Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta di Balik Tragedi Gugurnya Petugas Pemilu di Indonesia, 54 Orang Meninggal hingga Faktor Kelelahan

Kompas.com - 22/04/2019, 15:39 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Khairina

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kemeriahan pesta demokrasi 17 April 2019 harus ternoda dengan kabar puluhan petugas dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan polisi meninggal dunia saat penyelenggaraan Pemilu 2019.

Hingga hari Minggu (21/4/2019), Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat setidaknya 54 petugas KPPS meninggal dunia usai menjalankan tugas menghitung dan merekap suara hasil Pemilu 2019. Selain itu, 32 petugas KPPS dilaporkan sakit.

Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (22/4/2019), mengatakan, 15 anggota Polri gugur saat bertugas menjaga keamanan Pemilu 2019.

Angka tersebut diduga akan bertambah karena di sejumlah daerah masih berlangsung rekapitulasi suara di tingkat kecamatan.

Berikut ini fakta lengkap gugurnya para pahlawan Pemilu 2019 di Indonesia:

1. Faktor kelelahan menjadi pemicu petugas berguguran

Kepala UPT Puskesmas Beji, Hendrik Alamsyah, dan Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna melakukan pengecekan obat untuk petugas KPPS Pemilu 2019, di Balai Rakyat Beji, Depok, Senin (22/4/2019).KOMPAS.com/ CYNTHIA LOVA Kepala UPT Puskesmas Beji, Hendrik Alamsyah, dan Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna melakukan pengecekan obat untuk petugas KPPS Pemilu 2019, di Balai Rakyat Beji, Depok, Senin (22/4/2019).

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta Nurdin menyebutkan, ada dua faktor utama yang membuat banyak petugas KPPS yang sakit hingga meninggal.

Faktor pertama adalah lantaran pemilu dan pilpres pada tahun ini digelar secara serentak untuk memilih presiden, DPR, DPRD, dan DPD.

Hal ini berpengaruh pada tenaga, waktu, hingga pikiran serta beban petugas.

"Kemudian secara enggak langsung tingkat pekerjaan, kemudian pikiran, tenaga, juga harus ekstra. Di samping itu anggaran sama saja yang diperoleh teman-teman. Walaupun pekerjaan banyak, dananya sama saja (seperti pemilu sebelumnya)," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (20/4/2019).

Faktor lain ialah pemilihan serentak membuat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) kerepotan mengurus logistik yang sangat banyak.

"Apalagi mereka ini orang yang kita rekrut bekerja selama pemilu saja sehingga dia awalnya belum paham sistemnya learning by doing, terus ditambah lagi ada pembatasan periodisasi PPK, PPS, dan KPPS sehingga yang sudah berkali-kali ikut pemilu harus kita stop dengan adanya regulasi itu," ujarnya.

Baca Juga: Ini Penyebab Banyak Petugas TPS Sakit hingga Meninggal Saat Pemilu

2. KPU: Kemungkinan korban bisa bertambah

Ketua KPU Karawang Miftah Farid saat berdoa di Makam Agus Mulyadi (53), Ketua KPPS di TPS 38, Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, yang gugur usai menjalankan tugasnya, Minggu (21/4/2019).

KOMPAS.com/FARIDA FARHAN Ketua KPU Karawang Miftah Farid saat berdoa di Makam Agus Mulyadi (53), Ketua KPPS di TPS 38, Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, yang gugur usai menjalankan tugasnya, Minggu (21/4/2019).

Sebanyak 54 petugas KPPS meninggal dunia seusai menjalankan tugas menghitung dan merekap suara hasil Pemilu 2019. Selain itu, 32 petugas KPPS dilaporkan sakit.

Data tersebut berdasarkan laporan yang diterima Komisi Pemilihan Umum (KPU) hingga Minggu (21/4/2019).

"86 petugas yang mengalami musibah, meninggal 54 orang dan sakit 32 orang," kata komisioner KPU, Viryan Azis, di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (22/4/2019).

Menurut Viryan, petugas yang meninggal dunia ataupun sakit sebagian besar karena kelelahan. Ada pula petugas yang mengalami kecelakaan. Jumlah tersebut masih mungkin bertambah lantaran KPU terus melakukan pembaruan data.

"Sangat mungkin masih bertambah karena sekarang rekapitulasi suara di kecamatan sedang berlangsung, KPPS, PPS, dan PPK terus merekap suara," ujar Viryan.

Baca Juga: KPU: 54 Petugas KPPS Meninggal Dunia, 32 Orang Sakit

3. KPU: petugas wajib dapat layanan kesehatan

Petugas Puskesmas Beji lakukan pemeriksaan terhadap KPPS, di Balai Rakyat, Beji, Depok, Senin (22/4/2019).KOMPAS. COM/CYNTHIA LOVA Petugas Puskesmas Beji lakukan pemeriksaan terhadap KPPS, di Balai Rakyat, Beji, Depok, Senin (22/4/2019).

Banyaknya kasus petugas yang jatuh sakit dan berguguran saat penyelenggaraan Pemilu 2019, Viryan berharap ada layanan kesehatan gratis dari Kementerian Kesehatan atau pemerintah daerah di setiap kecamatan.

Layanan ini diharapkan dapat memfasilitasi seluruh jajaran penyelenggara pemilu, baik KPPS, PPS, PPK, hingga pengawas TPS, PPL, panwas kecamatan, hingga saksi dan peserta pemilu.

