Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Siswa Berprestasi Bakar 15 Piagam, Kecewa Tak Masuk SMP Impian hingga Ditolak karena Sistem Zonasi

Kompas.com - 28/06/2019, 10:44 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang siswa beinisial Y (21) di Pekalongan nekat membakar piagam miliknya karena gagal masuk SMP impiannya.

Menurut Sugeng Witoto, ayah Y, anaknya merasa kecewa dan menganggap piagam-piagam tersebut tak lagi berguna.

Aksi Y segera menjadi viral di media sosial dan mengundang komentar banyak pihak.

Sugeng juga mengaku kecewa dengan sistem zonasi yang membuat anaknya tidak bersekolah di SMP favoritnya.

Sugeng sudah mendaftar ke jalur prestasi. Namun, kata pihak sekolah (SMP) tidak bisa dan harus mendaftar di sekolah sesuai aturan sistem zonasi.

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Sebanyak 15 piagam milik Y dibakar

Api.Shutterstock Api.

Dilansir dari Tribunjateng, Sugeng menjelaskan, ada sekitar 15 piagam penghargaan yang dibakar oleh Y.

Piagam itu hasil dari sejumlah kejuaraan yang diikuti dan berhasil menyabet juara satu, antara lain lomba menulis halus, cerita islami, tilawah, azan, nyanyi solo, nyanyi grup, dan dokter kecil.

"Anak saya juga selalu masuk dan memiliki ranking di kelasnya. Mungkin berpikiran piagam-piagam tidak membantu dirinya masuk ke SMP Negeri 1 Kajen (sekolah yang diinginkan), jadi akhirnya dibakar," kata Sugeng saat ditemui di kediamannya, Rabu (26/6/2019), seperti ditulis Tribun Jateng.

Baca juga: Kecewa Tak Diterima di SMPN Impian, Siswa SD Berprestasi Ini Bakar 15 Piagam

2. Kecewa tak masuk SMP impiannya

Ilustrasi sekolahKOMPAS.com/Junaedi Ilustrasi sekolah

Anak pasangan Sugeng Witoto (50) dan Sukoharti (45) tersebut memang sudah lama ingin bersekolah di SMP Negeri 1 Kajen.

Namun, saat mendaftar melalui jalur prestasi, pihak sekolah menolak Y. Mengetahui hal itu, Y membakar belasan piagam penghargaan miliknya pada Minggu (23/6/2019).

Sugeng membenarkan, aksi nekat anak ketiganya itu karena kecewa tidak diterima di sekolah favoritnya.

"Saya sebagai orangtua kecewa. Kami sudah mendaftar ke jalur prestasi, kata pihak sekolah (SMP) tidak bisa, harusnya daftar di sekolah di luar zonasi," kata Sugeng.

Baca juga: DPRD Jabar Temukan Kecurangan dalam PPDB 2019

3. Orangtua kritik kurangnya sosilisasi sistem zonasi

Ilustrasi PPDBRONY ARIYANTO NUGROHO Ilustrasi PPDB

Menurut Sugeng, minimnya sosialisasi Dinas Pendidikan terkait PPDB yang melalui tiga jalur, yakni jalur zonasi, jalur berprestasi, dan jalur perpindahan orangtua, membuat anaknya terjebak dalam zonasi.

"Hari pertama pendaftaran saya mengantarkan anaknya melakukan pendaftaran online tetapi melalui jalur zonasi. Namun, oleh guru dan kepala sekolah dasar disarankan masuk jalur prestasi. Di hari kedua, mendaftar ke jalur prestasi tetapi tidak bisa mengingat sudah mendaftar di jalur zonasi," kata Sugeng.

"Saya sebagai orangtua kecewa. Kami sudah mendaftar ke jalur prestasi kata pihak sekolah (SMP) tidak bisa, harusnya daftar di sekolah di luar zonasi," tambahnya.

Baca juga: PPDB Online, Banyak Siswa Belum Paham "Input' Data

4. Memilih mendaftar sekolah swasta

Ilustrasi sekolah rusakShutterstock Ilustrasi sekolah rusak

Agar anaknya tidak berlarut-larut dalam kesedihan, Sugeng akhirnya mendaftarkan Y ke sekolah swasta.

"Anak saya sudah didaftarkan ke SMP Muhammadiyah 1 Kajen dan seharusnya dengan sistem seperti ini pihak pemerintah menyediakan banyak sekolah negeri dulu," katanya.

Dilansir dari Tribunjateng, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Pekalongan, Sumarwati, belum memberikan keterangan terkait dengan gagalnya siswa yang masuk ke jalur prestasi tersebut

Baca juga: Seluruh Siswa Satu SD di Indramayu Tak Diterima di SMP Mana Pun

Sumber: KOMPAS.com (Khairini)/Tribunjateng (Indra Dwi Purnomo) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com