GORONTALO, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Gorontalo mewaspadai sesar lokal Gorontalo yang mengiris lengan utara Pulau Sulawesi.
Di area yang dilintasi sesar ini terdapat 3 daerah administrasi, Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Gorontalo Utara yang meliputi 9 kecamatan, 40 kelurahan/desa dan sekitar 108 ribu jiwa warga.
Ancaman gempa bumi tektonik ini sewaktu-waktu terjadi tanpa peringatan terlebih dulu.
Bahkan, di sisi selatan terdapat Danau Limboto yang dilintasinya.
Baca juga: BMKG: Gempa Teluk Tolo Banggai Dipicu Sesar Aktif
“Provinsi Gorontalo memiliki risiko ancaman yang cukup tinggi terutama gempa bumi, di mana di tengah daratan Provinsi Gorontalo terdapat patahan Gorontalo yang membentang dari kota Gorontalo membelah sampai ke Kabupaten Gorontalo Utara,” ujar Sumarwoto, Kepala BPBD, pada Workshop Local Goverment Self Assessment Tool (LG-SAT) yang berlangsung 3 hari, Rabu-Jumat (24-26/7/ 2019).
Untuk menghadapi ancaman bencana yang sewaktu-waktu muncul, Sumarwoto menekankan kerjasama antarinstansi BPBD di kabupaten dan Kota, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, dan perguruan tinggi untuk melakukan kajian kapasitas risiko bencana.
Dalam pelaksanaan LG-SAT yang diikuti 60 orang dari BPBD kabupaten/kotaini, BPBD Provinsi Gorontalo juga melakukan koordinasi kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC).
“LG-SAT ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran aparat pemerintah dan lembaga dalam upaya pengurangan risiko bencana, memetakan dan memahami kesenjangan dan tantangan resiko bencana,” kata Sumarwoto, Kamis (25/7/2019).
Baca juga: BNPB Akan Pasang Papan Informasi Area Rawan Bencana di Sepanjang Sesar Lembang
Sumarwoto menambahkan, kegiatan penilaian kapasitas ini sangat penting karena satu daerah yang tidak memiliki data kapasitas, termasuk SDM dan ancaman yang ada di wilayahnya maka daerah itu kurang memiliki kesiapan ketika ada bencana.
Kerjasama antarinstansi BPBD kabupaten/kota sangat penting dilakukan, termasuk mengelar simulasi menghadapi kebencanaan di lapangan. Ini dibutuhkan agar mampu menghadapi tantangan dan ancaman yang besar sewaktu-waktu muncul.
“Semua BPBD harus memiliki kesiapan yang lebih baik saat bencana terjadi,” kata Sumarwoto.
Namun demikian, ia mengatakan, dari hasil kajian, patahan yang mengiris Gorontalo ini bergerak sangat lamban, dalam setahun bergerak sekitar 0.011 milimeter.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.