Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Destinasi Wisata Selat Lembeh dan Cagar Alam Tangkoko

Kompas.com - 20/02/2019, 22:24 WIB
Skivo Marcelino Mandey,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Tidak hanya itu, ada burung-burung yang tidak ada di mana pun selain Sulawesi dan Australia.

Maximiliaan mengatakan, kedatangan Wallace ke Indonesia untuk lebih menguatkan kebenaran teorinya Garis Wallace.

"Bayangkan saja kalau dia tidak menentukan konservasi, hutan Tangkoko sudah botak," katanya.

Perjuangan Wallace yang merupakan tokoh konservasi ini dilanjutkan oleh muridnya, Sijfert Hendrik Koorders. Pada masa Koorder dibentuk Undang-undang tentang Taman Nasional pada tanggal 21 tahun 1918.

"Koorders ini anak penjajah, dia lahir di Bandung dan dia punya keinginan melanjutkan cita-cita Wallace untuk penyelamatan hutan," papar Maximiliaan.

Baca juga: Sempat Erupsi, Aktivitas Wisata Gunung Bromo Normal

Puncak perayaan 100 tahun Tangkoko akan jatuh pada Kamis (21/2/2019). Berbagai kegiatan pun sudah dikemas. Bahkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bitung telah membangun patung Wallace.

"Dengan adanya ini, saya bermaksud bisa menarik wisatawan Inggris dan Eropa untuk ke mari," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com