Salin Artikel

Dugaan Polisi Jika Yusuf Jatuh ke Parit hingga Kepalanya Dimakan Reptil Dinilai Janggal

Dua pekan setelah kehilangan warga menemukan jasad tanpa dengan kepala di parit besar Jalan Antasari II diduga jasad Yusuf. Polisi sedang menguji DNA.

Titik Yusuf hilang dengan lokasi penemuan jasad berjarak sekitar 4 kilometer. Kedua lokasi ini terhubung melalui sistem drainase Karang Asam Kecil.

Namun, jika ditelusuri lebih jauh saluran parit yang menguhubungkan dua lokasi ini memiliki banyak hambatan seperti jaring besi penyaring sampah, bekas coran jembatan yang menyisahkan potongan besi hingga sedimentasi menutup ruang drainase. 

Disusuri tim Gemmpar Samarinda

Kompas.com menelusuri saluran sistem drainase dilokasi Yusuf hilang menuju lokasi penemuan, Minggu (15/12/2019).

Jaringan sistem saluran sangat jauh dan tak memungkinkan jika jasad sebesar balita lolos melewati semua hambatan itu.

Temuan itu sama dengan penelusuran tim relawan Gerakan Merawat dan Menjaga Parit (Gemmpar) Samarinda.

Gemmpar bahkan menurunkan timnya investigasi saluran sistem drainase yang diduga Yusuf terseret arus banjir tersebut.

Teralis besi penyaring sampah

Hasilnya, jika benar Yusuf terseret banjir dalam parit maka kemungkinan tersangkut di teralis besi penyaring sampah yang terpasang depan Kantor Dinas Kesehatan Kaltim.

“Di situ ada teralis penyaring sampah. Tim mencoba masuk dan mengukur kedalaman celah untuk memastikan apakah benda besar dapat melewati celah pada bawah teralis tersebut, dan ditemukan sangat sempit serta mustahil bisa dilewati,” ungkap Ketua Gemmpar Hairul Marzuki saat dikonfirmasi, Minggu (15/12/2019).

Namun, jika diasumsikan jasad tersebut lolos lolos dari teralis itu maka akan tertahan di Polder Air Hitam sebagaimana pembuangan akhir.

Di situ, kata Marzuki nyaris tak celah jasad lolos. Karena pintu polder tak pernah dibuka.

Penelusuran di salura drainase PAUD

Ditemukan pula banyak tanaman Eceng Gondok dan dipastikan tertahan tak bisa kemana-mana.

Kemudian, penelusuran dilakukan lagi pada sistem jaringan saluran drainase dari lokasi PAUD menuju Antasari. Sepanjang itu harus melewati Jalan Juanda.

“Tepat dibawah fly over Jalan Juanda terdapat saluran buntu. Sedimentasi nyaris penuh menutup ruang drainasenya. Jangan sangat sulit benda besar melewati jalur ini,” kata dia.

Karena ini dugaan Yusuf terseret banjir dinilai janggal.

Sebagai bahan penyelidikan

Meski demikian, Hairul mengatakan timnya tak memiliki kewenangan apapun memutuskan atau pun menyimpulkan apapun terkait kasus tersebut.

Pihaknya hanya membantu fakta lapangan kepada polisi untuk bahan penyelidikan.

“Temuan kami di lapangan ini jadi bahan pertimbangan saja,” kata dia.

Temuan banyak jaring besi ini pula membuat kedua orang tua Yusuf tak percaya jika anaknya disebut terpeleset ke parit lalu terseret banjir ke lokasi penemuan.

“Kami tidak yakin, anak kami ini jatuh ke parit. Kami duga ada tindakan kejahatan. Semoga polisi bisa mengungkap,” kata Bambang saat ditemui di kediamannya di Gunung Lingai, Sabtu (14/12/2019).

Tidak ada tanda kekerasan

Diberitakan sebelumnya, Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Arif Budiman mengatakan berdasarkan petunjuk dugaan sementara anak tersebut terseret banjir karena tak ditemukan indikasi kekerasan.

Soal tubuhnya yang tidak utuh, kata Arif karena hanyut dalam air belasan hari sehingga berpotensi membusuk dan dimakan hewan reptil.

“Ada temuan dokter forensik kulit hewan reptil di paha kanan jasad itu. Sementara semua tulang-tulangnya masih utuh. Hanya terlepas karena jaringan lunaknya membusuk,” jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/12/15/18065741/dugaan-polisi-jika-yusuf-jatuh-ke-parit-hingga-kepalanya-dimakan-reptil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke