangkut di teralis besi penyaring sampah yang terpasang depan Kantor Dinas Kesehatan Kaltim.

“Di situ ada teralis penyaring sampah. Tim mencoba masuk dan mengukur kedalaman celah untuk memastikan apakah benda besar dapat melewati celah pada bawah teralis tersebut, dan ditemukan sangat sempit serta mustahil bisa dilewati,” ungkap Ketua Gemmpar Hairul Marzuki saat dikonfirmasi, Minggu (15/12/2019).

Namun, jika diasumsikan jasad tersebut lolos lolos dari teralis itu maka akan tertahan di Polder Air Hitam sebagaimana pembuangan akhir.

Di situ, kata Marzuki nyaris tak celah jasad lolos. Karena pintu polder tak pernah dibuka.

Baca juga: Tak Ada Luka Tanda Kekerasan di Jenazah Balita Tanpa Kepala di Samarinda

Penelusuran di salura drainase PAUD

 

Ditemukan pula banyak tanaman Eceng Gondok dan dipastikan tertahan tak bisa kemana-mana.

Kemudian, penelusuran dilakukan lagi pada sistem jaringan saluran drainase dari lokasi PAUD menuju Antasari. Sepanjang itu harus melewati Jalan Juanda.

“Tepat dibawah fly over Jalan Juanda terdapat saluran buntu. Sedimentasi nyaris penuh menutup ruang drainasenya. Jangan sangat sulit benda besar melewati jalur ini,” kata dia.

Karena ini dugaan Yusuf terseret banjir dinilai janggal.

Baca juga: Jasad Balita Tanpa Kepala Ditemukan di Parit, Keluarga Yakin Itu Bocah PAUD yang Hilang

 

Sebagai bahan penyelidikan

Meski demikian, Hairul mengatakan timnya tak memiliki kewenangan apapun memutuskan atau pun menyimpulkan apapun terkait kasus tersebut.

Pihaknya hanya membantu fakta lapangan kepada polisi untuk bahan penyelidikan.

“Temuan kami di lapangan ini jadi bahan pertimbangan saja,” kata dia.

Temuan banyak jaring besi ini pula membuat kedua orang tua Yusuf tak percaya jika anaknya disebut terpeleset ke parit lalu terseret banjir ke lokasi penemuan.

“Kami tidak yakin, anak kami ini jatuh ke parit. Kami duga ada tindakan kejahatan. Semoga polisi bisa mengungkap,” kata Bambang saat ditemui di kediamannya di Gunung Lingai, Sabtu (14/12/2019).

Baca juga: Kecurigaan Orangtua Murid PAUD yang Tak Yakin Anaknya Hilang Terpeleset ke Parit

 

Tidak ada tanda kekerasan

Diberitakan sebelumnya, Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Arif Budiman mengatakan berdasarkan petunjuk dugaan sementara anak tersebut terseret banjir karena tak ditemukan indikasi kekerasan.

Soal tubuhnya yang tidak utuh, kata Arif karena hanyut dalam air belasan hari sehingga berpotensi membusuk dan dimakan hewan reptil.

“Ada temuan dokter forensik kulit hewan reptil di paha kanan jasad itu. Sementara semua tulang-tulangnya masih utuh. Hanya terlepas karena jaringan lunaknya membusuk,” jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com