Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Polemik Puisi Fadli Zon "Doa yang Ditukar", Diprotes Santri hingga Desakan Minta Maaf

Kompas.com - 16/02/2019, 10:33 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ratusan santri turun ke jalan mendesak Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon untuk meminta maaf kepada Kiai Maimun Zubair terkait puisi berjudul "Doa yang Ditukar".

Puisi tersebut dianggap telah menyindir Mbah Moen yang membacakan doa ketika menerima kunjungan Presiden Joko Widodo di Pondok Pesantren Al-anwar, Karangmangu, Rembang, Jawa Tengah pada Jumat (1/2/2019).

Sementara itu, Ketua PBNU, Kiai Said Aqil Siradj menuding Fadli Zon telah melecehkan Mbah Moen.

Berikut ini fakta di balik polemik puisi Fadli Zon:

1. Aksi ratusan santri desak Fadli Zon meminta maaf

Ratusan santri dan kiai Nahdiyin Karawang melakukan longmarch untuk mendesak Fadli Zon meminta maaf secara langsung kepada Mbah Moen atau Maimun Zubair, seorang ulama Nahdatul Ulama (NU), Jumat (15/2/2019).KOMPAS.com/FARIDA FARHAN Ratusan santri dan kiai Nahdiyin Karawang melakukan longmarch untuk mendesak Fadli Zon meminta maaf secara langsung kepada Mbah Moen atau Maimun Zubair, seorang ulama Nahdatul Ulama (NU), Jumat (15/2/2019).
Ratusan santri dan kiai di Karawang, Jawa Barat, turun ke jalan mendesak politisi Gerindra, Fadli Zon, untuk meminta maaf secara langsung kepada Mbah Moen.

Mereka melakukan longmarch dari Kantor Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Karawang, Jalan Dewi Sartika-Jalan Ahmad Yani hingga Masjid Agung Karawang, Jumat (15/2/2019).

Aksi ini sebagai respon atas puisi Fadli Zon yang berjudul "Doa yang Ditukar".

"Kami mendesak Fadli Zon memohon maaf secara langsung kepada Kiai Haji Maimun Zubair dan juga melalui media nasional," ujar Ketua PCNU Karawang Ahmad Ruhiyat Hasby di depan Kantor Pemkab Karawang, Jumat.

Baca Juga: Ratusan Santri NU Karawang Desak Fadli Zon Minta Maaf

2. Massa ancam akan gelar aksi hingga Fadli Zon meminta maaf

Ratusan santri dan kiai Nahdiyin Karawang melakukan longmarch untuk mendesak Fadli Zon meminta maaf secara langsung kepada Mbah Moen atau Maimun Zubair, seorang ulama Nahdatul Ulama (NU), Jumat (15/2/2019).KOMPAS.com/FARIDA FARHAN Ratusan santri dan kiai Nahdiyin Karawang melakukan longmarch untuk mendesak Fadli Zon meminta maaf secara langsung kepada Mbah Moen atau Maimun Zubair, seorang ulama Nahdatul Ulama (NU), Jumat (15/2/2019).
Ketua PCNU Karawang, Ruhiyat mengatakan, akan terus menggelar aksi hingga Fadli Zon meminta maaf.

Pihaknya juga meminta identitas politiknya dengan memberikan pernyataan yang beradab, tidak memporak-porandakan idetitas keagamaan, dan keislaman dengan cara membabi buta melakukan serangan kepada sesepuh NU.

Meski keluarga meminta polemik puisi Fadli Zon disudahi, Ruhiyat menyebut Mbah Moen milik semua warga Nahdiyin.

Baca Juga: Mbah Moen Ungkap Pilihan Politiknya di Pilpres 2019, Jokowi atau Prabowo?

3. Ketua PBNU: Fadli Zon telah melecehkan Mbah Moen

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj saat jumpa pers usai  acara Rakornas ke-IV NU Care-Lazisnu di Ponpes Pangeran Diponegoro, Sleman, Jumat (15/02/2019)KOMPAS.com / WIJAYA KUSUMA Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj saat jumpa pers usai acara Rakornas ke-IV NU Care-Lazisnu di Ponpes Pangeran Diponegoro, Sleman, Jumat (15/02/2019)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama ( PBNU) KH Said Aqil Siradj  menilai, puisi "Doa yang Ditukar" ciptaan Fadli Zon telah melecehkan KH Maimun Zubair.

"Ya NU marah, NU marah, Kiai Maimun dilecehkan," kata Said, usai menghadiri acara Rakornas ke-IV NU Care-Lazisnu di Ponpes Pangeran Diponegoro, Sleman, Jumat (15/02/2019).

Said Aqil mengatakan, Fadli Zon sebagai yang lebih muda seharusnya menghormati orang yang lebih tua. Apalagi, KH Maimun Zubair merupakan salah satu tokoh ulama. 

"Allah saja itu menghormati orang yang usianya sudah lebih dari 80 tahun. Ada manusia, masih muda, melecehkan orang tua, orang itu beradab apa tidak," tegasnya.

Baca Juga: Ketua PBNU: Puisi "Doa yang Tertukar" Telah Melecehkan KH Maimoen Zubair

4. TGB: Doa untuk tidak dipuisikan

Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden DPP Golkar, Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) di Hotel Aryaduta, Jakarta, Sabtu (9/2/2019)CHRISTOFORUS RISTIANTO/KOMPAS.com Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden DPP Golkar, Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) di Hotel Aryaduta, Jakarta, Sabtu (9/2/2019)
Ketua Korbid Keumatan DPP Partai Golkar Tuan Guru Bajang ( TGB) Zainul Majdi berharap tidak ada pihak yang memperpanjang masalah doa ulama kharismatik Maimun Zubair atau Mbah Moen.

Seperti diketahui, doa Mbah Moen menjadi pembicaraan karena sempat mencantumkan nama calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto. Padahal, ketika itu Mbah Moen berdoa di samping calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo.

Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy kemudian membuat video klarifikasi atas hal itu.

Setelah itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon membuat puisi berjudul "Doa yang Ditukar".

"Doa tidak untuk dipolemikkan. Doa tidak untuk dipuisikan. Tidak untuk diributkan," ujar TGB di Posko Cemara, Kamis (7/2/2019).

Baca Juga: TGB: Doa Tidak Untuk Dipolemikan, Tidak Untuk Dipuisikan...

Sumber: KOMPAS.com (Fabian Januarius Kuwado, Jessi Carina, Wijaya Kusuma, Farida Farhan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com