Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Fenomena Gunung Semeru Bertopi, Tak Terkait Mistis hingga Status Jalur Pendakian

Kompas.com - 12/12/2018, 11:29 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Khairina

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena awan berbentuk mirip caping di puncak Gunung Semeru memang menarik untuk diamati. Ahli mengatakan, fenomena tersebut biasa tetapi memang jarang terjadi.

Perubahan pergerakan angin di puncak Semeru membuat awan melingkar dan agak melengkung tepat di atas puncak. Keindahan alam yang menyegarkan jiwa.

Fenomena tersebut pun menjadi viral di media sosial, apalagi petugas terkait menegaskan fenomena tersebut tidak menganggu jalur pendakian.

Inilah sejumlah fakta terkait fenomena awan di puncak "para dewa":

1. Penjelasan fenomena awan di Puncak Semeru

Salju yang ditemukan di jalur pendakian menuju Puncak Gunung Semeru atau Puncak Mahameru pada Rabu (11/4/2018). Foto tersebut merupakan foto dokumen Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang didapat dari para pendaki.Dok Kepala TNBTS John Kennedie Salju yang ditemukan di jalur pendakian menuju Puncak Gunung Semeru atau Puncak Mahameru pada Rabu (11/4/2018). Foto tersebut merupakan foto dokumen Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang didapat dari para pendaki.

Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Sarif Hidayat mengatakan, fenomena di hari Senin (10/12/2018) adalah fenomena biasa, tetapi jarang terjadi.

"Kejadiannya pada Senin kemarin tanggal 10 Desember 2018. Merupakan fenomena alam biasa yang jarang dan langka terjadi. Secara umum diduga karena adanya perubahan atau pergerakan angin di Puncak Semeru," katanya, Selasa (11/12/2018).

"Tapi secara pasti apa yang terjadi belum bisa disampaikan sehingga perlu ada penelitian lebih lanjut oleh pihak yang berkompeten," katanya.

Sementara itu, pada bulan April 2018, puncak Semeru juga membuat heboh dengan munculnya jejak kaki mirip salju. 

Baca Juga: Puncak Semeru Tampak "Bertopi", Jalur Pendakian Tetap Dibuka Normal

2. Tidak ada hubungannya dengan mistis

Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (25/10/2018).  KOMPAS.com/Devina Halim Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (25/10/2018).

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, fenomena itu terjadi lantaran tertutup awan jenis lentikularis atau altocumulus lenticularis. Awan tersebut terbentuk karena pusaran angin di puncak.

"Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, bertopi. Puncak gunung tertutup awan jenis lentikularis atau altocumulus lenticularis. Awan ini terbentuk akibat adanya pusaran angin di puncak," tulis Sutopo dalam akun instagramnya, @sutopopurwo.

Sutopo menyampaikan, fenomena itu merupakan fenomena biasa dan pernah dialami oleh puncak gunung lainnya.

"Tidak usah dikaitkan dengan mistis, tanda akan akan ada musibah, politik, atau jodoh seret," imbuhnya.

Baca Juga: Jatuh ke Jurang, Seorang Pendaki Gunung Semeru Dilaporkan Tewas

3. Jalur pendakian tetap dibuka

Eksotika Ranu Kumbolo yang dipenuhi kemah para pendaki Gunung Semeru, Sabtu (7/4/2018).KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Eksotika Ranu Kumbolo yang dipenuhi kemah para pendaki Gunung Semeru, Sabtu (7/4/2018).
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) John Kennedie mengatakan, pendakian menuju puncak para dewa itu tetap dibuka seperti biasanya.

"Betul Mas. (Pendakian) lancar dan landai - landai saja mas," katanya melalui pesan tertulis kepada Kompas.com, Selasa (11/12/2018).

John mengatakan, adanya fenomena Puncak Semeru 'bertopi' itu tidak berpengaruh terhadap aktivitas pendakian di gunung dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut itu.

John mengatakan, rencana penutupan jalur pendakian akan dilakukan pada Januari 2019 untuk pemulihan ekosistem seperti yang dilakukan sebelum - sebelumnya.

"Kemungkinan Januari rencana ditutupnya," katanya.

Baca Juga: Puncak Gunung Semeru "Bertopi", Ini Penjelasannya

4. Fenomena serupa pernah terjadi di gunung lainnya

Pemandangan Gunung Semeru saat berburu matahari terbit dari Bukit Mentigen, Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur. Bukit Mentigen adalah salah satu alternatif tempat melihat matahari terbit selain Bukit Penanjakan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pemandangan Gunung Semeru saat berburu matahari terbit dari Bukit Mentigen, Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur. Bukit Mentigen adalah salah satu alternatif tempat melihat matahari terbit selain Bukit Penanjakan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Sutopo menyampaikan telah menjelaskan, fenomena di Puncak Semeru adalah fenomena biasa dan pernah dialami oleh puncak gunung lainnya.

"Ini fenomena alam biasa saja. Beberapa gunung pernah mengalami hal yang sama. Tergantung dinamika atmosfer lokal," katanya.

Sementara itu, dalam kondisi tertentu, fenomena pergerakan angin akan sangat berbahaya bagi pendakian.

Para pendaki rentan terkena hyphotermia karena sangat dimungkinkan cuaca sangat dingin.

Baca Juga: Libur Lebaran, Kuota Pendakian Gunung Semeru 17-28 Juni Penuh

Sumber: KOMPAS.com (Andi Hartik)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com