Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diminta Pilih Caleg Berbeda, Keluarga Pindahkan 2 Kuburan

Kompas.com - 13/01/2019, 18:26 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

Kompas TV Calon wakil presiden nomor 01, Ma&#39;ruf Amin, menghadiri zikir dan ziarah makam salah satu tokohNahdatul Ulama diDepok,Jawa Barat, Sabtu (12/1).<br /> <br /> Dalam kesempatan ini, Ma&#39;ruf Amin menyatakan Jokowi-Ma&#39;ruf menargetkan perolehan suara di Pilpres 2019 bisa melebihi target yang diharapkan.<br /> <br /> Soal debat pilpres tahap pertama, Ma&#39;ruf Amin menyatakan kesiapannya.

Pemindahan kubur menjelang pemilihan legislatif dan presiden ini memang telah menjadi pergunjingan banyak orang, tidak hanya di Gorontalo, namun juga di luar daerah.

Rusli Habibie mengaku banyak koleganya di luar daerah yang menanyakan masalah ini. Namun, ia mengaku belum mengetahui secara detil, untuk itu ia berkunjung langsung di makam ini untuk bertemu semua yang terlibat.

Di lokasi yang sama, Kepala Desa Toto Selatan Taufik Baladraf mengatakan, masalah pemindahan makam ini tidak terkait pemilihan legislatif. Sebelumnya, ada keinginan dari keluarga Awano Hasan untuk membuat pagar halaman.

Rumah Awano Hasan dan Sarce Pomontolo bersebelahan di lingkungan 2 Desa Toto Selatan, karena memang mereka masih bersaudara.

“Awano Hasan hanya punya 1 anak, anaknya yang meminta rumahnya dibuat pagar karena halamannya menjadi jalan umum,” kata Taufik Baladraf.

Baca juga: Universitas Negeri Gorontalo Segera Miliki Fakultas Kedokteran

Taufik Baladraf  memaparkan, Awano Hasan tak berkutik menolak permintaan anak semata wayangnya, bahkan anaknya sempat mengatakan akan turun rumah (minggat) jika tidak dibuat pagar.

Maka dengan berat hati Awano Hasan membat pagar, namun ia tidak menutup seluruhnya. Jika sebelumnya kendaraan roda 4 bisa lewat halamannya, maka pagar ini masih menyisakan akses untuk kendaraan roda 2.

Hal lain yang dikeluhkan Awano Hasan adalah sikap acuh kerabatnya ini saat menimbun halamannya, ia berharap orang yang memanfaatkan halamannya untuk lalu lalang dapat meratakan material timbunan. Sayangnya, hanya ia yang melakukan perataan tanah timbun ini.

“Kemudian, muncul masalah lama saat berbarengan dengan masa pemilihan legislatif dan presiden ini, akhirnya terbawa ke mana-mana,” jelas Taufik Baladraf.

Dalam kebiasaan masyarakat Gorontalo, jika ada anggota keluarga yang meninggal maka jasadnya hanya dimakamkan di halaman rumah, biasanya di halaman samping atau belakang. Tidak ada lahan pemakaman umum dalam satu kecamatan, bahkan untuk Kota Gorontalo yang menjadi ibu kota provinsi hanya memiliki 1 buah makam umum di perbukitan kapur Kelurahan Sendeng.

Makam umum ini pun jarang digunakan masyarakat, mereka memilih memakamkan anggota keluarganya di halaman rumah atau pemakaman keluarga besar yang lahannya lebih luas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com