Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percakapan Golput di Media Sosial Cenderung Jawa Sentris

Kompas.com - 25/02/2019, 23:55 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

"Kami berharap, berbagai pihak, baik penyelenggara pemilu serta peserta pemilu menindaklanjuti data-data analisis tentang isu golput. Ini penting selain akan munculnya problem legitimasi, pemilu hanya akan dinikmati elit, jika publik memilih diam di rumah," ucapnya.

Baca juga: Ini Cara Umi Mengurus Surat Pindah Memilih Agar Tak Golput

Sementara itu, Wakil Dekan Fisipol UGM Wawan Mas'udi menjelaskan, potensi golput terjadi karena sejumlah faktor seperti adanya ketidakpuasan terhadap incumbent maupun oposisi.

"Data yang disampaikan Mas Arya dan teman-teman, saya kira ketika analisis golput diletakan pada momentum-momentum tertentu, jelas di situ ada nuansa ketidakpuasan terhadapincumbent karena beberapa poin misalnya waktu debat, dan di saat bersamaan, di satu sisi oposisi tidak bisa memberikan harapan," ungkapnya.

Faktor berikutnya, tidak adanya pilihan alternatif. Kandidat yang ada tidak cukup mewakili kepentingan dari masyakat tertentu.

"Kandidat yang ada itu dianggap sama-sama memiliki kelemahan yang mendasar. Ketika hanya ada dua calon, sering kali memang situasi-situasi dilematis ini akan dihadapi para pemilih, akibatnya dua-duanya dianggap tidak bisa memenuhi aspirasi utamanya, yang muncul adalah kemungkinan protest voting," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com