Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unik, Beli Hewan Ternak Cukup Bayar Uang Muka Koin Rp 100

Kompas.com - 19/07/2019, 09:02 WIB
Markus Yuwono,
Farid Assifa

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ada yang unik transaksi jual beli di pasar hewan Siyono Harjo, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, tiga minggu menjelang hari raya kurban. Penjual dan pembeli sepakat uang muka untuk pembayaran menggunakan uang koin.

Suasana di Pasar Siyono Harjo pada Kamis (18/7/2019) selalu dipenuhi pedagang dan pembeli hewan ternak sapi hingga ayam. Suasana transaksi pun ramai antara penjual dan pembeli. Mereka sedang tawar menawar harga.

Namun ada yang unik saat pembeli memberikan panjer atau uang muka dengan uang logam atau koin saat terjadi transaksi.

"Wis to bayaren 2 juta yo iki weduse lemu, tur wis poel (Sudah to dibayar saja Rp 2 juta, kambing ini sudah poel)," kata salah seorang penjual, Sum Sowing sambil menyerahkan uang koin kepada pembelinya, Kamis. 

Baca juga: Heboh, Puluhan Domba di Sumedang Mati karena Makhluk Halus, Ini Penyebab Sebenarnya

Poel adalah kondisi hewan ternak yang telah mengalami pergantian gigi dan layak untuk hewan kurban.

Setelah menerima uang koin, Sum meninggalkan pembelinya dan membiarkan kambingnya diikat begitu saja.

Ketika ditanya kenapa dia meninggalkan kambingnya ke tangan orang lain begitu saja, Sum mengaku bahwa koin yang diberikan itu bukti tanda jadi atau pengikat jual beli.

"Buat panjeran itu uang koin bisa Rp 100, atau Rp 500 yang penting koin," ucapnya sambil berlalu. 

Hal serupa diutarakan Sugimu. Menurutnya, tradisi tali rembuk atau panjer koin dalam transaksi jual beli hewan kurban sudah dilakukan sejak lama.

Hal itu adalah semacam “agunan” yang harganya tidak setara dengan barang yang hendak dibeli. Pedagang tidak akan menjual sapi dagangannya kepada orang lain karena telah dipanjer. Itu atas dasar kepercayaan antar-kedua pihak. 

Uniknya meski ada ratusan pedagang dan pembeli, mereka tidak akan bingung mencari, karena sebelumnya sudah sepakat di satu titik. Nanti jika salah satu pihak pergi tanpa alasan akan kesulitan dalam bertaransaksi di tempat lain karena pedagang hewan relatif sama.

"Pedagang dan pembeli yang sudah diberi koin, hewan itu tidak akan dijual ke orang lain. Jika koin itu dicabut, dan tidak ada kesepakatan harga, maka pembeli menarik koin, hewan bebas dijual," ucapnya. 

Ada pedagang yang menganggap panjer itu dilakukan apabila negoisasi sudah mencapai kesepakatan. Artinya, hewan ternak sudah pasti dibeli dan koin dijadikan tali pengikat transaksi.

"Satu keping koin ini harganya jutaan lho. Simbah-simbah dulu juga seperti ini," ujarnya. 

 Harga hewan kurban naik

Menurutnya, tradisi seperti ini juga tidak hanya ada di Siyono, tetapi juga di Pasar Hewan Munggi, Semanu. Pasar Hewan Siyono buka setiap Wage pada penanggalangan Jawa. Sedangkan, Pasar Hewan Munggi buka setiap tanggal Kliwon.

Pasar hewan ini semakin ramai menjelang hari raya Idul Adha tiga pekan lagi. Untuk sapi berukuran besar dilepas antara Rp 18 juta hingga Rp 20 juta, sedangkan kambing Rp 2 juta.

"Sudah ada kenaikan harga menjelang kurban. Kemarin adik saya sudah mendapatkan pesanan 30 ekor sapi yang akan dibawa ke Jakarta," kata Sugimu

Memang sapi dan kambing yang berasal dari Gunungkidul menjadi pilihan pembeli dari luar daerah seperti Jabodetabek karena terkenal dengan kepadatan dagingnya.

Biasanya dua pekan menjelang hari raya akan banyak pedagang yang mengirimkan hewan ternak ke Jakarta.

Terkait kasus antraks yang sempat muncul di Dusun Grogol IV, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Sugimu mengatakan tidak begitu berpengaruh terhadap penjualan hewan. 

"Sedikit pengaruhnya, kan sudah ditangani dinas terkait. Paling laku jenis sapi putih atau PO dan jawa. Untuk limosin dan si metal laku tetapi tidak sebanyak sapi jawa atau po," ujarnya

Penjual hewan lainnya Sunaryo mengatakan, hingga kini pesanan hewan kurban sudah mulai banyak. Ada kenaikan harga sapi, misalnya harga awal Rp 18 juta, sekarang sudah dijual di kisaran Rp 20 juta.

"Sudah beberapa pekan mulai naik, harganya bagus," katanya

 Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul Bambang Wisnu Broto mengatakan, sapi di Gunungkidul aman meski ditemukan kasus antraks di Bejiharjo. Menurut dia, kasus antrask tidak berpengaruh pada minat beli masyarakat.  

Baca juga: Pria Penganiaya Balita Gizi Buruk Ikat dan Kurung Anaknya di Kandang Kambing

Hingga saat ini penyebaran penyakit antraks belum meluas dan masih di seputaran Dusun Grogol IV, Desa Bejiharjo. Hal itu dibuktikan ketika dinas sudah ambil sampel di tempat lain dan hingga sekarang hasilnya negatif. Sebagai antisipasi, sapi-sapi juga sudah diberi vaksin anti-antraks.

"Terkait antraks ternak yang sudah divaksin sapi 696 ekor, kambing 1.595 ekor dan domba 7 ekor," katanya. 

Kepala Seksi Kesehatan Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Retno Widiastuti mengatakan, langkah paling efektif mencegah penyebaran penyakit pada ternak yang mati mendadak adalah dengan cara dikubur.

"Kalau disembelih malah akan berbahaya dan potensi penyebaran penyakit akan lebih luas," ucapnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com