Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Fakta Pelaku Penusukan Wiranto | Keluarga Tinggal di Gubuk Mirip Kandang Ayam

Kompas.com - 12/10/2019, 06:56 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - SA pelaku penusukan Wiranto adalah pria kelahiran Medan tahun 1968. Saat masih muda, SA dikenal pintar dan cerdas. Ia juga lulusan fakultas hukum di salah satu universitas ternama di Sumatera Utara.

SA sempat berangkat ke Malaysia setelah berpisah dengan istrinya yang pertama, Netty.

Sementara di Pontianak, sepasang suami istri harus tinggal di gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Keluarga ini merupakan warga asli Siantan Hulu, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Mereka terpaksa pindah ke gubuk itu setelah rumah lama mereka dijual bapak mertuanya 2 bulan lalu.

Berita tersebut mendapatkan perhatian banyak pembaca.

Berikut 5 berita populer nusantara selengkapnya:

 

1. Fakta pelaku penusukan Wiranto

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menunjukkan foto pelaku penusukan Menkopolhukam Wiranto SA, FA, serta senjata yang digunakan dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).KOMPAS.com/Deti Mega Purnamasari Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menunjukkan foto pelaku penusukan Menkopolhukam Wiranto SA, FA, serta senjata yang digunakan dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).
Pelaku penusukan Wiranto adalah SA alias Abu Rara yang lahir 51 tahun silam di Medan.

Saat muda, SA dikenal pintar dan cerdas. Dia menyelesaikan kuliahnya di fakultas hukum di salah satu universitas ternama di Sumatera Utara.

Kala itu, SA dan keluarganya tinggal di Jalan Alfakah, Kelurahan Tanjung Mulia, Hilir, Kecamatan Medan Deli.

Saat usianya 27 tahun, SA menikah dengan istrinya yang pertama yakni Netty pada 1995. Sayangnya pernikahan tersebut hanya bertahan 3 tahun.

Baca juga: Kapolda Sumut Sebut Penusuk Wiranto Terpapar Radikalisme Saat di Jawa

Setelah itu, SA pergi ke Malaysia selam lima bulan. Sepulang dari Negeri Jiran, perilaku dan penampilan SA berubah menjadi lebih agamis.

SA disebut juga rajin ke mushala untuk mengisi pengajian. Namun, SA menarik diri karena ceramah yang disampaikan tidak disukai warga.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya SA membuka depot air hingga rental PlayStation.

Namun, semua bisnisnya gagal. Ia pun bekerja serabutan.

Baca juga: Fakta Abu Rara Pelaku Penusukan Wiranto, Lulusan Fakultas Hukum yang Rumahnya Digusur untuk Pembangunan Tol

 

2. Fakta pasangan suami istri serang Wiranto

Tim Gegana Polda Banten melakukan penggeledahan di kontarkan yang didiami oleh pasutri pelaku penusukan Wiranto di Pandeglang, Kamis (10/10/2019).KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Tim Gegana Polda Banten melakukan penggeledahan di kontarkan yang didiami oleh pasutri pelaku penusukan Wiranto di Pandeglang, Kamis (10/10/2019).
Pelaku penyerangan Wiranto adalah pasangan suami istri, yakni SA dan FD (sebelumnya disebut FA).

Sang suami, SA kelahiran 1968 dan saat ini berusia 51 tahun. Sedangkan istrinya, FA lahir di Brebsa pada tahun 1999. Saat ini usia FD 20 tahun.

Beda usia pasangan suami istri yang tinggal di rumah kontrakan di Desa Kampung Sawah, Pandeglang adalah 31 tahun.

SA disebutkan pernah menikah dan memiliki dua anak perempuan.

SA menikahi FD pada Agustus 2019 lalu.

Baca juga: 6 Fakta Pasangan Suami Istri Serang Wiranto, Beda Usia 31 Tahun hingga Ada Pistol di Dalam Rumah Kontrakan

 

3. Keluarga tinggal di gubuk mirip kandang ayam

Tampak kondisi gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam yang ditenpati pasutri bersama 4 anaknya di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.KOMPAS.COM/HENDRA CIPTA Tampak kondisi gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam yang ditenpati pasutri bersama 4 anaknya di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Sepasang suami istri harus berjuang menghidupi keempat anaknya di sebuah gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Mereka merupakan warga asli Siantan Hulu, Kota Pontianak, Kalimantan Barat dan terpaksa pindah ke gubuk itu setelah rumah lama mereka dijual bapak mertuanya 2 bulan lalu.

