Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Manfaat Ternak Lalat Tentara Hitam, Bantu Kurangi Sampah hingga Dapat Penghasilan Tambahan

Kompas.com - 15/04/2019, 13:52 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Khairina

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fakta di balik manfaat ulat maggot atau belatung black soldier fly (lalat tentara hitam) mulai dilirik masyarakat.

Hewan tersebut dinilai berjasa dalam mengurangi volume sampah di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, Jawa Tengah. Ulat-ulat ini mampu memakan sampah organik sampai 1 gerobak yang isinya 1,5 meter kubik.

Sementara itu, warga di Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sedang merintis pembuatan Kampung Lalat.

Alasannya, budi daya lalat tentara hitam diyakini dapat menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi. Salah satunya adalah memberikan beasiswa sekolah kepada anak-anak dari keluarga tak mampu.

Berikut ini fakta lengkap di balik manfaat lalat tentara hitam (Hermetia illucensdi Magelang dan Banyumas:

1. Belatung lalat tentara hitam untuk bersihkan sampah

Gerobak sampah sesuai jenis sampah yang ada di Pasar Rejowinangun Kota Magelang, Jawa Tengah, Jumat (13/4/2018).KOMPAS.com/IKA FITRIANA Gerobak sampah sesuai jenis sampah yang ada di Pasar Rejowinangun Kota Magelang, Jawa Tengah, Jumat (13/4/2018).

Kepala Bidang Pasar Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Magelang Imam Santoso mengatakan, pemanfaatan belatung bsf (black soldier fly) ini baru dilakukan sejak tiga bulan lalu.

Belatung ini dibudidayakan atas kerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Magelang.

"Setiap hari kami memilah antara sampah organik dan non-organik. Khusus organik kami kumpulkan di satu tempat, lalu disebar belatung. Nanti sampah itu akan habis dimakan belatung," ujar Imam di sela-sela kegiatan "Gerebek Ngresiki Sampah" di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, Jumat (13/4/2018).

Baca Juga: Kurangi Sampah Pasar dengan Belatung Lalat Tentara Hitam 

2. Kurangi sampah organik hingga 1,5 meter kubik 

Ilustrasi sampah plastikThinkstock/Milkare Ilustrasi sampah plastik

Imam menjelaskan, ulat-ulat ini mampu memakan sampah organik sampai 1 gerobak yang isinya 1,5 meter kubik.

Hal itu terungkap setelah membandingkan antara kondisi sebelum dan sesudah menggunakan ulat-ulat tentara hitam.

"Saat masih pilot project, daya tampung tempat sampah organik sendiri sampai 4 meter kubik, jadi kedepan bisa mengurangi sejumlah volume sebanyak itu dan akan diujicobakan juga ke pasar tradisional lainnya di Kota Magelang," ujar Imam.

Sementara itu, belatung lalat tentara hitam tersebut memang memiliki sifat suka makan.

"Sifat belatung ini memang banyak makan, tapi tidak gemuk juga karena aktivitas atau kemampuan mengkonversi sampah juga tinggi. Belatung bsf hidup lebih lama di tempat sampah, usianya sekitar 1-2 bulan," ujar dia.

Baca Juga: Sampah Ditukar Bibit Tanaman, Cara Pemkot Surakarta Edukasi Masyarakat Buang Sampah pada Tempatnya

3. Kampung budidaya lalat tentara hitam di Banyumas

Ilustrasi SampahNadia Zahra Ilustrasi Sampah

Lebih dari 200 kepala keluarga (KK) merintis budidaya lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF).

Dua kandang besar dibuat sebagai rintisan usaha bersama, sementara kandang-kandang kecil disiapkan di setiap rumah untuk budidaya lalat ini.

Menurut penggagas Kampung Lalat Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) Adib Wong Alas, warga tertarik membudidayakan lalat tentara hitam sebagai solusi mengatasi persoalan pengelolaan sampah di Banyumas.

“Satu kilogram maggot (larva) bisa mengonsumsi 1 kilogram sampah organik. Saya bayangkan ketika diterapkan setiap rumah, pemilahan sampah organik dan anorganik selesai di rumah tangga. Sampah organik akan diurai menjadi kompos,” katanya, Sabtu (13/4/2019).

Baca Juga: Berkat Lalat, Warga di Kampung Ini Bisa Beri Beasiswa dan Bayar BPJS

4. Hasilnya mampu untuk bayar BPJS dan beasiswa sekolah

Ilustrasi uangpsphotograph Ilustrasi uang

Menurut Adib, budi daya lalat tentara hitam mulai dikembangkan setahun lalu dan memberikan tambahan pendapatan bagi warga. 

