Menurut dia, di Surabaya terdapat 500 anggota komunitas, sedangkan di Indonesia jumlahnya ribuan.
"Misalkan sabak, kita kesulitan menemukannya saat ini. Kita dapat lumayan banyak dari daerah Jawa Tengah. Di Surabaya sulit mendapatkannya," kata dia.
Ia menambahkan, koleksi benda bersejarah yang diserahkan ke Disbudpar datang dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa Timur.
"Manuskrip dari Aceh. Naskah dari daun lontar, deeluwang kertas atas kertas eropa itu ada di tahun 1700 – 1800," kata dia
Barang koleksi museum yang didapat dari Surabaya berupa buku-buku pelajaran di zaman Belanda dan Jepang hingga di era kemerdekaan.
Buku-buku tersebut di antaranya berupa ijazah sekolah Tionghoa.
Ali Budino menyebut, penyerahan benda-benda kuno sebagai koleksi Museum Pendidikan bertujuan agar koleksi tersebut berguna untuk dunia pendidikan, terutama pendidikan anak di masa mendatang.
"Seperti sabak, di zaman dulu sekolah memakai sabak. Dengan sabak, sekali nulis dihapus. Jadi, bisa dibayangkan betapa susahnya daya ingat anak-anak sekolah dulu," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.