Lena, sang ibu, enggan menceritakan prihal itu lebih jauh. Menurut dia, alasan mereka memilih tinggal di gubuk itu lantaran keterbatasan ekonomi.

"Suami kerja serabutan. Anak 4 orang. Jadi saya bersama suami buat rumah di sini," kata Lena, Jumat (11/10/2019).

Baca juga: Rumah Dijual Mertua, Keluarga Ini Tinggal di Gubuk Mirip Kandang Ayam dan Anak Putus Sekolah

 

4. Bupati Magetan usulkan exit tol ke Jokowi

Bupati Magetan Suprawoto, usulan adanya exit tol fi Magetan di jalur tol Solo-Surabaya sudah 3 kali disampaikan kepada Presiden Jokowi. Keberadaan exit toll  sangat mempengaruhi iklim pariwisata di kabupaten Magetan.KOMPAS.COM/SUKOCO Bupati Magetan Suprawoto, usulan adanya exit tol fi Magetan di jalur tol Solo-Surabaya sudah 3 kali disampaikan kepada Presiden Jokowi. Keberadaan exit toll sangat mempengaruhi iklim pariwisata di kabupaten Magetan.
Bupati Magetan Suprawoto mengaku sudah tiga kali menyampaikan usulan agar ada exit tol di jalan tol Solo–Surabaya kepada Presiden Jokowi dalam sejumlah pertemuan.

Meski usulan exit tol diapresiasai oleh presiden, namun hingga saat ini belum ada kepastian kapan pembanguan exit tol di Magetan dilakukan.

“Komitmen beliau tetap, mudah-mudahan tinggal nunggu waktulah. Tinggal PU PR kan proses itu perlu waktu,” ujar Suprawoto, Kamis (10/10/2019).

Meski belum ada kepastian kapan exit tol akan dibangun di Magetan oleh pemerintah, namun Suprawoto memastikan telah menyiapkan kebutuhan pendukung seperti jalan utama menuju pintu exit tol.

Baca juga: 3 Kali Bupati Magetan Sampaikan Usulan Exit Tol ke Jokowi

 

5. Selamatkan Wiranto, Kapolsek tak sadar kena tusuk

Kapolsek Menes Kompol Dariyanto saat menceritakan kronologi penusukan terhadap Wiranto di Alun - alun Menes. Dariyanto juga menjadi korban dan saat ini tengah dirawat di RS Sari Asih Kota Serang, Jumat (11/10/2019).KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Kapolsek Menes Kompol Dariyanto saat menceritakan kronologi penusukan terhadap Wiranto di Alun - alun Menes. Dariyanto juga menjadi korban dan saat ini tengah dirawat di RS Sari Asih Kota Serang, Jumat (11/10/2019).
Kapolsek Menes Kompol Dariyanto tak sadar telah ditusuk oleh seorang wanita setelah mencoba membantu Menko Polhukam Wiranto yang diserang di Alun-alun Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

Dariyanto mengatakan, suasana di lokasi kejadian saat itu sangat riuh dengan teriakan warga melihat situasi yang terjadi.

Ketika Wiranto dibopong ke mobil, dia mengambil posisi mengamankan rombongan. Namun, dari arah belakang, tiba-tiba seperti ada yang menusuk punggungnya.

"Punggung saya ditusuk dari belakang, seperti ada tusukan, saya berbalik arah. Akhirnya terlihat yang menyerang saya. Saya enggak tahu karena pisaunya itu tertutup kain hitam," kata Dariyanto kepada wartawan di RS Sari Asih, Kota Serang, Jumat (11/10/2019).

Baca juga: Setelah Menolong Wiranto, Kapolsek Menes Berlumuran Darah Cari Pertolongan

SUMBER: KOMPAS.com (Rachmawati, Hendra Cipta, Sukoco, Acep Nazmudin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com