Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Warga di Lereng Gunung Slamet Diserang Babi Hutan?

Kompas.com - 05/07/2019, 11:50 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com -Kawasan lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah, dalam beberapa hari terakhir dihebohkan dengan kasus penyerangan babi hutan yang menyebabkan satu orang meninggal dunia dan empat orang luka-luka.

Hingga saat ini, warga dan petugas dari pemerintah daerah setempat masih melakukan perburuan agar kejadian seperti di Desa Windujaya dan Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, tersebut tidak terulang.

Lantas, apa yang menyebabkan babi-babi tersebut menyerang manusia?

Baca juga: Fakta Baru Babi Hutan Serang Warga, Ukuran Lebih Besar dari Kambing hingga Berduel

Kepala Resort Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Cilacap Endi Suryo menjelaskan, serangan babi hutan dapat disebabkan beberapa faktor.

Pertama, menurut Endi, memasuki musim kemarau, ada persaingan antar kelompok babi hutan dalam mencari pakan. Induk jantan yang tersisih dalam persaingan tersebut akan mencari wilayah baru.

Faktor lainnya, lanjut Endi, serangan babi hutan juga dapat disebabkan berkembangnya lahan milik masyarakat yang semakin mendekati kawasan hutan. Secara tidak langsung, kawasan tempat tinggal babi hutan semakin tersisihkan.

Selain itu, jumlah predator pemangsa babi hutan semakin menurun, sehingga populasi babi hutan menjadi meningkat.

"Minimnya predator di alam yang mulai menurun, juga menyebabkan jumlah babi hutan meningkat," kata Endi melalui pesan singkat, Jumat (5/7/2019).

Terkait populasi babi hutan di lereng selatan Gunung Slamet, Endi tidak dapat memastikan jumlahnya. Pihaknya belum pernah melakukan penelitian di lokasi tersebut.

Baca juga: Korban Serangan Babi Hutan Ternyata 5 Orang, Ini Kronologi Lengkapnya

Endi meminta warga untuk menggiatkan ronda, untuk mengantisipasi serangan babi hutan terulang kembali

"Untuk solusi jangka pendek berupa siskamling (ronda) berupa membunyikan suara-suara yang bisa membuat babi hutan terganggu," ujar Endi.

Endi mengatakan, tidak ada larangan perburuan babi hutan, karena bukan termasuk satwa yang dilindungi. Namun, Endi meminta perburuan dilakukan secara bijaksana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com