Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata ke Pangandaran, Mampir Belajar Seputar Nyamuk di Museum Ini

Kompas.com - 22/06/2019, 11:53 WIB
Candra Nugraha,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

PANGANDARAN, KOMPAS.com - Wisata di Pangandaran, Jawa Barat, tak hanya bisa menyambangi berbagai pantai dan menikmati keindahan alam.

Ada pilihan wisata edukasi di wilayah ini. Salah satu pilihannya, Museum Nyamuk Pangandaran.

Museum ini berada di Kampung Babakan, Kecamatan Pangandaran. Dari arah Ciamis atau Banjar, lokasinya tidak jauh sebelum Bundaran Marlin yang merupakan pintu gerbang masuk ke objek wisata Pantai Pangandaran.

Pada bagian depan museum ini terdapat ikon yakni patung nyamuk raksasa.

"Kami tawarkan wisata ilmiah di Museum Nyamuk ini," kata Firda Yanuar, penanggung jawab wisata ilmiah dan museum, saat ditemui pada Sabtu (22/6/2019).

Museum ini dikelola Loka Litbangkes Pangandaran di bawah Badan Litbang Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia.

Awalnya, yang bertugas di sini merupakan para peneliti yang meneliti tentang nyamuk.

Salah satu telur nyamuk Aedes yang ada di insektarium Museum Nyamuk Pangandaran, Sabtu (22/6/1/2019).KOMPAS.com/CANDRA NUGRAHA Salah satu telur nyamuk Aedes yang ada di insektarium Museum Nyamuk Pangandaran, Sabtu (22/6/1/2019).
Firda menjelaskan, museum ini dijadikan tujuan wisata edukasi dan ilmiah untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa hasil-hasil penelitian itu terlalu berat. Menurut dia, mereka hanya melihat penelitian dari sifat ilmiahnya saja.

Para peneliti di Loka Litbang Pangandaran berharap, dari hasil penelitiannya itu ada sesuatu yang bisa disampaikan kepada masyarakat tanpa melalui seminar maupun jurnal.

Cara penyampaian itu melalui wisata edukasi.

"Ini goal (tujuan) utamanya. Edukasi masyarakat," jelas Firda.

Dia mengatakan, para peneliti tidak mau hasil penelitian hanya menjadi penghuni perpustakaan. Pihaknya berusaha memvisualisasikan apa saja yang bisa disampaikan.

"Biasanya masyarakat melihat nyamuk biasa saja. Kita ingin setelah ke sini masyarakat tahu nyamuk banyak jenisnya. Ternyata sebabkan penyakit A, penyakit B. Kemudian bagaimana caranya biar enggak kena nyamuk. Itu yang ingin kita edukasi. Jika lewat seminar kadang-kadang beda dengan visual," papar Firda.

Di kompleks museum ini terdapat insektarium, laboratorium, mini bioskop, perpustakaan, tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk).

"Di bioskop ada film dukomenter (tentang nyamuk) untuk (wisatawan) siswa SMP ke atas. Kalau siswa SD dan TK ada film kartun tentang penularan DBD. Kapasitasnya sekitar 100 orang," kata Firda.

Di insektarium, kata dia, memelihara nyamuk jenis Aedes, dan Culex. Selain itu, ada pula telur, larva, pupa nyamuk yang bisa diketahui wisatawan yang datang.

"Dikenalkan jenis telur nyamuk seperti ini," kata dia.

Sementara, di museum berukuran 8x8 meter ini, terdapat berbagai jenis koleksi nyamuk di Indonesia.

Selain itu, ada peralatan terkait penangkapan nyamuk, obat anti nyamuk, dan lainnya.

Untuk koleksi nyamuk di museum ini, ada sekitar 25 jenis. Koleksi ini berasal dari sejumlah daerah di Indonesia, seperti Sumatera dan Sulawesi.

Sejumlah tanaman yang berada di Tompen di antaranya lavender, zodia, kayu putih, akar wangi, dan mimba.

"Mimba terkenal sejak lama jadi obat malaria. Kemudian ada beberapa jenis tanaman yang bisa diekstrak dan sudah dikenal sebagai penolak nyamuk," kata Firda.

Pengelola museum menawarkan sejumlah paket wisata di antaranya paket wisata singkat, paket 2-3 hari, paket satu Minggu bahkan satu bulan.

Karena merupakan instansi pemerintah, setiap wisatawan dikenakan tarif masuk sebagai bagian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pelajar TK, SD, SMP ditarif Rp 5 ribu per orang. Untuk pelajar SMA Rp 7500. Mahasiswa dan umum Rp 15 ribu.

"(Tarif) Bagi wisatawan yang melakukan pelatihan, kita sesuaikan materi yang diminta," kata Firda.

Materi yang dilakukan mulai mencari jentik hingga menangkap nyamuk di daerah perindukan seperti bekas tambak yang tak terpakai.

"Sore nyusul jentik. Malam sampai subuh seharusnya, karena sedang belajar cukup sampai jam 23.00 WIB menangkap nyamuk. Dijelaskan cara menangkapnya," kata Firda.

Awalnya, museum ini hanya buka pada Senin-Jumat pada jam kerja. Namun, sejak Mei 2019, museum buka setiap hari.

"Karena ternyata tak sedikit yang datang ke sini di akhir pekan. Pulang dari pantai kemudian ke sini. Untuk Sabtu-Minggu buka mulai jam 10.00-14.00 WIB," kata Firdha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com