Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agen Perjalanan di Pekanbaru Tak Jual Tiket Penerbangan Domestik karena Mahal

Kompas.com - 16/01/2019, 12:58 WIB
Idon Tanjung,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Sejak beberapa hari terakhir, agen perjalanan di Pekanbaru, Riau, tidak menjual tiket penerbangan domestik. Hal itu dampak dari kenaikan harga tiket pesawat domestik yang berlakukan oleh pemerintah.

Salah satu agen perjalanan yang tidak menjual tiket penerbangan domestik, yakni Muhibbah Travel yang terletak di Jalan Kartini, Pekanbaru.

"Sudah dua hari kami tidak menjual tiket penerbangan domestik, karena harganya mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat," ujar Ibnu Mas'ud pemilik Muhibbah Travel saat ditemui Kompas.com, Selasa (15/1/2019).

Dia pun memajang pemberitahuan tidak menjual tiket penerbangan domestik di depan kantor usahanya.

Menurut Ibnu, kenaikan harga tiket penerbangan domestik sangat berdampak terhadap usaha travel. Apalagi masyarakat.

Baca juga: Sejak Harga Tiket Pesawat Naik, 233 Kali Penerbangan Dibatalkan di Bandara Pekanbaru

"Yang jelas kita tidak bisa jualan, karena kenaikannya terlalu drastis. Kenaikan itu terlalu tinggi. Sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat. Sehingga, bukan hanya kita sebagai dunia usaha travel agen yang susah, masyarakat juga susah jadinya," tutur Ibnu.

Menurutnya, dengan tidak dijualnya tiket penerbangan domestik adalah sebagai bentuk protes terhadap pembuat kebijakan.

"Ini sebagai bentuk protes. Kita melakukan ini, karena melalui asosiasi, melalui jalur-jalur resmi juga sudah disampaikan ke pemerintah. Katanya mau diturunkan, tapi nyatanya tidak turun secara signifikan. Hanya beberapa sektor yang sebenarnya tidak ramai penumpang," sebut Ibnu.

"Misalnya tiket Pekanbaru ke Padang, biasa cuma Rp 400.000. Tapi sekarang sampai Rp 800.000. Otomatis ini akan memberatkan," katanya. 

Belum lagi untuk membayar bagasi pesawat yang harganya melambung tinggi.

"Kalau tiket dinaikkan, bagasi digratiskan. Ini harga tiket sama bayar bagasi hampir pula sama harganya," ujar Ibnu.

Baca juga: 5 Fakta di Balik Mahalnya Tiket Pesawat Rute Aceh-Jakarta, Plt Gubernur Surati Presiden hingga Pembuatan Paspor Melonjak

Menurut dia lagi, kebijakan ini sepertinya tidak memikirkan efeknya yang luar biasa terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Kemudian dunia usaha juga akan terganggu sekali. UMKM, pariwisata. Sekarang ini banyak grup-grup wisatawan menunda penerbangan domestik ini, karena harga tidak terjangkau," akui Ibnu.

Dan bahkan, kata dia, ada rombongan pariwisata yang mengalihkan jalan-jalan ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.

"Ke Singapura sekarang dengan Scoot Airline-nya menurunkan harga jauh sekali, Rp 300.000. Ke Kuala Lumpur Rp 400.000-Rp 500.000 pakai Air Asia," sebutnya.

Namun, ada juga masyarakat yang berinisiatif untuk terbang ke Jakarta dengan transit dulu ke Malaysia. Dari Malaysia kembali ke Jakarta.

Baca juga: Asita Kepri: Harga Tiket Naik dan Kebijakan Zero Bagasi Bikin Wisatawan Lari

Ibnu mengatakan, sebelum adanya kebijakan kenaikan harga tiket penerbangan domestik ini, cukup ramai masyarakat yang membeli tiket di Muhibbah Travel.

"Dalam sehari ada sampai 15-20 orang. Tapi kan sekarang masyarakat bisa beli tiket melalui online dan juga ke travel agen. Tapi setelah kenaikan ini, dalam sehari cuma dua hingga dua orang. Itu pun rata-rata yang terpaksa berangkat saja. Jadi banyak masyarakat yang menunda penerbangan domestik," kata Ibnu.

Dia berharap kepada pemerintah untuk segera menurunkan harga tiket penerbangan domestik tersebut.

"Ini kan sama saja membuat susah masyarakat. Negara harus ada di sini untuk memperhatikan. Karena ini banyak sektor yang terdampak dari kenaikan tiket ini," ucap Ibnu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com