"Sedih sekali melihat teman-teman kami berguguran. Mereka pahlawan Pemilu Indonesia 2019," kata Viryan.

Baca Juga: KPU Akan Urunan Dana Santuni Keluarga dari Petugas KPPS yang Meninggal Dunia

4. Medan yang sulit membuat polisi berguguran

Sri Mindarwati, memegang foto suaminya Letkol Inf Purnawirawan Ngadiono Supaat, di rumahnya di Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Sabtu (20/4/2019). Ngadiono meninggal dunia diduga karena kelelahan menjadi petugas KPPS di TPS 13 desa setempat. Kompas.com/ MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Sri Mindarwati, memegang foto suaminya Letkol Inf Purnawirawan Ngadiono Supaat, di rumahnya di Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Sabtu (20/4/2019). Ngadiono meninggal dunia diduga karena kelelahan menjadi petugas KPPS di TPS 13 desa setempat.

"Sampai dengan hari ini, informasi yang saya dapat dari SDM, ada 15 anggota yang gugur dalam melaksanakan tugas," kata Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (22/4/2019).

Mereka gugur saat menjalankan tugas di berbagai daerah, seperti Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, dan Jawa Timur.

Dedi mengatakan, para anggota tersebut gugur karena kondisi kesehatan setiap orang berbeda-beda. Selain itu, kondisi geografis tempat mereka bertugas juga memiliki tingkat kesulitan yang beragam.

"Kemudian kondisi secara geografis TPS tersebut berbeda-beda, ada yang sangat jauh, sulit. Makanya sebagian besar yang meninggal kan di luar Jawa," ujar Dedi.

"Kalau yang di Jawa disebabkan kecelakaan lalu lintas, dari Polsek menuju TPS, kemudian dari TPS menujuk ke PPK. Kalau di luar Jawa kondisi geografisnya kan cukup jauh, dan cukup sulit ke TPS," sambung dia.

Baca Juga: Polri: 15 Polisi Gugur Saat Amankan Pemilu 2019

5. Tercatat 10 petugas di Jawa Tengah meninggal

Almarhum Slamet, berfoto bersama saat akan menjalankan tugas di TPS 09, Kelurahan Kober, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Jawa TengahKompas.com/ Dokumentasi Keluarga Almarhum Slamet, berfoto bersama saat akan menjalankan tugas di TPS 09, Kelurahan Kober, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

Pada hari Sabtu (20/4/2019), Koordinator Divisi Data dan Informasi KPU Jawa Tengah, Paulus Widiyantoro mengatakan, sebanyak 10 petugas yang terlibat dalam Pemilu 2019 dilaporkan meninggal dunia.

Selain itu, ada belasan anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang jatuh pingsan, sakit, keguguran hingga mengalami stroke.

Paulus menjelaskan petugas KPPS maupun petugas pengamanan TPS meninggal dunia saat bertugas pada 17 April, serta dalam proses rekapitulasi suara.

"Yang terakhir, ada tambahan lagi di Demak, baru sore kemarin,” ujar Paulus, saat dikonfirmasi, Minggu (21/4/2019).

Baca Juga: #IndonesianElectionHeroes, Hormat untuk Para Pahlawan yang Gugur Saat Pemilu

6. Sebanyak 93 petugas Panwas di Jateng alami musibah 

KeluargaKOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Keluarga

Sementara itu, pada hari Senin (22/4/2019), Koordinator Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Tengah Sri Sumanta menjelaskan, total ada 93 jajaran pengawas yang dilaporkan mengalami musibah saat menjalankan tugas.

Rinciannya, 2 petugas meninggal dunia, 17 orang sakit hingga dirawat inap di rumah sakit, 49 orang rawat jalan, dan 23 sisanya mengalami musibah kecelakaan.

"Ada dua orang pengawas pemilu di Jawa Tengah yang meninggal dunia, yaitu atas nama Muchtarom, dan Suroso," kata Sumanta, Senin (22/4/2019).

Baca Juga: 2 Pengawas Pemilu Meninggal Dunia di Jawa Tengah, 91 Petugas Dirawat di Rumah Sakit

7. Santunan bagi keluarga petugas KPPS di Jawa Barat 

Ketua KPU Jabar Rifqi Alimubarok saat ditemui di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Sabtu (20/4/2019).KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Ketua KPU Jabar Rifqi Alimubarok saat ditemui di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Sabtu (20/4/2019).

Sebanyak 12 petugas kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Jawa Barat gugur saat menjalankan tugasnya. KPU Jawa Barat berupaya untuk memberikan santunan kepada 12 pejuang demokrasi ini.

“Ada 12 orang di 9 kota/kabupaten di Jawa barat,” kata ketua KPU Jabar Rifqi Ali Mubarok yang dihubungi Kompas.com, Jumat (19/4/2019).

Penyebab meninggalnya para pahlawan pemilihan umum ini pun sebagian besar karena kelelahan. Namun ada juga yang mengalami kecelakaan lalu lintas. 

Baca Juga: 12 Petugas KPPS di Jawa Barat Gugur saat Menjalankan Tugas

Sumber: KOMPAS.com (Agie Permadi, Nazar Nurdin, Devina Halim, Fitria Chusna Farisa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com