“Kita kembangkan mulai akhir 2018 oleh anak-anak Sekolah Kader Desa Brilian, dengan pengembangan ini kita bisa memberi beasiswa lebih banyak lagi. Tahun ini ada 3 anak mendapat beasiswa untuk kuliah, sebelumnya sudah ada sekitar 30 anak yang mendapat beasiswa,” ujar Adib.

Seain itu,  hasil dari budi daya sebagian dapat digunakan untuk membayar iuran jaminan sosial ketenagakerjaan di di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.

“Ini bagian gerakan untuk memberikan jaminan sosial bagi pekerja, terutama buruh di sekitar hutan, harapannya warga bisa membayar iuran dari menjual maggot. Tidak usah banyak-banyak, kalau setiap rumah bisa menghasilkan maggot 1 kilogram per hari, dalam sebulan bisa dapat Rp 90.000, itu sudah lebih dari cukup untuk membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan,” kata Adib

Baca Juga: Pasca-Viral Sampah Bungkus Indomie Berusia 19 Tahun, Pemkab Malang Akui Sulit Cegah Sampah Plastik Dibuang ke Laut

5. Untuk mencari tambahan penghasilan

Warga membudidayakan lalat tentara hitam Grumbul Larangan, Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa TengahKOMPAS.com/ FADLAN MUKHTAR Warga membudidayakan lalat tentara hitam Grumbul Larangan, Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

Ketua Pengurus Kampung Lalat Sarbumusi Sutarno mengatakan, saat ini baru sekitar 23 KK yang sudah melakukan budi daya.

Dalam waktu dekat, jumlahnya akan terus bertambah dan ditargetkan seluruh KK yang berjumlah lebih dari 200 melakukan hal yang sama.

“Belum budi daya semua, sedang disiapkan kandang dengan nampan atas dan bawah yang dibentuk silinder menggunakan kelambu sebagai penutup, setiap rumah ukurannya 150 cm x 60 cm. Kalau kandang besar yang sudah ada ukurannya 2,5 meter x 2 meter," katanya.

Selain maggot, harga telur lalat rupanya cukup menggiurkan. Dia mengatakan 1 gram telur dijual dengan harga Rp 10.000. Uang hasil penjualan 50 persen untuk warga, 20 persen disisihkan untuk beasiswa sekolah dan 30 persen lainnya untuk pendamping.

Aksin (40), warga setempat yang membudidayakan lalat tentara hitam mengatakan, baru satu bulan melakukan budi daya dengan kandang berukuran 150 cm x 60 cm. Ia mengaku baru dua kali memanen telur lalat.

“Saya baru dua kali memanen telurnya, masing-masing 1 gram. Selain dapat menghasilkan uang tambahan, ini sangat membantu untuk mengurai sampah organik. Maggotnya juga dapat diolah menjadi pakan ternak ikan dan ayam, di sini banyak sekali yang ternak ikan,” tutur dia.

Baca Juga: Polisi Hutan Diancam dengan Pisau di Wajah karena Rekam Aksi Pencurian Kayu

6. Maggot lalat tentara hitam dapat diolah jadi pakan ternak

Sampah dan limbah menjadi permasalahan yang membutuhkan solusi kreatif. Thinkstock Sampah dan limbah menjadi permasalahan yang membutuhkan solusi kreatif.

Menurut salah satu pendamping kampung lalat tentara hitam di Banyumas, Akbar, jenis lalat tentara hitam memang berbeda dengan jenis lalat lainnya. Selain bernilai ekonomis, lalat tersebut juga mampu membantu memecahkan masalah sampah.

“Lalat ini berbeda dengan jenis lalat yang lain. Lalat lain kalau ada kotoran langsung hinggap, kalau ini tidak hinggap, hanya mengelilingi kemudian hinggap di tempat yang kering, gelap dan sempit di sekitar kotoran, makanya tidak mengandung patogen,” kata Akbar.

Selain itu, lalat tentara hitam, menurut dia, dapat menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Telur lalat mempunyai harga jual yang tinggi.

Selain itu, maggot dapat diolah menjadi maggot beku, maggot kering, tepung ikan dan lainnya sebagai pakan alternatif berprotein tinggi.

“Satu ekor lalat dapat menghasilkan 500-700 butir telur, untuk menghasilkan 1 gram telur butuh 14 hingga 13 ekor lalat, tergantung besar kecilnya. Sampah organik yang dimakan maggot otomatis menjadi kompos," ujar Akbar.

Baca Juga: 5 Fakta Kasus Pengeroyokan Siswi SMP di Pontianak, AD Sudah Pulang ke Rumah Hingga Tersangka Jadi Korban "Bully"

Sumber: KOMPAS.com (Fadlan Mukhtar Zain, Ika Fitriana)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com